Minggu, 24 November 2024

Giat Mingguku



Karya: Gutamining Saida

Minggu pagi yang cerah, saya bersiap menghadiri pertemuan rutin dua bulanan bersama teman-teman rombongan haji 2011. Tradisi ini telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, meski tahun demi tahun jumlah pesertanya semakin menyusut. Dari sekitar 40 orang yang dulu setia hadir, kini hanya tersisa 25 orang. Sebagian dari mereka telah berpulang ke Rahmatullah. Sementara lainnya pindah ke luar kota karena mengikuti keluarga atau tuntutan kehidupan. Saya bersyukur masih diberi kesempatan untuk tetap hadir dan berkumpul dalam lingkaran kebersamaan ini.

Pertemuan kali ini diadakan di rumah salah satu anggota di pinggiran kota Cepu. Beliau bernama bapak haji Sono. Lokasinya tidak terlalu jauh, namun perjalanan ke sana menjadi waktu yang berharga untuk merenung. Sepanjang jalan, pikiran saya melayang ke masa-masa saat kami bersama-sama menunaikan ibadah haji. Wajah-wajah teman seperjuangan saat itu satu per satu muncul dalam ingatan, membawa rasa hangat sekaligus haru.

Saat tiba di lokasi, rumah tuan rumah sudah menyambut dengan suasana kekeluargaan. Beberapa wajah yang sudah mulai menua tersenyum menyambut, melambaikan tangan, atau memberi pelukan hangat. Ada rasa rindu yang tak terlukiskan setiap kali bertemu mereka. Kebahagiaan sederhana semacam ini adalah salah satu nikmat yang sering kali terabaikan.

Kami memulai pertemuan seperti biasa, diawali dengan doa pembukaan. Sambutan tuan rumah. Dilanjutkan membaca Al Barjanji bersama yang dipimpin oleh bapak haji Muslikin. Siraman Rohani oleh ketua rombongan haji istiqomah. Suara-suara yang terdengar sudah tidak lagi sekuat dulu, namun setiap lantunan doa terasa penuh makna dan khidmat. Kebersamaan membawa kenangan manis ketika kami melaksanakan ibadah di Mekah dan Madinah. Kala itu, kami sering mengisi waktu dengan beribadah bersama.

Kenangan itu kini terasa semakin istimewa. Masing-masing dari kami telah melewati perjalanan panjang sejak pulang dari tanah suci, menghadapi berbagai tantangan dan ujian kehidupan. Ada yang diberi rezeki melimpah, ada yang harus berjuang dengan kesehatan, namun semua sepakat bahwa pengalaman haji adalah momen yang selalu memberi kekuatan.

Setelah sesi ngaji bersama, kami berbagi cerita tentang kehidupan masing-masing. Tuan rumah bercerita tentang bahagianya akan diberikan cucu, sementara anggota lain menceritakan pengalaman menghadiri pernikahan saudara, awal bertemunya dengan suami. Obrolan ini terasa begitu akrab dan menghangatkan hati. Meski usia semakin bertambah, semangat berbagi dan saling mendoakan tetap menjadi bagian dari pertemuan ini.

Ada juga saat haru ketika mengenang teman-teman yang sudah tiada. Salah seorang anggota membaca daftar nama mereka, lalu kami bersama-sama mendoakan mereka dengan kirim Al Fatihah. "Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka, menerima amal ibadah mereka, dan mempertemukan kita kembali di surga-Nya kelak," ucap salah seorang dengan suara pelan namun penuh keyakinan.

Pertemuan ini bukan sekadar ajang silaturahmi. Tetapi juga sarana untuk saling mengingatkan akan tujuan hidup yang sesungguhnya. Di tengah canda dan tawa, sering kali terselip nasihat-nasihat bijak yang datang dari pengalaman hidup masing-masing.

Salah satu momen yang selalu dinanti adalah sesi makan siang bersama. Tuan rumah kali ini menyajikan hidangan nasi putih, asem-asem daging, rawon, kare ayam, sambal goreng kentang, mie goreng, telor asin, krupuk udang. Dilengkapi dengan es rujak. Karena saat ini sekaligus syukuran atas diberikan nikmat Allah, menantunya telah mengandung lima bulan.

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Seusai makan siang, pertemuan diakhiri dengan pembahasan ringan tentang rencana pertemuan berikutnya. Jatuh pada bulan Januari yang akan datang di Sambong di rumah bapak haji Sodiq. Sebelum bulan puasa masih ada pertemuan dua kali.

Saat beranjak pulang, ada perasaan lega dan bahagia yang mengisi hati. Meski tubuh mulai menua, pertemuan ini memberi energi baru. Rasanya seperti mendapatkan suntikan semangat untuk terus melanjutkan perjalanan hidup dengan penuh syukur dan tawakal.

Saya merenung sepanjang perjalanan pulang. Dalam hati, saya bersyukur atas nikmat umur panjang yang masih diberikan oleh Allah. Betapa besar karunia-Nya dengan mempertemukan saya dengan orang-orang yang mengingatkan akan pentingnya berbuat baik, bersyukur, dan terus mendekatkan diri kepada-Nya.

Pertemuan ini juga menjadi pengingat bahwa hidup adalah perjalanan sementara. Kebersamaan dengan teman-teman haji ini adalah salah satu anugerah yang harus dijaga. Selama masih diberi kesempatan, saya bertekad untuk terus hadir dan berpartisipasi, bukan hanya sebagai bentuk silaturahmi, tetapi juga sebagai cara untuk menjaga kenangan indah di tanah suci tetap hidup dalam hati.

Hari itu, saya pulang dengan hati yang penuh rasa syukur. Syukur atas teman-teman yang masih setia menjaga ikatan ini.  Syukur atas kenangan berharga yang tak tergantikan, dan syukur atas kehidupan yang terus berjalan dengan segala nikmat dan ujian yang menyertainya. Pertemuan ini bukan hanya pertemuan fisik, tetapi juga pertemuan hati, penguat iman, dan pengingat untuk terus menyiapkan bekal menuju kehidupan yang abadi. Semoga kita diberi umur Panjang dan tambah rajin ibadah.

Cepu, 24 November 2024

 




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar