Aku bertiga berangkat ke lokasi air panas Plumpung.
Berdua boncengan naik motor. Nani naik motor sendiri mbuntuti dari belakang.
Kami belum tahu persis letaknya. Hanya arah dari jalan raya, untuk masuk ke lokasi
pemandian belum paham. Di bawah terik matahari tak kami pedulikan. Awan terlihat cerah putih
bergumpal. Langit berwarna biru. Ada
seorang ibu-ibu dengan penjual sayur keliling di depan rumah. Aku segera meraih
rem motor dan kulempar senyum padanya. Dibalasnya dengan senyum manis. Lantas
ku suruh Nani tanya-tanya lokasi pemandian.
“Lokasi air panas di mana bu?” tanya Nani. Penjual sayur tidak langsung menjawab malah tanyakan rumah kami. Aku bertiga membalas senyum. Aku yang mendengarnya menjadi heran. Walau senyum yang dipaksakan, dalam hati ada rasa jengkel. Kami sudah ingin melihat keindahan air panas. Ditambah situasi terik matahari yang kian panas.
Penjual sayur kemudian melangkah mendekat ke kami.
Dia memberikan keterangan, dengan telunjuk tangan mengarah ke jalan, ini...
terus nanti sampai di pertigaan belok kiri. Ikuti jalan itu, gampang. Nanti
bisa tanya pada orang lagi bila kurang yakin. Kami bertiga setelah berterima
kasih, segera menjalankan motor. Benar hanya butuh beberapa menit sudah sampai
di lokasi air panas.. Kami bertiga sambil melihat sekeliling lokasi dengan
keheranan. Apa mungkin siang-siang dan panas lagi. Sehingga tidak ada
pengunjung sama sekali. Warung-warung tanpa penjual, hanya satu warung yang
ditunggu penjual yaitu dekat pintu masuk. Dan disambut oleh tukang parkir
dengan ramah Dia memperhatikan kami yang berjalan menuju pintu masuk. Akhirnya
memberitahu bahwa air panas saat ini sedang di tutup sementara. Kolam tidak ada
airnya atau kosong. Yaa.. kami datang tanpa bisa menikmati pemandian air kolam panas
yang memiliki beberapa kasiat kesehatan. Ternyata hanya bisa menikmati panasnya
terik sang surya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar