Minggu, 28 September 2025

Tomat Rasa Cinta


Karya :Gutamining Saida 
Ada kalanya kebahagiaan datang dalam bentuk yang sederhana. Tidak selalu berupa barang mahal, hadiah besar, atau ucapan panjang. Kadang ia hadir lewat sebungkus kresek putih berisi buah tomat, yang di dalamnya tersimpan rasa cinta, perhatian, dan doa tulus dari orang-orang yang mencintai kita.

Selepas magrib, saya baru saja melangkah pulang dari jamaah salat.  Saat saya semakin mendekati rumah, pandangan saya tertumbuk pada tiga sosok siswi saya dari Kedungtuban. Mereka berdiri di depan rumah dengan wajah penuh senyum, seolah sedang menanti seseorang yang mereka cintai.

Tas kresek putih tampak di tangan mereka. Dari luar terlihat jelas warna oranye buah tomat yang menyembul, seakan memikat hati saya untuk segera menghampiri. Ada sesuatu yang hangat mengalir dalam dada. Beberapa hari  sebelumnya mereka pulang kampung, dan kini setelah kembali ke kost, mereka masih menyempatkan diri mampir ke rumah saya.

“Assalamualaikum, Bu,” sapaan mereka terdengar kompak, penuh sopan santun dan keakraban.
Saya tersenyum, menjawab dengan suara yang juga hangat, “Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.” Langkah saya semakin dekat. Ada rasa bahagia yang sulit digambarkan ketika tiga murid-murid yang datang dengan penuh ketulusan.

“Ayo masuk dulu,” ajak saya, melangkah menuju pagar dan membuka lebar pintu. Tapi mereka menggeleng pelan. “Maaf, Bu, kali ini langsung saja balik ke kost,” jawab salah satu dari mereka sambil mengulurkan kresek putih itu.

Saya menerima kresek tersebut. Nilai yang terkandung di dalam buah tomat sungguh sangat bernilai. “Lain kali mainnya, ya bu,” kata mereka. Saya mengangguk sambil berkata, “Terima kasih banyak, semoga sukses semua kalian.” Kata-kata itu meluncur tulus dari hati saya, diiringi doa agar Allah selalu menjaga mereka.

Sesaat setelah mereka pergi, saya menatap kembali isi kresek. Buah tomat berwarna oranye cerah tersusun rapi, seolah menyemburatkan kebahagiaan. Tomat ini bukan sekadar buah. Ia adalah simbol perhatian, simbol cinta, simbol ikatan yang terjalin antara guru dan siswi.

Saya tahu, tomat itu dibawa jauh-jauh dari desa Blungun, tempat asal mereka. Betapa istimewanya buah itu, karena tidak hanya sekadar tomat, tetapi tomat yang dibalut rasa cinta. Bagi sebagian orang, mungkin ini hanya buah biasa. Tapi bagi saya, tomat ini memiliki makna yang begitu mendalam.

Saya teringat, betapa sering kita menganggap remeh pemberian kecil dari orang lain. Padahal, setiap pemberian memiliki cerita, memiliki perjalanan, dan memiliki niat tulus yang melatarbelakanginya. Tomat yang sederhana ini, barangkali sudah dipetik dengan penuh perhatian, dibungkus dengan doa, dan diantarkan dengan senyum tulus.

Besok pagi, saya berencana membuat jus tomat dari buah ini. Bukan sekadar untuk mendapatkan vitamin C yang bermanfaat bagi tubuh, tapi juga untuk merasakan “vitamin cinta” yang jauh lebih besar khasiatnya. Jus tomat itu nanti akan menjadi minuman yang bukan hanya menyegarkan tubuh, tapi juga menguatkan hati.

Betapa sering kita lupa bahwa cinta bisa hadir dalam wujud yang sederhana. Allah memberi saya rezeki tak terduga, bukan berupa uang atau barang mewah, melainkan berupa buah tomat. Tapi sesungguhnya, di balik itu Allah sedang menitipkan pelajaran.

Pelajaran bahwa rasa cinta bisa dihadirkan lewat perhatian kecil. Bahwa kebahagiaan bukan diukur dari nilai materi, melainkan dari niat tulus pemberiannya. Seorang guru bisa mendapat penghargaan luar biasa, bukan lewat piagam atau sertifikat, melainkan lewat senyum murid yang datang menemuinya.

Saya merasa hati saya semakin lapang. Kehidupan ini memang sering melelahkan, penuh tugas, penuh tanggung jawab. Tapi di balik itu, Allah selalu menebar kejutan-kejutan kecil yang menyegarkan jiwa. Malam ini, kejutan itu bernama tomat rasa cinta.

Saya pun membayangkan esok hari. Saat blender berputar menghaluskan tomat-tomat itu, saya ingin meresapi setiap tetes airnya sebagai titipan kasih dari murid-murid saya. Setiap tegukan jus tomat akan saya niatkan sebagai doa. Doa agar cinta yang mereka berikan kembali kepada mereka dalam bentuk keberkahan, kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan.

Tomat itu juga mengingatkan saya bahwa guru bukan hanya tempat murid belajar, tetapi juga tempat murid menyalurkan rasa hormat, rasa sayang, bahkan rasa rindu. Hubungan guru dan murid bukan semata-mata soal ilmu, tapi juga soal hati. Ada rasa cinta yang mengikat, ada rasa terima kasih yang mereka bawa, dan ada rasa syukur yang mereka tunjukkan lewat hadiah sederhana ini.

Alhamdulillah, saya diberi murid-murid yang tidak hanya pandai belajar, tapi juga pandai mencintai. Murid-murid yang paham bahwa kebahagiaan bisa hadir lewat memberi, meski dengan sesuatu yang sederhana. Murid-murid yang mengajarkan saya kembali arti perhatian yang tulus.

Tomat rasa cinta itu akan selalu saya kenang. Karena tomat ini bukan sekadar buah, tetapi pengingat bahwa cinta bisa tumbuh di mana saja, hadir dari siapa saja, dan membawa makna yang dalam. Dan di setiap butir doa, saya akan selalu mendoakan mereka, murid-murid yang Allah titipkan pada saya, agar menjadi anak-anak sukses dunia akhirat. Benar, kebahagiaan itu sederhana. Kadang, hadir dalam bentuk yang tidak pernah kita sangka. Malam ini kebahagiaan saya hadir lewat sebuah kehadiran tiga siswi desa Blungun.
Cepu, 28 September 2025 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar