Karya : Gutamining Saida
Setiap wali kelas selalu punya cerita, begitu pula saya dengan kelas 7G. Sejak awal pertemuan di hari-hari pertama sekolah, saya sudah merasakan ada energi berbeda dari mereka. Energi yang begitu kuat, penuh semangat, dan menyimpan potensi luar biasa. Satu setengah bulan bersama mereka, saya bisa mengatakan bahwa kelas 7G adalah kelas yang penuh warna, penuh keunikan, dan menyimpan begitu banyak bibit unggul yang siap tumbuh jika diarahkan dengan baik.
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) menjadi ajang awal bagi saya untuk melihat sekilas siapa sebenarnya anak-anak ini. Di antara siswa-siswi yang masih canggung beradaptasi dengan lingkungan baru, siswa kelas 7G tampil begitu percaya diri. Mereka berani menunjukkan bakat dan kemampuannya. Saya ingat dengan jelas bagaimana Jason, sang ketua kelas, tampil membacakan puisi dengan suara tegas dan penuh penghayatan. Rasanya saya tidak menyangka, anak seusia itu mampu begitu mendalami makna sebuah puisi. Saat lomba karnaval HUT, Jason bahkan berperan menjadi ikon ayam jago. Kostum itu benar-benar melekat dengan karakternya yaitu penuh semangat, berani, dan menjadi simbol kebanggaan kelas.
Selain Jason, ada Medina. Anak perempuan ini punya suara khas, terlebih saat melantunkan lagu berbahasa Inggris. Setiap nada keluar dari bibirnya dengan begitu indah, membuat orang yang mendengarnya seakan terbawa dalam alunan syair. Lalu ada Kayla, seorang siswi dengan bakat menyanyi yang juga tak kalah memukau. Saat mereka bernyanyi, kelas seakan hidup, penuh semangat, dan suasana menjadi begitu hangat.
Tak hanya soal musik, seni rupa pun ternyata mewarnai kelas ini. Natasya, seorang siswi yang punya tangan ajaib. Dia pandai melukis kaligrafi dengan detail yang begitu indah. Tak berhenti di situ, ia juga piawai menari, menunjukkan bahwa bakatnya begitu beragam. Di sisi lain, ada Akbar, siswa laki-laki yang juga punya keterampilan kaligrafi. Keduanya seperti sepasang seniman muda yang bisa membawa nama kelas di bidang seni.
Seni tari pun tidak kalah berkembang di 7G. Auryn dan Lyta adalah dua siswi yang dikenal pandai menari. Saat gerakan tangan dan kaki mereka berpadu dengan irama musik, saya melihat masa depan yang cerah dalam diri mereka. Sementara Natasya, meski sudah dikenal dengan kaligrafi, ternyata juga ikut menunjukkan kemahirannya dalam menari. Anak-anak ini memang luar biasa, mampu menampilkan lebih dari satu bakat sekaligus.
Di bidang religius, 7G juga tak kalah membanggakan. Ratu, seorang siswi yang pandai membaca dan menghafal Al-Qur’an. Saat MPLS, ia tampil dengan lantunan ayat suci yang begitu merdu, membuat suasana hening penuh khidmat. Dari kalangan siswa laki-laki, ada Vino. Ia juga punya kemampuan yang sama, melantunkan ayat Al-Qur’an dengan fasih dan penuh penghayatan. Kehadiran mereka berdua membuat saya yakin bahwa kelas ini bukan hanya kaya akan seni, tetapi juga kuat dalam sisi spiritual.
Kelas 7G tidak akan lengkap tanpa kehadiran dua siswa yang selalu membuat suasana meriah yaitu Najwa dan Farel. Mereka dikenal cerewet, selalu punya banyak hal untuk dibicarakan. Tanpa kehadiran keduanya, kelas terasa sepi. Kadang-kadang, celotehan mereka membuat saya harus sedikit menegur, tapi saya tahu itulah yang membuat kelas ini terasa hidup.
Ada pula Alvino, siswa dengan postur tubuh paling kecil di kelas. Ukurannya yang mungil bukan berarti membatasi geraknya. Justru sebaliknya, ia sangat lincah, berlari ke sana kemari dengan semangat yang tak pernah habis. Melihat kelincahannya, saya sering tersenyum sendiri, membayangkan bagaimana ia bisa menjadi simbol semangat pantang menyerah di kelas ini.
Tentu saja masih banyak siswa lain yang belum saya sebut satu per satu. Bukan berarti mereka tidak punya kelebihan, hanya saja waktu bersama mereka baru sebentar. Saya yakin, seiring berjalannya hari, saya akan semakin mengenal potensi masing-masing anak. Setiap anak adalah bintang, hanya saja mungkin ada yang cahayanya belum sempat saya lihat.
Selama satu setengah bulan bersama, saya merasa belajar banyak dari mereka. Mereka mengajarkan saya arti kebersamaan, arti menghargai perbedaan, dan arti semangat dalam belajar. Kadang ada yang ribut, ada yang diam, ada pula yang tiba-tiba membuat suasana jadi riuh dengan ide konyolnya. Tapi justru itulah yang membuat saya semakin menyayangi kelas ini.
Sebagai wali kelas, tentu saya punya harapan besar. Saya ingin anak-anak 7G semakin kompak, semakin solid, dan mampu menciptakan kebersamaan yang kuat. Saya juga berharap mereka bisa terus mengembangkan bakat masing-masing, bukan hanya untuk bersenang-senang, tetapi juga sebagai bekal masa depan. Siapa tahu, Jason kelak menjadi penyair terkenal, Medina dan Kayla menjadi penyanyi yang bersinar, Natasya dan Akbar menjadi seniman hebat, Auryn dan Lyta menjadi penari profesional, Ratu dan Vino menjadi qari’ yang menginspirasi. Bahkan Najwa, Farel, dan Alvino yang dengan segala keunikannya, bisa menjadi pribadi tangguh yang membawa keceriaan di mana pun berada.
Kelas 7G bukan hanya sekadar kumpulan siswa-siswi. Mereka adalah keluarga kecil yang penuh potensi. Saya merasa beruntung diberi kesempatan menjadi bagian dari perjalanan mereka. Setiap hari bersama mereka adalah pengalaman baru, cerita baru, dan pembelajaran baru.
Ada doa yang tak pernah putus yaitu semoga 7G selalu kompak, penuh semangat, dan melahirkan generasi unggul yang membawa kebaikan untuk masa depan. Selamat berjuang anak-anak.
Cepu, 4 September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar