Karya: Gutamining Saida
Hari Santri selalu menjadi momen
istimewa bagi umat Islam, terutama bagi para santri dan masyarakat yang
mencintai nilai-nilai keagamaan. Tahun ini, kirab Hari Santri di Desa Balun
direncanakan berlangsung meriah pada tanggal 22 Oktober 2025, tepat di hari
Rabu. Sejak beberapa minggu sebelumnya, panitia telah menyiapkan segala
sesuatunya dengan matang. Spanduk besar sudah terpasang di halaman masjid Al
Mujahidin, pengeras suara sudah diuji, dan undangan untuk berbagai kelompok
ngaji serta madrasah diniyah di lingkungan sekitar sudah disebarkan.
Allah Subhanahu Wata’alla
berkehendak lain. Sejak siang hari tanggal 22 Oktober 2025, langit yang semula
cerah mendadak gelap. Hujan turun deras disertai angin lembut. Hingga malam
menjelang, hujan tak juga berhenti. Tanah menjadi becek, dan jalan kampung
berubah licin. Panitia akhirnya berkumpul di serambi masjid untuk
bermusyawarah. Dengan penuh pertimbangan dan kesepakatan bersama, akhirnya
diputuskan bahwa kirab Hari Santri diundur menjadi hari Minggu, 26 Oktober
2025, pukul 08.00 WIB.
Keputusan itu diterima dengan
lapang dada oleh semua pihak. Para santri, ustaz, dan wali murid menyadari
bahwa hujan adalah rahmat, bukan halangan. Panitia pun memanfaatkan waktu
penundaan untuk menyiapkan ulang segala kebutuhan agar acara bisa berjalan lebih
lancar dan meriah.
Ketika hari Minggu tiba, udara
terasa segar dan langit biru membentang luas. Sisa embun masih menempel di
dedaunan, menambah kesejukan suasana pagi. Saya bersiap sejak pukul tujuh pagi,
mengenakan busana muslimah yang rapi dengan kerudung hijau muda. Tepat pukul
07.30 WIB, saya berangkat menuju masjid Al Mujahidin, tempat titik kumpul kirab
dimulai.
Begitu tiba di halaman masjid,
suasananya sudah ramai. Anak-anak santri dari berbagai kelompok diniyah dan
kelompok ngaji di lingkungan masjid Al Mujahidin tampak bersiap di barisan
masing-masing. Ada yang membawa bendera kecil bertuliskan nama lembaganya, ada
yang membawa bendera merah putih kecil, dan ada pula yang membawa poster
bertuliskan pesan-pesan cinta.
Beberapa lembaga diniyah yang
turut serta di antaranya Diniyah Al Mujahidin, Diniyah Al Hidayah, dan rumah
Qur’an wilayah Balun. Anak-anak tampak antusias. Wajah mereka cerah. Suasana
terasa khidmat sekaligus meriah.
Sekitar pukul delapan tepat,
kirab pun dimulai. Suara salawat menggema mengiringi langkah para peserta. Rute
kirab telah disepakati Bersama yaitu berjalan dimulai dari depan Masjid Al
Mujahidin, menuju gang dua, lalu terus ke gang enam. Dari sana, peserta
berbelok ke gang lima bagian timur, kemudian tembus ke gang dua timur, dan
akhirnya kembali ke depan masjid Al Mujahidin.
Sepanjang perjalanan, masyarakat
menyambut dengan senyum bahagia. Banyak warga keluar rumah sekadar melambaikan
tangan atau menonton dari tepi jalan. Beberapa ibu rumah tangga bahkan merekam
momen itu dengan ponsel mereka. Anak-anak kecil ikut bersorak, menyapa teman
atau kakak mereka yang ikut berjalan di barisan.
Saya sempat melihat beberapa
orang tua yang menatap penuh kebanggaan ketika anak-anak mereka lewat sambil
membawa poster bertuliskan lafaz shalawat. Ada rasa haru yang sulit dijelaskan.
Kirab ini bukan sekadar pawai biasa tetapi juga sarana memperlihatkan betapa
hidupnya kegiatan keagamaan di desa Balun. Banyak yang baru menyadari, ternyata
di lingkungan Balun terdapat beberapa tempat mengaji dan madrasah diniyah yang
aktif membina anak-anak untuk mencintai agama sejak dini.
Langkah demi langkah, barisan
kirab terus berjalan rapi. Suara shalawat menggema di mobil yang berada di
depan barisan kirab, berpadu dengan senyum masyarakat yang menonton. Tidak ada
wajah lelah yang terlihat semuanya dipenuhi semangat dan rasa syukur.
Setelah berkeliling sesuai rute,
seluruh peserta kembali ke halaman Masjid Al Mujahidin. Panitia sudah
menyiapkan sepaket snak dalam plastik berisi beberapa makanan ringan dan
sebotol minuman untuk setiap peserta. Anak-anak tampak gembira sekali menerima
bingkisan itu. Mereka duduk berkelompok di teras masjid sambil menikmati isi
snack, ada yang berfoto bersama teman-temannya, ada yang bercanda sambil
menceritakan pengalaman berkeliling kampung.
Saya menatap suasana itu dengan
hati yang penuh rasa bahagia. Rasanya begitu menenangkan melihat anak-anak
kecil tumbuh dalam suasana keagamaan yang penuh cinta damai. Dari kirab ini,
saya belajar bahwa semangat santri bukan hanya soal berjalan bersama membawa
bendera atau poster, melainkan tentang menyebarkan nilai kebaikan dan semangat
belajar agama di tengah masyarakat.
Langit Balun tampak begitu biru,
seolah ikut tersenyum menyaksikan kebersamaan yang terjalin. Kirab Hari Santri
tahun ini memang sempat tertunda karena hujan, namun penundaan itu justru
menjadi jalan agar acara bisa berlangsung dengan cuaca cerah dan hati yang
lebih siap.
Kirab yang sederhana di desa
kecil kami ternyata membawa makna besar. Agenda ini, mempererat silaturahmi
antar-diniyah, memperkenalkan tempat-tempat ngaji kepada masyarakat, dan
menumbuhkan rasa bangga menjadi bagian dari generasi santri. Di akhir hari,
saya pulang dengan langkah ringan dan hati penuh Syukur karena Allah Subhanahu
Wata’alla telah mengizinkan hari yang indah ini berlangsung dengan penuh
berkah.
Cepu, 27 Oktober 2025

Tidak ada komentar:
Posting Komentar