Minggu, 26 Oktober 2025

Langkah Kecil Penuh Makna di Hari Santri

 


Karya: Gutamining Saida

Hari Santri selalu menjadi momen istimewa bagi umat Islam, terutama bagi para santri dan masyarakat yang mencintai nilai-nilai keagamaan. Tahun ini, kirab Hari Santri di Desa Balun direncanakan berlangsung meriah pada tanggal 22 Oktober 2025, tepat di hari Rabu. Sejak beberapa minggu sebelumnya, panitia telah menyiapkan segala sesuatunya dengan matang. Spanduk besar sudah terpasang di halaman masjid Al Mujahidin, pengeras suara sudah diuji, dan undangan untuk berbagai kelompok ngaji serta madrasah diniyah di lingkungan sekitar sudah disebarkan.

Allah Subhanahu Wata’alla berkehendak lain. Sejak siang hari tanggal 22 Oktober 2025, langit yang semula cerah mendadak gelap. Hujan turun deras disertai angin lembut. Hingga malam menjelang, hujan tak juga berhenti. Tanah menjadi becek, dan jalan kampung berubah licin. Panitia akhirnya berkumpul di serambi masjid untuk bermusyawarah. Dengan penuh pertimbangan dan kesepakatan bersama, akhirnya diputuskan bahwa kirab Hari Santri diundur menjadi hari Minggu, 26 Oktober 2025, pukul 08.00 WIB.

Keputusan itu diterima dengan lapang dada oleh semua pihak. Para santri, ustaz, dan wali murid menyadari bahwa hujan adalah rahmat, bukan halangan. Panitia pun memanfaatkan waktu penundaan untuk menyiapkan ulang segala kebutuhan agar acara bisa berjalan lebih lancar dan meriah.

Ketika hari Minggu tiba, udara terasa segar dan langit biru membentang luas. Sisa embun masih menempel di dedaunan, menambah kesejukan suasana pagi. Saya bersiap sejak pukul tujuh pagi, mengenakan busana muslimah yang rapi dengan kerudung hijau muda. Tepat pukul 07.30 WIB, saya berangkat menuju masjid Al Mujahidin, tempat titik kumpul kirab dimulai.

Begitu tiba di halaman masjid, suasananya sudah ramai. Anak-anak santri dari berbagai kelompok diniyah dan kelompok ngaji di lingkungan masjid Al Mujahidin tampak bersiap di barisan masing-masing. Ada yang membawa bendera kecil bertuliskan nama lembaganya, ada yang membawa bendera merah putih kecil, dan ada pula yang membawa poster bertuliskan pesan-pesan cinta.

Beberapa lembaga diniyah yang turut serta di antaranya Diniyah Al Mujahidin, Diniyah Al Hidayah, dan rumah Qur’an wilayah Balun. Anak-anak tampak antusias. Wajah mereka cerah. Suasana terasa khidmat sekaligus meriah.

Sekitar pukul delapan tepat, kirab pun dimulai. Suara salawat menggema mengiringi langkah para peserta. Rute kirab telah disepakati Bersama yaitu berjalan dimulai dari depan Masjid Al Mujahidin, menuju gang dua, lalu terus ke gang enam. Dari sana, peserta berbelok ke gang lima bagian timur, kemudian tembus ke gang dua timur, dan akhirnya kembali ke depan masjid Al Mujahidin.

Sepanjang perjalanan, masyarakat menyambut dengan senyum bahagia. Banyak warga keluar rumah sekadar melambaikan tangan atau menonton dari tepi jalan. Beberapa ibu rumah tangga bahkan merekam momen itu dengan ponsel mereka. Anak-anak kecil ikut bersorak, menyapa teman atau kakak mereka yang ikut berjalan di barisan.

Saya sempat melihat beberapa orang tua yang menatap penuh kebanggaan ketika anak-anak mereka lewat sambil membawa poster bertuliskan lafaz shalawat. Ada rasa haru yang sulit dijelaskan. Kirab ini bukan sekadar pawai biasa tetapi juga sarana memperlihatkan betapa hidupnya kegiatan keagamaan di desa Balun. Banyak yang baru menyadari, ternyata di lingkungan Balun terdapat beberapa tempat mengaji dan madrasah diniyah yang aktif membina anak-anak untuk mencintai agama sejak dini.

Langkah demi langkah, barisan kirab terus berjalan rapi. Suara shalawat menggema di mobil yang berada di depan barisan kirab, berpadu dengan senyum masyarakat yang menonton. Tidak ada wajah lelah yang terlihat semuanya dipenuhi semangat dan rasa syukur.

Setelah berkeliling sesuai rute, seluruh peserta kembali ke halaman Masjid Al Mujahidin. Panitia sudah menyiapkan sepaket snak dalam plastik berisi beberapa makanan ringan dan sebotol minuman untuk setiap peserta. Anak-anak tampak gembira sekali menerima bingkisan itu. Mereka duduk berkelompok di teras masjid sambil menikmati isi snack, ada yang berfoto bersama teman-temannya, ada yang bercanda sambil menceritakan pengalaman berkeliling kampung.

Saya menatap suasana itu dengan hati yang penuh rasa bahagia. Rasanya begitu menenangkan melihat anak-anak kecil tumbuh dalam suasana keagamaan yang penuh cinta damai. Dari kirab ini, saya belajar bahwa semangat santri bukan hanya soal berjalan bersama membawa bendera atau poster, melainkan tentang menyebarkan nilai kebaikan dan semangat belajar agama di tengah masyarakat.

Langit Balun tampak begitu biru, seolah ikut tersenyum menyaksikan kebersamaan yang terjalin. Kirab Hari Santri tahun ini memang sempat tertunda karena hujan, namun penundaan itu justru menjadi jalan agar acara bisa berlangsung dengan cuaca cerah dan hati yang lebih siap.

Kirab yang sederhana di desa kecil kami ternyata membawa makna besar. Agenda ini, mempererat silaturahmi antar-diniyah, memperkenalkan tempat-tempat ngaji kepada masyarakat, dan menumbuhkan rasa bangga menjadi bagian dari generasi santri. Di akhir hari, saya pulang dengan langkah ringan dan hati penuh Syukur karena Allah Subhanahu Wata’alla telah mengizinkan hari yang indah ini berlangsung dengan penuh berkah.

Cepu, 27 Oktober 2025






Tidak ada komentar:

Posting Komentar