Minggu pagi yang cerah, saya
bersiap menghadiri pertemuan rutin dua bulanan bersama teman-teman rombongan
haji 2011. Tradisi ini telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, meski
tahun demi tahun jumlah pesertanya semakin menyusut. Dari sekitar 40 orang yang
dulu setia hadir, kini hanya tersisa 25 orang. Sebagian dari mereka telah
berpulang ke Rahmatullah. Sementara lainnya pindah ke luar kota karena
mengikuti keluarga atau tuntutan kehidupan. Saya bersyukur masih diberi
kesempatan untuk tetap hadir dan berkumpul dalam lingkaran kebersamaan ini.
Pertemuan kali ini diadakan di
rumah salah satu anggota di pinggiran kota Cepu. Beliau bernama bapak haji
Sono. Lokasinya tidak terlalu jauh, namun perjalanan ke sana menjadi waktu yang
berharga untuk merenung. Sepanjang jalan, pikiran saya melayang ke masa-masa
saat kami bersama-sama menunaikan ibadah haji. Wajah-wajah teman seperjuangan
saat itu satu per satu muncul dalam ingatan, membawa rasa hangat sekaligus
haru.
Saat tiba di lokasi, rumah tuan rumah sudah
menyambut dengan suasana kekeluargaan. Beberapa wajah yang sudah mulai menua
tersenyum menyambut, melambaikan tangan, atau memberi pelukan hangat. Ada rasa
rindu yang tak terlukiskan setiap kali bertemu mereka. Kebahagiaan sederhana
semacam ini adalah salah satu nikmat yang sering kali terabaikan.
Kami memulai pertemuan seperti
biasa, diawali dengan doa pembukaan. Sambutan tuan rumah. Dilanjutkan membaca
Al Barjanji bersama yang dipimpin oleh bapak haji Muslikin. Siraman Rohani oleh
ketua rombongan haji istiqomah. Suara-suara yang terdengar sudah tidak lagi
sekuat dulu, namun setiap lantunan doa terasa penuh makna dan khidmat. Kebersamaan
membawa kenangan manis ketika kami melaksanakan ibadah di Mekah dan Madinah.
Kala itu, kami sering mengisi waktu dengan beribadah bersama.
Kenangan itu kini terasa semakin
istimewa. Masing-masing dari kami telah melewati perjalanan panjang sejak
pulang dari tanah suci, menghadapi berbagai tantangan dan ujian kehidupan. Ada
yang diberi rezeki melimpah, ada yang harus berjuang dengan kesehatan, namun
semua sepakat bahwa pengalaman haji adalah momen yang selalu memberi kekuatan.
Setelah sesi ngaji bersama, kami
berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing. Tuan rumah bercerita tentang
bahagianya akan diberikan cucu, sementara anggota lain menceritakan pengalaman
menghadiri pernikahan saudara, awal bertemunya dengan suami. Obrolan ini terasa
begitu akrab dan menghangatkan hati. Meski usia semakin bertambah, semangat
berbagi dan saling mendoakan tetap menjadi bagian dari pertemuan ini.
Ada juga saat haru ketika
mengenang teman-teman yang sudah tiada. Salah seorang anggota membaca daftar
nama mereka, lalu kami bersama-sama mendoakan mereka dengan kirim Al Fatihah.
"Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka, menerima amal ibadah
mereka, dan mempertemukan kita kembali di surga-Nya kelak," ucap salah
seorang dengan suara pelan namun penuh keyakinan.
Pertemuan ini bukan sekadar ajang
silaturahmi. Tetapi juga sarana untuk saling mengingatkan akan tujuan hidup
yang sesungguhnya. Di tengah canda dan tawa, sering kali terselip
nasihat-nasihat bijak yang datang dari pengalaman hidup masing-masing.
Salah satu momen yang selalu
dinanti adalah sesi makan siang bersama. Tuan rumah kali ini menyajikan
hidangan nasi putih, asem-asem daging, rawon, kare ayam, sambal goreng kentang,
mie goreng, telor asin, krupuk udang. Dilengkapi dengan es rujak. Karena saat
ini sekaligus syukuran atas diberikan nikmat Allah, menantunya telah mengandung
lima bulan.
Tidak terasa waktu berjalan
begitu cepat. Seusai makan siang, pertemuan diakhiri dengan pembahasan ringan
tentang rencana pertemuan berikutnya. Jatuh pada bulan Januari yang akan datang
di Sambong di rumah bapak haji Sodiq. Sebelum bulan puasa masih ada pertemuan
dua kali.
Saat beranjak pulang, ada
perasaan lega dan bahagia yang mengisi hati. Meski tubuh mulai menua, pertemuan
ini memberi energi baru. Rasanya seperti mendapatkan suntikan semangat untuk
terus melanjutkan perjalanan hidup dengan penuh syukur dan tawakal.
Saya merenung sepanjang
perjalanan pulang. Dalam hati, saya bersyukur atas nikmat umur panjang yang
masih diberikan oleh Allah. Betapa besar karunia-Nya dengan mempertemukan saya
dengan orang-orang yang mengingatkan akan pentingnya berbuat baik, bersyukur,
dan terus mendekatkan diri kepada-Nya.
Pertemuan ini juga menjadi
pengingat bahwa hidup adalah perjalanan sementara. Kebersamaan dengan
teman-teman haji ini adalah salah satu anugerah yang harus dijaga. Selama masih
diberi kesempatan, saya bertekad untuk terus hadir dan berpartisipasi, bukan hanya
sebagai bentuk silaturahmi, tetapi juga sebagai cara untuk menjaga kenangan
indah di tanah suci tetap hidup dalam hati.
Hari itu, saya pulang dengan hati
yang penuh rasa syukur. Syukur atas teman-teman yang masih setia menjaga ikatan
ini. Syukur atas kenangan berharga yang
tak tergantikan, dan syukur atas kehidupan yang terus berjalan dengan segala
nikmat dan ujian yang menyertainya. Pertemuan ini bukan hanya pertemuan fisik,
tetapi juga pertemuan hati, penguat iman, dan pengingat untuk terus menyiapkan
bekal menuju kehidupan yang abadi. Semoga kita diberi umur Panjang dan tambah
rajin ibadah.
Cepu, 24 November 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar