Rabu, 05 November 2025

Semangatmu Pulih Kembali

 


Karya: Gutamining Saida

Jam pelajaran terakhir selalu punya cerita tersendiri. Di saat sebagian besar guru mungkin sudah merasa lelah, dan para siswa mulai kehilangan semangat, justru di situlah kreativitas seorang guru diuji. Hari itu, saya mendapat jadwal mengajar IPS di kelas 8H, tepat di jam ke-7 dan ke-8, menjelang pelaksanaan MBG (Makan Bergizi Gratis).

Sejujurnya, saya sudah menduga suasana kelas tidak akan terlalu hidup. Pukul sudah hampir menunjukkan pukul 12.30 WIB, dan dari jendela terlihat matahari masih menyengat dengan teriknya. Begitu saya menyelesaikan materi di jam ke tujuh, dugaan saya terbukti  sebagian siswa tampak lesu. Ada yang menopang dagu, ada yang duduk bersandar sambil menatap kosong ke papan tulis, bahkan ada yang sesekali menguap tanpa sempat menutup mulut.

Saya menyelesaikan materi dan menuju meja guru, lalu tersenyum kecil. Dalam hati saya bergumam, “Baiklah, tantangan hari ini bukan hanya mengajar IPS, tapi juga menghidupkan semangat mereka.”

“Anak-anak, masih semangat belajar IPS?” tanya saya mencoba mencairkan suasana. Beberapa menjawab lirih, “Masih, Bu…” tapi suaranya seperti bisikan angin sore. Saya tersenyum, menatap mereka satu per satu. Dalam hati, saya tahu tubuh dan pikiran mereka butuh penyegaran, bukan tambahan teori dan materi panjang. Ide  yang sudah saya siapkan dari rumah harus segera dilakukan. Saya menepuk tangan dan berkata, “Baik, anak-anak, kita sudah belajar satu jam pelajaran. Sekarang Bu Saida punya ide. Kurang satu jam lagi, bagaimana kalau kita… nyeblak bareng?”

Seisi kelas langsung terkejut. Sabila baru duduk dari latihan upacara persiapan besok hari pahlawan. spontan menatap saya dengan mata berbinar, “Apa, Bu? Seblak?”
Saya mengangguk, sambil menahan tawa melihat perubahan wajah mereka yang begitu cepat dari lelah menjadi penuh harapan. “Betul, seblak! Tapi sebelum kita nikmati seblaknya, kita bahas dulu cara menikmatinya bersama kelompok kalian. Setelah itu, baru makan bersama. Setuju?”

“Setujuuuu…!!!” teriak mereka serentak, disertai tepuk tangan dan tawa. Seketika suasana kelas berubah total. Yang tadi mengantuk kini tegak duduk. Yang tadi bersandar kini membuka buku. Saya hanya bisa tersenyum lebar melihat perubahan drastis itu.

“Bu, kalau penjual seblak buka cabang di berbagai kota berarti termasuk contoh mobilitas vertikal ke atas ya? ” Saya pun menjawab sambil tertawa, “Betul sekali." Mereka tertawa kecil, dan beberapa mulai bergurau. “Berarti nanti Bu Saida juga jadi distributor seblak, ya?”

Saya mengangguk, “Betul sekali. Hari ini Bu Saida bukan hanya guru IPS, tapi juga pembawa kebahagiaan lewat seblak!” Kelas pun kembali riuh. Saya bahagia melihat semangat mereka kembali hidup hanya dengan ide sederhana makan bersama. Namun bukan makan seblak sesunggungnya. Di balik gambar seblak ada pertanyaan yang harus diselesaikan bersama kelompoknya. Ada dua pilihan gambar seblak cakar dan gambar seblak komplet.

Mereka memilih anggota kelompok sendiri agar tetap semangat menyelesaikan pertanyaan demi pentanyaan di balik gambar seblak yang mereka pilih. Ada yang bertugas maju mengambil gambar seblak. Dan mengganti dengan gambar lain yang belum diselesaikan. Anggota lain ada yang mencari jawaban di buku catatan  dan buku paket IPS.

Sebelum jam pembelajaran berakhir ada kelompok yang bisa menyelesaikan delapan, tujuh dan enam soal. Saya bahagia dengan kerja keras semua siswa. Sebelum meninggalkan kelas, saya sempat menatap papan tulis yang masih tertulis kata “mobilitas sosial ”. Saya tersenyum dalam hati, “Hari ini, bukan hanya tentang mobolitas sosial vertikal, horisontal, tapi juga semangat, kehangatan, dan rasa kebersamaan.”

Cepu, 6 November 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar