Minggu, 06 Juli 2025

Cahaya 10 Muharom


Karya : Gutamining Saida 
Seharian langit redup. Burung-burung kecil terbang pulang ke sarangnya. Di beranda rumah yang sederhana, seorang nenek yang biasa disapa Timmi duduk bersama ketiga cucunya Zaskia, Hamzah, dan Emira. Mereka baru saja selesai salat ashar berjamaah, dan suasana hati terasa damai.

"Timmi, Kenapa banyak orang bilang tanggal 10 Muharom hari istimewa?" tanya Zaskia. 
Timmi di depan cucu-cucunya, seolah hendak memulai sebuah dongeng yang penuh makna.
“Coba kalian dengarkan baik-baik ya, Timmi mau cerita,” ujar timminya.
Cucu pun duduk rapi, penuh perhatian. Nenek memulai ceritanya.

"Pada tanggal 10 Muharram, yang juga disebut Hari Asyura, banyak peristiwa besar terjadi dalam sejarah umat manusia. Bukan satu, tapi banyak sekali kejadian penting yang Allah jadikan sebagai pelajaran dan pengingat untuk kita."

“Wah, kayak apa, Tiiim?” tanya Hamzah penasaran.
Pertama, “di hari inilah Nabi Nuh dan para pengikutnya selamat dari banjir besar. Setelah berbulan-bulan terombang-ambing di atas bahtera, kapal Nabi Nuh akhirnya bersandar di Gunung Judi pada tanggal 10 Muharram.”

"Serius, Tiim? Jadi itu hari penyelamatan?" seru kakak Zaskia.
Tiimi mengangguk. “Iya. Lalu, Nabi Musa juga diselamatkan dari kejaran Firaun pada tanggal ini. Allah Subhanahu Wata'alla membelah Laut Merah untuk menyelamatkan Nabi Musa dan kaumnya dari kejaran tentara Mesir.”
"Masya Allah!" bisik Zaskia kagum.

Tiimi melanjutkan, "Dan tahukah kalian? Di hari 10 Muharram juga, Nabi Yunus dikeluarkan dari perut ikan paus. Nabi Ibrahim diselamatkan dari kobaran api Namrud. Bahkan, pada hari ini, Allah Subhanahu Wata'alla mengampuni dosa Nabi Adam."

“Wah, banyak banget peristiwa penting ya, Tiim…” kata Hamzah sambil mengangguk-angguk.
Tiimi tersenyum. “Benar. Tapi ada satu peristiwa yang membuat umat Islam sangat terenyuh jika mengingatnya. Peristiwa itu adalah kesyahidan cucu Nabi Muhammad ﷺ, Sayyidina Husain bin Ali, dalam Perang Karbala.”

“Sayyidina Husain itu cucu Nabi ya, Nek?” tanya kakak Zaskia.
“Iya. Ia adalah anak dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah. Sayyidina Husain adalah orang yang sangat mulia, pemberani, dan penuh cinta kepada umat. Pada tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriyah, ia dan para pengikutnya dibunuh secara kejam oleh pasukan Yazid di padang Karbala, Irak.”
“Kenapa bisa sampai dibunuh, Tiimi?” tanya kakak. Zaskia sedih.
"Karena Sayyidina Husain menolak mengakui kepemimpinan Yazid yang zalim dan tidak adil. Ia memilih untuk menegakkan kebenaran, walaupun harus berkorban jiwa. Ia dan rombongannya dikepung, dibiarkan kelaparan dan kehausan selama beberapa hari. Hingga akhirnya, mereka semua gugur sebagai syuhada."

Hamzah tampak termenung. “Berarti hari itu juga penuh duka ya, Tiim?”
Tiimi mengangguk pelan. “Ya, hari itu adalah hari air mata bagi umat Islam. Tapi juga hari penuh cahaya, karena Sayyidina Husain menunjukkan pada kita arti keberanian, keteguhan, dan cinta kepada Allah Subhanahu Wata'alla .”

Zaskia mengangkat tangan, “Tiimi kenapa kita memperingati 10 Muharram? Apa yang harus kita lakukan?”
“Sangat bagus pertanyaannya,” kata Tiimi sambil tersenyum. “Pada 10 Muharram, kita dianjurkan untuk berpuasa sunnah. Rasulullah ﷺ sendiri berpuasa di hari itu dan menyuruh umatnya untuk ikut berpuasa sebagai bentuk syukur atas keselamatan para nabi-nabi Allah di masa lalu.”

“Lalu apa lagi, Tiimi?”
“Kita juga dianjurkan untuk berbuat kebaikan. Memberi santunan pada anak yatim, bersedekah, memperbanyak zikir dan doa. Bahkan ada hadits yang menyebut bahwa siapa yang menyenangkan hati keluarganya di hari Asyura, maka Allah Subhanahu Wata'alla akan melapangkan rezekinya sepanjang tahun.”

"Wah, berarti tadi pagi saat Tiimi kasih kami sarapan istimewa itu juga termasuk menyenangkan keluarga ya?" tanya Hamzah sambil tersenyum lebar.
“Iya, sayang,” jawab Tiimi memeluk kakak Zaskia lembut.
Senja mulai datang, suara adzan Maghrib menggema dari mushola kecil di ujung jalan. Tiimi menutup kisahnya dengan lembut.

"10 Muharram bukan sekadar tanggal dalam kalender Hijriyah. Ia adalah pengingat tentang keimanan, kesabaran, pengorbanan, dan kasih sayang. Hari di mana Allah menunjukkan keajaiban-Nya dan juga hari di mana umat Islam belajar untuk tetap berdiri di jalan kebenaran, meski harus mengorbankan yang paling berharga sekalipun.”

Ketiga cucu saya terdiam sejenak. Lalu Zaskia berucap, “Timmi, besok aku mau puasa. Aku juga mau kasih uang jajan untuk teman yatim. 
Timmi tersenyum bangga. Air matanya menetes haru. “InsyaAllah, kita lakukan bersama. Karena dari kisah-kisah itulah kita belajar jadi manusia yang lebih baik.”
Cepu, 6 Juni 2025 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar