Karya :Gutamining Saida
Minggu pagi matahari belum sepenuhnya naik ketika suara-suara riang mulai terdengar dari dapur dan ruang tengah rumah kami. Suara cucu-cucu saling bercanda, aroma serabi cantol mengepul, dan tawa kecil dari anak-anak saya yang sedang menyiapkan sarapan. Minggu ini kami sepakat untuk tidak bermalas-malasan, juga tidak merencanakan liburan jauh-jauh keluar kota. Kami hanya ingin menikmati waktu bersama, merayakan kebersamaan yang tak selalu bisa kami dapatkan di hari-hari kerja yang sibuk.
“Yuk, hari ini kita refreshing tipis-tipis,” ucap saya sambil menyadarkan punggung di dinding ruang makan. “Semua ikut, ya. Tidak boleh ada yang tinggal di rumah."
Ajakan itu disambut antusias. Tak butuh waktu lama, kami semua sudah bersiap. Cucu- cucu mengenakan baju favorit mereka, pasangan saya menenteng tas kresek berisi air minum, tisu, dan perlengkapan sederhana lain. Kami memang tidak hendak pergi jauh, cukup di dalam kota saja. Tidak ingin ambil risiko macet atau lelah di perjalanan. Tujuan kami hari ini sederhana adalah keliling kota Cepu dan menciptakan momen kebersamaan yang hangat.
Kami menyusuri jalan utama kota Cepu . Dari jendela mobil, cucu-cucu menunjuk gedung-gedung yang mereka kenali, bahkan ada yang memberi komentar lucu tentang baliho iklan yang baru. Kami melewati taman kota Cepu yang rindang, pasar plasa pagi yang masih ramai, dan deretan toko yang sebagian baru saja membuka pintu.
“Yuk, mampir sebentar ke taman seribu lampu. Jalan kaki sebentar,” kata anak laki-laki saya sambil menunjuk taman yang teduh.
Kami turun, berjalan santai menyusuri jalan setapak di taman. Ada yang berlari kecil, ada yang memungut bunga jatuh, dan ada yang sekadar duduk di bangku taman menikmati angin pagi. Tidak ada agenda khusus, tapi suasana ini terasa hangat. Saling berbicara tanpa tekanan, tertawa atas hal-hal remeh, dan menikmati detik demi detik bersama.
Setelah cukup puas berjalan-jalan, kami melanjutkan perjalanan menuju warung bakso favorit keluarga. Letaknya tidak terlalu jauh dari taman. Di sanalah kami biasa berkumpul saat ada perayaan kecil, atau hanya sekadar ingin menikmati semangkuk kehangatan dalam bentuk bakso.
Saat duduk bersama, semangkuk bakso panas mengepul di hadapan kami masing-masing dilengkapi minuman es jeruk, perasaan syukur menyelinap ke dalam hati. Tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat semua anggota keluarga duduk dalam satu meja, tertawa, saling menyuapi, dan bercakap dengan akrab. Setiap suapan terasa istimewa, bukan karena rasa baksonya saja, melainkan karena suasana yang mendampingi.
Setelah makan, kami memutuskan untuk singgah di sebuah tempat terbuka yang baru direnovasi menjadi area foto dan taman kota. Di sana, kami mengabadikan momen. Satu persatu berpose, mulai dari gaya formal, gaya lucu, hingga foto candid yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal saat melihat hasilnya.
Cucu - cucu berlari di antara tiang-tiang lampu taman yang artistik. Anak perempuan saya mengabadikan momen dengan ponselnya, sesekali mengarahkan sudut foto, memastikan semua wajah masuk dalam bingkai. Kami berfoto di depan loko kereta, di bawah patung kuda menjadi ikon kota Cepu , dan di depan air mancur kecil yang berkilauan terkena sinar matahari.
Waktu berlalu tanpa terasa. Tanpa rencana yang ribet, tanpa biaya besar, tanpa perjalanan panjang dan melelahkan, hari Minggu kami tetap terasa lengkap. Kebersamaan itu ternyata tidak membutuhkan kemewahan. Cukup ada waktu untuk berkumpul, kemauan untuk saling mendengarkan, dan hati yang saling menerima.
Saat matahari mulai condong ke barat, kami pun memutuskan pulang. Sepanjang perjalanan pulang, terdengar gumaman kecil dari anak-anak yang tertidur di kursi belakang, kelelahan karena bahagia. Di dalam hati, saya bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa . Tidak perlu menunggu liburan panjang atau tiket wisata mahal untuk bisa bahagia. Cukup hari Minggu, cukup keliling kota, cukup satu meja makan sederhana, cukup tawa yang mengisi udara itu semua sudah lebih dari cukup.
Bahagia tidak harus mahal. Kepuasan batin yang kami rasakan hari itu adalah anugerah yang tak ternilai. Saya yakin, cerita Minggu ini akan menjadi salah satu kenangan manis yang akan kami kenang bersama di masa depan.
Cepu, 30 Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar