Selasa, 04 November 2025

Saat Beban Berkurang, Peluang Bertambah

 Karya: Gutamining Saida

Setiap guru pasti pernah berada di titik perubahan. Ada kalanya kita harus berpindah kelas, berganti peran, atau menyerahkan sebagian tanggung jawab kepada rekan baru. Begitu pula yang saya rasakan di awal bulan November 2025 ini.

Mulai bulan ini, saya tidak lagi mengajar Pendidikan Pancasila di kelas 7A dan 7B. Guru baru sudah datang ke Esmega (SMP Negeri 3 Cepu) melalui formasi PPPK, siap melanjutkan peran penting dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan moral kepada para siswa.

Ada perasaan haru ketika pertama kali mendengar kabar itu. Rasanya seperti melepas sesuatu yang sudah menjadi bagian dari rutinitas harian. Tapi di balik rasa haru, ada juga rasa syukur yang mendalam. Saya tahu, setiap perubahan pasti membawa hikmah.

Enam jam pelajaran saya kini berkurang. Dan ternyata, berkurangnya enam jam itu terasa begitu berarti. Saya merasa lebih ringan, lebih leluasa, dan bisa mengatur ritme kerja dengan lebih baik. Kini saya bisa fokus sepenuhnya pada mata pelajaran IPS di kelas 7 dan 8,  bidang yang memang menjadi kecintaan saya sejak lama.

🌿 Menikmati Ruang Baru yang Diberi Waktu

Hari-hari pertama tanpa jadwal Pendidikan Pancasila terasa agak janggal. Biasanya, saya sudah bersiap dengan bahan ajar tentang norma dan nilai kehidupan. Tapi kini, di jam yang sama, saya bisa duduk tenang di ruang guru sambil menikmati makan cemilan dan minum air putih.

Saya tersenyum kecil sambil berpikir, mungkin inilah cara Allah memberi jeda. Bukan jeda untuk berhenti, tetapi jeda untuk bernafas, merenung, dan menyusun langkah baru.

Perlahan, saya mulai mengisi ruang kosong itu dengan hal-hal yang bermanfaat. Saya menata ulang jadwal harian, memperkaya bahan ajar IPS, dan mulai membuat ide pembelajaran yang lebih menarik. Saya ingin siswa belajar dengan senang, memahami bahwa IPS bukan sekadar hafalan, tapi ilmu yang menuntun mereka memahami kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

✍️ Menulis, Cara Saya Mensyukuri Waktu

Sejak lama saya memiliki blog pribadi, namun selama ini sering terbengkalai karena padatnya jadwal mengajar. Kini saya bisa menulis lagi dengan hati yang lebih tenang dan pikiran yang lebih jernih.

Menulis di blog bagi saya bukan hanya soal berbagi ilmu, tetapi juga bentuk rasa syukur. Dari menulis, saya bisa merefleksikan pengalaman sehari-hari di sekolah, berbagi ide pembelajaran, atau sekadar menuliskan cerita kecil yang mungkin bisa menginspirasi pembaca lain.

Saya percaya, setiap tulisan adalah jejak kebaikan. Mungkin tak semua orang membaca, tapi siapa tahu, ada satu orang yang mendapat semangat baru setelah membacanya.

🌼 Waktu, Pedang, dan Kesempatan

Saya teringat pepatah Arab yang begitu dalam maknanya:

“Waktu adalah pedang. Jika engkau tidak menggunakannya dengan baik, ia akan menebasmu.”

Betapa benarnya kalimat itu. Waktu bisa menjadi teman yang setia, tapi juga bisa berubah menjadi musuh jika disia-siakan. Dulu, saya sering merasa waktu begitu cepat berlalu, tapi kini saya belajar untuk menikmatinya dengan penuh kesadaran.

Saya ingin memanfaatkan setiap jam dengan hal-hal yang bernilai. Mengajar IPS dengan cara yang lebih kreatif, menulis ide-ide yang bermanfaat, membuat media pembelajaran sederhana, atau sekadar berbincang santai dengan rekan guru untuk saling berbagi inspirasi.

Berkurangnya jam mengajar bukan berarti berkurangnya pengabdian. Justru dari sinilah saya menemukan makna baru dalam bekerja, bahwa guru tidak hanya berperan di depan kelas, tapi juga bisa berkarya di ruang lain yang lebih luas.

🌸 Menutup Hari dengan Rasa Syukur

Kini setiap sore, saya sering menutup hari dengan rasa syukur. Waktu terasa lebih lapang, hati lebih tenang, dan semangat untuk berkarya semakin besar. Saya belajar bahwa perubahan tidak selalu berarti kehilangan. Kadang justru melalui perubahan, kita menemukan kembali diri kita yang sesungguhnya.

Saya menikmati nikmat waktu ini  bukan untuk berdiam diri, tapi untuk melangkah dengan arah baru. Waktu memang seperti pedang, tapi di tangan yang tepat, pedang itu bisa digunakan untuk menebas kebodohan, kemalasan, dan penundaan.

Saya memilih menjadikannya alat untuk berkarya dan menebar manfaat. Karena sejatinya, waktu bukan untuk dihabiskan  tapi untuk dihidupkan dengan arti.

Cepu, 4 November 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar