Karya :Gutamining Saida
Sabtu pagi, tanggal 12 Juli, matahari belum sepenuhnya tinggi ketika saya melangkahkan kaki ke sekolah dengan perasaan bahagia. Hari itu adalah hari pertama saya menjalankan tugas baru, sebuah amanah langsung dari kepala sekolah. Saya diberi tanggung jawab sebagai pendamping kelas tujuh tepatnya di kelas Tujuh G.
Saat kabar itu sampai di telinga saya, rasa syukur langsung terucap melalui lisan. Namun tak bisa saya pungkiri, telinga ini juga menangkap berbagai komentar. Beberapa bernada canda, sebagian lagi terdengar seperti celotehan ringan. “Wah, kelas tujuh G, ya... Selamat menikmati!” ujar salah satu rekan guru sambil tertawa kecil. Saya hanya tersenyum. Dalam hati, saya berusaha menerima amanah ini dengan lapang dada.
Bagi saya, setiap amanah adalah ladang amal, jika dijalani dengan niat yang tulus. Pagi itu saya mantapkan hati. Bismillah. Saya niatkan tugas ini sebagai jalan pengabdian, bukan hanya untuk sekolah, tapi juga sebagai bekal di akhirat kelak. Ridho Allah, itulah yang saya harapkan. Jika keberadaan saya bisa bermanfaat bagi lingkungan Esmega, bagi para peserta didik baru yang sedang memulai perjalanannya, maka saya ingin menjalaninya dengan sepenuh hati.
Tugas langsung dimulai hari itu juga. Saya terjun mendampingi kegiatan pra-MPLS bersama siswa-siswa OSIS dan wali kelas tujuh serta guru lainnya. Kegiatan dibagi menjadi dua sesi adalah pagi dan sore. Meski melelahkan, saya justru merasa senang bisa turut serta menyambut siswa baru yang masih polos dan penuh rasa ingin tahu.
Saya melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana para pengurus OSIS menunjukkan dedikasi dan tanggung jawab. Mereka menyambut siswa baru dengan senyum ramah, mendampingi selama kegiatan, bahkan mengantar hingga ke pintu gerbang saat pulang. Ini bukan sekadar acara seremonial. Ini adalah pendidikan karakter secara nyata. Dan saya bersyukur bisa menjadi bagian dari itu.
Hari Minggu pun saya tidak libur. Sesuai undangan pukul 09.30 WIB semua wali kelas tujuh datang ke sekolah, kali ini mendampingi pengurus OSIS membersihkan ruang-ruang kelas dan mempersiapkan ruangan untuk kegiatan MPLS yang akan dilaksanakan di dalam kelas besok Senin . Melihat mereka menyapu, mengepel, menyusun kursi, membersihkan papan tulis, saya merasa seperti sedang menanam benih. Mereka bukan sekadar membersihkan ruang fisik, tetapi juga menata hati dan kesiapan untuk menyambut adik-adik kelas mereka dengan baik.
Di ruang kelas Tujuh G, saya melibatkan diri dengan pengurus OSIS. Sesekali saya berdialog dengan siswa OSIS, menyemangati mereka, dan tak jarang tertawa bersama. Momen-momen seperti ini yang justru membuat saya merasa hidup sebagai guru yaitu saat bisa hadir, membersamai, dan belajar bersama mereka.
Dalam menjalani tugas baru ini saya belum sepenuhnya mahir. Ada banyak hal yang masih harus saya pelajari. Semangat baru itu terus tumbuh. Saya merasa seperti sedang membuka lembaran baru dalam perjalanan pengabdian saya. Tugas mendampingi kelas Tujuh G bukan sekadar soal administrasi dan pengawasan, tetapi soal mencintai proses tumbuhnya anak-anak yang kelak akan menjadi generasi penerus bangsa.
Saya pun mulai mengenali satu per satu wajah siswa di saat lapangan. Beberapa terlihat pendiam, ada yang ceria, ada pula yang tampak masih bingung menyesuaikan diri. Saya tahu, masa transisi dari SD ke SMP bukanlah hal mudah. Mereka butuh bimbingan, teladan, dan pendamping yang sabar. Saya ingin menjadi bagian dari proses itu.
Di dalam hati saya berbisik, “Semoga semua langkah ini ada nilainya di sisi Allah Subhanahu Wata'alla.” Saya percaya, setiap peluh yang jatuh, setiap senyum yang saya bagi, setiap kata baik yang saya ucapkan di lingkungan sekolah, jika diniatkan karena Allah Subhanahu Wata'alla, bisa menjadi tabungan kebaikan di akhirat kelak.
Hari-hari awal ini adalah titik tolak bagi saya untuk terus memperbaiki diri. Bukan hanya sebagai guru, tetapi sebagai pribadi yang ingin hidup lebih bermakna. Saya tidak tahu akan seperti apa perjalanan mendampingi kelas Tujuh G ke depan. Tetapi satu yang pasti, saya ingin menjalaninya dengan niat yang lurus dan hati yang ikhlas.
Semoga niat baik ini dijaga oleh Allah. Semoga langkah-langkah kecil saya di sekolah ini bisa menjadi cahaya, tak hanya bagi orang lain, tetapi juga untuk diri saya sendiri.
Cepu, 13 Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar