Kamis, 28 Agustus 2025

Saat Sulit Menyapa


Karya : Gutamining Saida 
Setiap insan pasti pernah bertanya dalam hatinya, “Kapan kebahagiaan itu akan datang? Kapan hati ini bisa merasakan kelapangan setelah sempitnya ujian hidup?” Pertanyaan semacam ini adalah wajar, karena manusia memiliki fitrah untuk mendambakan ketenangan, kemudahan, dan keberkahan dalam hidup. Sering kali jalan yang harus ditempuh untuk sampai pada kebahagiaan bukanlah jalan yang lurus tanpa rintangan. Justru, jalan itu penuh dengan tikungan, bebatuan, bahkan jurang yang menguji kesabaran dan keteguhan iman kita.

Islam mengajarkan bahwa di balik setiap kesempitan pasti ada kelapangan. Di balik kesedihan selalu ada kebahagiaan. Di balik kesulitan selalu hadir kemudahan. Inilah janji Allah Subhanahu Wata'alla yang termaktub dalam Al-Qur’an: “Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6). Ayat ini tidak sekadar menjadi penghibur bagi hati yang resah, tetapi juga menjadi penegasan bahwa setiap ujian yang Allah Subhanahu Wata'alla hadirkan tidak pernah tanpa solusi dan pertolongan. Allah Subhanahu Wata'alla tidak akan membebani hamba-Nya di luar batas kemampuannya.

Ujian hidup, apapun bentuknya, baik berupa kesempitan rezeki, kehilangan orang tercinta, kegagalan dalam cita-cita, maupun tekanan batin yang tak terlihat bukanlah tanda bahwa Allah Subhanahu Wata'alla meninggalkan kita. Justru ujian adalah bukti kasih sayang Allah 
Subhanahu Wata'alla sebab melalui ujian, Allah Subhanahu Wata'alla menyiapkan ladang pahala, meningkatkan derajat iman, dan membersihkan dosa-dosa hamba-Nya. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Barang siapa yang Allah Subhanahu Wata'alla kehendaki kebaikan baginya, maka Allah Subhanahu Wata'alla akan menimpakan musibah kepadanya.” (HR. Bukhari). Artinya, kesulitan bukanlah hukuman, melainkan tanda Allah Subhanahu Wata'alla sedang mendidik hati kita agar semakin dekat kepada-Nya.

Setiap kesempitan akan mengajarkan arti lapang. Saat seseorang berada di titik terendah kehidupannya, di sanalah biasanya ia belajar untuk menggantungkan harapan hanya kepada Allah Subhanahu Wata'alla. Manusia terkadang terlalu percaya diri dengan kekuatan, harta, atau kedudukannya, hingga lupa bahwa semua itu fana. Ujian hadir untuk meluruhkan kesombongan dan mengingatkan bahwa tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah Subhanahu Wata'alla .

Bersabar dalam menghadapi ujian bukanlah perkara mudah, tetapi juga bukan mustahil. Kesabaran tidak berarti pasrah tanpa usaha. Kesabaran sejati adalah ketika hati tetap tegar, lisan tetap basah dengan doa, dan tubuh tetap berusaha menapaki jalan kebaikan meski penuh aral. Bersabar adalah tetap berdiri ketika banyak yang terjatuh, tetap yakin ketika banyak yang meragukan, dan tetap berharap meski keadaan tampak menutup segala pintu.

Harapan kepada Allah Subhanahu Wata'alla harus selalu dijaga. Jangan pernah merasa lelah untuk berharap, karena Allah tidak akan mengecewakan hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Pertolongan Allah memang sering datang pada waktu yang tidak kita sangka, bahkan seringkali datang di saat-saat terakhir ketika kita merasa sudah tidak ada jalan keluar. Namun itulah bukti kebesaran Allah Subhanahu Wata'alla , agar kita benar-benar menyadari bahwa semua yang terjadi bukan karena kekuatan kita, melainkan karena kasih sayang dan kuasa-Nya.

Coba bayangkan, jika semua doa kita langsung terkabul tanpa ada penundaan, apakah kita akan benar-benar belajar arti sabar? Jika semua yang kita inginkan segera hadir tanpa hambatan, apakah kita akan benar-benar mengerti makna tawakal? Justru penundaan itu adalah cara Allah Subhanahu Wata'alla mendidik jiwa, agar kita semakin kuat, semakin sabar, dan semakin yakin bahwa segala sesuatu hanya ada dalam genggaman-Nya.

Banyak kisah orang-orang shalih yang diuji dengan kesempitan luar biasa, namun pada akhirnya mendapatkan kelapangan yang tak terduga. Nabi Ayyub diuji dengan penyakit yang berat bertahun-tahun lamanya, tetapi beliau tidak pernah berhenti bersabar dan berdoa. Nabi Yusuf dijebloskan ke dalam sumur, dijual sebagai budak, lalu dipenjara tanpa kesalahan, tetapi justru dari jalan penuh ujian itu Allah Subhanahu Wata'alla memuliakannya menjadi penguasa Mesir. Bahkan Nabi Muhammad ﷺ pun tidak luput dari ujian, dihina, disakiti, ditinggalkan oleh sebagian kaumnya, tetapi semua itu hanya menguatkan dakwah beliau hingga cahaya Islam menyinari dunia.

Kisah-kisah tersebut seharusnya menjadi cermin bahwa kesempitan bukanlah akhir dari segalanya. Justru kesempitan adalah awal dari kelapangan yang lebih besar. Kesedihan bukanlah kehancuran, melainkan jalan menuju kebahagiaan. Kesulitan bukanlah kebuntuan, melainkan pintu menuju pertolongan Allah Subhanahu Wata'alla .

Oleh karena itu, jangan pernah menyerah dalam menghadapi ujian hidup. Jangan terburu-buru menilai bahwa hidup ini tidak adil. Sesungguhnya keadilan Allah Subhanahu Wata'alla lebih sempurna dari segala logika manusia. Jika saat ini kita diuji dengan sempit, yakinlah ada lapang menanti. Jika saat ini kita diuji dengan sedih, yakinlah ada bahagia yang akan tiba. Jika saat ini kita diuji dengan sulit, yakinlah ada pertolongan yang telah Allah Subhanahu Wata'alla siapkan.

Kunci utamanya adalah sabar dan tetap berharap. Bersabar bukan hanya menahan diri, tetapi juga menjaga hati agar tidak berprasangka buruk kepada Allah Subhanahu Wata'alla . Berharap bukan hanya sekadar menunggu, tetapi juga memperkuat doa dan usaha. Semakin kita sabar, semakin besar pahala yang Allah Subhanahu Wata'alla siapkan. Semakin kita berharap, semakin dekat pertolongan Allah Subhanahu Wata'alla menghampiri.

Maka, jangan biarkan ujian melemahkan langkah kita. Jadikan ujian sebagai penguat iman, penyuci hati, dan jalan menuju rahmat Allah. Ingatlah selalu, pertolongan Allah Subhanahu Wata'alla itu nyata, dan akan datang pada waktu yang paling tepat yaitu tidak lebih cepat, tidak lebih lambat. Karena Allah Maha Tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Cepu, 28 Agustus 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar