Minggu, 31 Agustus 2025

Rezeki Akhir Pekan

Karya : Gutamining Saida 
Akhir pekan selalu menjadi momen yang berbeda dari hari-hari biasa. Jika di hari Senin hingga Sabtu pagi saya sudah terbiasa selepas subuh untuk menyiapkan sarapan dan makan siang bagi suami dan anak, maka di hari Minggu saya memilih untuk memanjakan diri dengan sedikit beristirahat. Tidak ada aktivitas masak-memasak di dapur, tidak ada aroma bumbu yang menguar, dan tidak ada kesibukan menyiapkan menu sarapan seperti biasanya. Hari Minggu adalah hari jeda, hari di mana tubuh dan pikiran saya boleh bernafas lebih lega.

Saya memutuskan untuk membeli sarapan dari pasar. Untuk saya dan anak, pilihan jatuh pada nasi pecel. Makanan sederhana yang selalu berhasil menghadirkan rasa hangat dan nostalgia. Sementara untuk suami, saya membelikan nasi campur lengkap dengan lauk yang bervariasi. Rasanya menyenangkan bisa duduk santai menikmati sarapan tanpa harus repot berkutat di dapur sejak pagi.

Ternyata Allah Subhanahu Wata'alla sudah menyiapkan kejutan lain di hari itu. Selepas sarapan, suami saya berangkat ke Sambong bersama jamaah Jamus, sedangkan saya sendiri memiliki agenda arisan di Kandangdoro bersama teman-teman. Masing-masing kami membawa niat baik untuk bersilaturahmi, berkegiatan, dan tentu saja menikmati kebersamaan.

Saat duduk bersama teman-teman, bercengkerama, sambil menyantap hidangan yang begitu nikmat membuat hati terasa penuh syukur. Makanan kecil roti, gethuk putih, ketela rebus, tahu bakso, jeruk, melon. Saya benar-benar merasa bahwa rezeki bisa datang dari arah yang tak pernah kita sangka. Tuan rumah kembali menyuguhkan hidangan istimewa. Kami diberi makan siang dengan menu nasi asem-asem daging yang segar, gurih, sekaligus asam yang menyegarkan lidah. Lauknya semakin lengkap dengan kerupuk putih yang renyah, menambah selera makan. Suasana makan siang bersama itu sungguh hangat, penuh canda tawa, dan menghadirkan rasa kebersamaan yang tulus.

Allah Subhanahu Wata'alla menitipkan rezeki yang tidak terduga melalui tangan-tangan hamba-Nya. Pulang arisan diberi nasi kotak dengan lauk yang begitu lengkap yaitu telur asin, bandeng yang gurih, udang, sambal yang menggugah selera, serta lalapan segar. Tidak hanya itu, masih ada tambahan berupa snack dan minuman. 

Tidak berhenti sampai di situ, seorang teman baik saya di Sidodadi memberikan sesuatu yang sangat khas, yaitu blondo. Blondo adalah ampas kelapa hasil dari pembuatan minyak kelapa, yang rasanya gurih dan bisa dijadikan lauk sederhana. Saya menerimanya dengan hati gembira, karena blondo bukan hanya makanan, tetapi juga membawa kenangan masa kecil. Saat  nenek masih sering memasak minyak kelapa sendiri. Bagi saya, blondo adalah simbol kehangatan dapur tradisional.

Di sisi lain, suami saya juga mendapat limpahan rezeki dari kebersamaannya bersama jamaahnya. Saat pulang ke rumah, beliau membawa oleh-oleh makanan berupa lontong opor yang kuahnya harum dan gurih, nasi jagung yang ditemani sayur lodeh lompong. Menu khas desa yang begitu membumi, serta ikan asin yang selalu cocok menjadi pendamping. Tidak berhenti sampai di situ, ada juga roti sebagai pelengkap. Melihat semua hidangan itu, saya hanya bisa tersenyum dan mengucap Alhamdulillah. Betapa Allah Subhanahu Wata'alla begitu baik, melimpahkan nikmat lewat cara yang tak terduga.

Di hari Minggu yang seharusnya sederhana, meja makan di rumah justru penuh dengan berbagai macam hidangan. Jika dipikirkan, tidak ada satu pun dari makanan itu yang saya masak dengan tangan sendiri, tetapi semuanya datang dengan cara yang indah: lewat sahabat, lewat jamaah, lewat silaturahmi, dan tentu saja lewat kehendak Allah Subhanahu Wata'alla . Saya kembali teringat pada firman-Nya, bahwa rezeki bisa datang dari pintu yang tidak disangka-sangka.

Pengalaman membuat hati saya bergetar. Bagaimana mungkin saya tidak bersyukur ketika Allah Subhanahu Wata'alla telah memberikan lebih dari yang saya bayangkan  Rezeki itu bukan hanya berupa makanan yang lezat, tetapi juga kebahagiaan bisa bersilaturahmi, merasakan perhatian dari orang-orang sekitar, dan menikmati kebersamaan bersama keluarga.

Sering kali kita berpikir bahwa rezeki hanya datang lewat hasil kerja keras kita di dapur, di ladang, atau di tempat kerja. Allah Subhanahu Wata'alla memiliki caranya sendiri untuk memberi kejutan. Terkadang lewat tangan sahabat yang dengan ikhlas berbagi, terkadang lewat jamaah yang saling memberi oleh-oleh, dan terkadang lewat momen kebersamaan yang sederhana. Semua itu adalah bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.

Saya pun semakin yakin, jika sudah rezeki, tidak akan pernah tertukar, tidak akan pernah tertahan, dan tidak bisa ditolak. Rezeki itu akan datang sesuai dengan ketentuan-Nya, tepat pada waktunya, dan melalui pintu yang Allah kehendaki.

Momen akhir pekan itu mengajarkan saya untuk tidak selalu merasa khawatir atau cemas tentang apa yang akan dimakan, apa yang akan dimiliki, atau dari mana rezeki akan datang. Tugas kita hanyalah berusaha, berdoa, dan menjaga hati agar selalu lapang. Selebihnya, biarkan Allah Subhanahu Wata'alla yang mengatur dengan kuasa-Nya.

Saya mengingat Minggu pagi, saya tersenyum bahagia. Hari yang awalnya saya niatkan untuk beristirahat, tanpa repot memasak, justru menjadi hari yang penuh dengan keberkahan. Saya mendapat kesempatan menikmati nasi pecel, nasi campur, nasi lauk telur asin dan udang sambal, nasi asem-asem daging dengan kerupuk putih, lontong opor, nasi jagung dengan sayur lodeh lompong, ikan asin, blondo, hingga roti. Semua hidangan itu seperti potongan-potongan nikmat yang Allah Subhanahu Wata'alla kumpulkan untuk saya dan keluarga.

Lebih dari sekadar makanan, saya merasakan cinta, perhatian, dan persahabatan dari orang-orang sekitar. Itulah rezeki yang sesungguhnya: bukan hanya yang masuk ke perut, tetapi juga yang mengisi hati dengan rasa syukur.

Saya belajar bahwa kebahagiaan tidak selalu harus datang dari kerja keras sendiri. Kadang, dengan menerima pemberian orang lain dan mensyukurinya, kita justru mendapatkan kebahagiaan yang lebih besar. Karena pada akhirnya, semua itu datang dari Allah Subhanahu Wata'alla, hanya saja perantaranya berbeda.

Di akhir pekan itu, saya benar-benar merasa dimanjakan. Bukan hanya dimanjakan dengan istirahat dari dapur, tetapi juga dimanjakan oleh Allah Subhanahu Wata'alla dengan rezeki yang berlimpah dan kebahagiaan yang sederhana.

Segala puji bagi Allah yang selalu memberikan nikmat, kadang lewat pintu yang tidak kita sangka. Selama kita terus bersyukur, Allah Subhanahu Wata'alla akan menambahkan nikmat-Nya dari jalan-jalan yang tak terduga.
Cepu, 31 Agustus 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar