Karya : Gutamining Saida
Liburan kali ini, rumah kami kembali ramai oleh tawa dan celoteh cucu-cucu. Zaskia, Hamzah, dan Emira datang berlibur di rumah kami di Cepu. Suasana yang biasanya tenang berubah menjadi penuh semangat sejak pagi. Ketiganya saling bermain, dan tak jarang berebut tempat duduk di pangkuan Timmi atau Akung.
Hamzah, cucu lelaki kami yang kini duduk di TK A, memang punya rasa ingin tahu yang besar. Apa saja yang dilakukan oleh orang dewasa, selalu ingin ia ikuti. Tak terkecuali urusan keluar rumah. Setiap kali Akung atau saya, Timmi-nya, bersiap-siap pergi, dia akan bertanya, “Mau ke mana? Hamzah ikut ya!”
Kami tentu senang dengan semangatnya, meski kadang ada rasa khawatir kalau tiba-tiba ia bosan lalu merengek minta pulang. Senin pagi itu, ketika Akung bersiap berangkat mengajar ngaji di Sambong, Hamzah mendekat dan bertanya dengan suara antusias, “Akung, hari ini ngaji ya? Hamzah boleh ikut?”
Akung memandangnya dan berkata tenang, “Boleh ikut, tapi jangan merengek minta pulang, ya. Duduk tenang, dengarkan, dan lihat-lihat saja dulu.”
Hamzah langsung mengangguk mantap. “Setuju, Hamzah nggak akan rewel. Janji!”
Akhirnya, berangkatlah mereka berdua ke Sambong, sebuah desa yang tak terlalu jauh dari Cepu. Jalanan masih sepi dan sejuk pagi itu. Hamzah duduk dengan penuh semangat, sesekali bertanya ini-itu tentang ngaji.
Sampai di Sambong tempat yang biasa digunakan untuk mengaji para lansia, Hamzah tampak terdiam sejenak. Ia melihat beberapa orang yang sudah duduk. Semuanya berusia lanjut. Ada yang memakai yang memakai kacamata tebal. Sebagian menyapa hangat kepada Akung, lalu tersenyum ramah kepada Hamzah.
“Lho Akung,” bisiknya pelan. “Itu murid-muridnya Akung? Kok... kakek-kakek dan nenek-nenek semua?”
Akung hanya tersenyum sambil mempersiapkan Al-Qur’an. “Iya, Hamzah. Mereka murid Akung. Mereka sedang belajar ngaji, belajar ilmu agama.”
Hamzah tidak berkata-kata lagi. Ia duduk di samping dan memperhatikan dengan seksama. Ia mengamati bagaimana para lansia itu mendengarkan penjelasan, mengeja huruf-huruf hijaiyah, dan sesekali bertanya dengan suara pelan.
Setelah dua jam berlalu, ngaji pun selesai. Para lansia bersalaman dengan Akung, lalu berpamitan pulang dengan wajah cerah dan semangat. Hamzah pun diajak pulang.
Sepanjang perjalanan, Hamzah terdiam. Tak seperti biasanya yang banyak bertanya. Begitu sampai di rumah, ia langsung lari menemui uminya dan berkata dengan suara takjub, “Umi... tahu nggak? Muridnya Akung tadi bukan anak-anak, tapi kakek-kakek dan nenek-nenek!”
Uminya tertawa mendengar cerita Hamzah yang penuh ekspresi. “Iya dong. Dalam Islam, belajar itu wajib, dari lahir sampai ke liang lahat. Jadi meskipun sudah tua, mereka tetap wajib menuntut ilmu, terutama ilmu agama.”
Hamzah tampak berpikir sejenak, lalu bertanya, “Berarti nanti kalau Hamzah sudah tua, harus tetap belajar juga ya, Umi?”
“Tentu saja. Kita semua harus terus belajar. Ilmu agama itu bekal untuk kehidupan setelah kita meninggal. Ilmu itu nggak ada batas waktunya. Bahkan Rasulullah SAW bersabda: ‘Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat.’”
Hamzah mengangguk. Matanya bersinar. “Berarti nenek-nenek dan kakek-kakek tadi itu hebat ya, Umi. Sudah tua tapi masih mau belajar ngaji. Hamzah juga mau kayak gitu nanti.
Ada rasa haru yang menyelinap di dada. Si kecil ini memang selalu punya cara sendiri dalam memahami dunia. Apa yang ia lihat hari itu menjadi pelajaran berharga yang mungkin tidak ia dapat dari buku atau sekolah.
Hamzah belajar makna menuntut ilmu dari murid-murid Akung. Bukan dari anak-anak seperti dirinya, tapi dari orang-orang tua yang tetap berjuang mengaji meski usia tak lagi muda. Saya yakin, pelajaran itu akan tinggal lama di dalam hatinya.
Semoga Hamzah tumbuh menjadi anak yang selalu mencintai ilmu, menghargai waktu, dan menjadikan agama sebagai cahaya hidupnya.
Cepu, 3 Juli 2025
ماشاءالله تبارك الله
BalasHapusCerita yang indah, dan penuh nilai-nilai semangat dan kebaikan, di kemas dalam tulisan dan penyampaian yang ringan dan mudah difahami. Semoga jadikan amal ibadah untuk semuanya, serta cucu di jadikan cucu yang sholeh...
آمِيْن آمِيْن آمِيْن يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ