Hari-hari menjelang Hari Guru
Nasional di sekolah semakin terasa meriah. Para guru mulai sibuk mempersiapkan
berbagai acara, termasuk upacara bendera yang akan menjadi puncak perayaan.
Uniknya, kali ini para guru tidak hanya menjadi pengawas, tetapi juga menjadi petugas
upacara nantinya. Sebelum menjadi petugas beneran ternyata para guru juga perlu
berlatih.
"Siaaaaap, grak!"
komando pemimpin upacara yaitu Pak Yudis. Kepala sekolah sebagai Pembina upacara. Para
guru yang bertugas sebagai pemimpin pasukan, dengan sigap menyesuaikan posisi
di depan pasukan. Ada Pak Najib, Pak Bambang, dan Pak Edi yang tampak gagah sebagai
pemimpin barisan. Di barisan depan, Pak Angga, Bu Mulyani, dan Pak Khamim, petugas
pengibar bendera. Mereka sedang berlatih dengan serius. Gerakan mereka sudah
cukup luwes, namun tetap saja ada beberapa koreksi yang diberikan oleh bapak
ibu guru.
"Pak Angga, saat menurunkan
bendera, pandangan lurus ke depan ya!" tegur Pak Alwi. Pak Angga
mengangguk patuh.
Sementara itu di barisan depan,
Bu Anggi dan Bu Laras sebagai pembawa acara. Mereka sedang berlatih dialog.
Suara mereka lantang dan jelas, namun masih ada beberapa bagian yang perlu
diperbaiki. Pak Pandu, guru Bahasa Indonesia petugas membacakan UUD 1945, juga
tidak mau kalah. Ia berlatih jalan.
"Latihan koor, siap!"
seru Bu Cicik. Guru Bahasa Inggris yang sekaligus menjadi dirigen regu koor.
Seluruh guru pun menyahut dengan semangat. Mereka menyanyikan lagu Indonesia
Raya, lagu mars PGRI, lagu mengheningkan cipta dengan kompak, namun nada masih
terdengar sedikit fals.
"Lebih keras lagi, Bu!
Bayangkan kita sedang menyanyikan lagu kebangsaan di hadapan seluruh
siswa!" seru BuYulis. Para guru pun semakin bersemangat.
Namun di tengah semangat latihan,
muncullah berbagai kejadian lucu. Pak Khamim yang biasanya kalem, tiba-tiba
saja salah langkah saat berbaris. Sontak, para guru yang lain tertawa
terbahak-bahak. Pak Khamim pun ikut tertawa, merasa geli.
"Pak Angga, fokus ya! Jangan
sampai bendera kebalik!" canda Pak Khamim
Tidak hanya Pak Angga, para guru
yang lain juga kerap melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang mengundang tawa.
Ada yang lupa baris, ada yang salah mengucapkan teks, bahkan ada yang sampai
tersandung tali sepatu. Namun, suasana tetap cair dan penuh keakraban.
"Latihan seperti ini memang
seru," ujar Bu Suryani, guru IPS sambil menyeka keringat. "Kita jadi
tahu betapa sulitnya menjadi petugas."
"Iya, Bu. Saya baru sadar
kalau menjadi pemimpin pasukan itu tidak semudah yang saya bayangkan,"
timpal Pak Bambang.
Berlatih untuk menyamakan persepsi, menyamakan gerak. Seiring berjalannya waktu, latihan upacara semakin intensif. Para guru saling mengingatkan dan membantu satu sama lain. Mereka belajar dari kesalahan dan terus berusaha memperbaiki diri. Meskipun seringkali terjadi kehebohan dan kekacauan, namun semangat mereka untuk memberikan yang terbaik dalam perayaan Hari Guru besok tidak pernah luntur.
"Latihan seperti ini bukan
hanya sekadar mempersiapkan upacara, tapi juga mempererat tali silaturahmi
antar guru," ujar Pak Yudis. "Kita jadi lebih kompak dan saling
mendukung."
"Terima kasih atas kerja
samanya, rekan-rekan," ucap Pak Yudis sambil tersenyum. "Kita telah
membuktikan bahwa guru juga bisa menjadi siswa yang baik."
Para guru pun bersorak gembira.
Mereka menyadari bahwa menjadi guru tidak hanya tentang mengajar, tetapi juga
tentang belajar dan terus berkembang. Dan latihan upacara yang penuh kehebohan
itu telah menjadi salah satu pengalaman tak terlupakan dalam hidup mereka.
Cepu, 22 November 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar