Minggu, 01 Juni 2025

Menulis di Tengah Lelah dan Syukur



Karya : Gutamining Saida 
Ada kalanya pena harus berhenti menari, bukan karena tak cinta lagi pada kata-kata, melainkan karena tenaga dan pikiran tersedot untuk kewajiban yang lebih mendesak. Sepekan terakhir ini, saya memutuskan untuk libur menulis. Bukan karena kehilangan semangat atau merasa jenuh, tapi karena kepala ini rasanya seperti padat merayap. Tidak ada satu pun ide yang mampir. Atau, mungkin ide-ide itu masih ada, hanya saja tak sempat saya jamu dengan hangat untuk singgah dan tumbuh menjadi tulisan.

Hari-hari saya beberapa waktu belakangan ini diisi dengan tugas berat namun mulia yaitu  mengoreksi hasil penilaian sumatif akhir semester. Semester ini, saya mendapat amanah mengajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk enam kelas. Belum lagi tambahan dua kelas untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Dan tak berhenti di sana, ada ‘bonus’ dua kelas lagi amanah yang datang karena guru sebelumnya telah memasuki masa pensiun per 1 Mei lalu.

Totalnya, sepuluh kelas. Sepuluh kelas dengan lembar-lembar jawaban yang harus saya periksa satu per satu. Membaca jawaban siswa, mencermati apakah mereka benar-benar memahami pelajaran, atau sekadar menebak, adalah pekerjaan yang menguras pikiran. Tapi saya tidak mengeluh. Tidak ada ruang untuk itu. Yang ada hanyalah rasa syukur. Syukur karena masih dipercaya. Syukur karena tubuh ini masih diberi kemampuan untuk menyelesaikan tanggung jawab yang besar.

Saya yakin, tidak ada kerja keras yang sia-sia. Ketika kita menjalani sebuah tugas dengan niat yang lurus dan hati yang ikhlas, maka Allah Subhanahu Wata'alla pasti akan mempermudah jalan-jalan kita di kemudian hari. Mungkin bukan sekarang balasannya, tapi saya yakin setiap lembar yang saya koreksi, setiap nilai yang saya input dengan cermat, semua itu adalah bagian dari ladang amal yang kelak akan saya tuai hasilnya.

Ketika hari mulai sedikit lebih longgar, saya kembali membuka laman tulisan terakhir saya. Ada kerinduan yang mengendap. Ada rasa bersalah karena membiarkan pena saya berdebu. Tapi saya tahu, saya manusia biasa. Ada masa untuk memberi, ada masa untuk berhenti sejenak. Tidak semua jeda berarti kemunduran. Kadang, jeda adalah waktu yang diberikan Allah Subhanahu Wata'alla ntuk kita kembali mengisi energi dan menemukan arah.

Saya mencoba menulis lagi. Dengan perlahan, saya merangkai kata, membiarkan pikiran mengalir seperti sungai yang akhirnya menemukan jalannya sendiri. Saya tahu mungkin tulisan ini belum sempurna, mungkin belum sekuat karya-karya saya sebelumnya. Tapi saya percaya, yang penting adalah niat dan keberanian untuk memulai lagi.

Saya menulis bukan untuk dipuji. Saya menulis karena saya percaya bahwa setiap kata punya daya. Bahwa tulisan, sekecil apa pun, bisa menyentuh hati orang lain, menginspirasi, atau setidaknya membuat pembacanya merasa tidak sendirian. Karena di luar sana, ada banyak orang yang juga sedang berjuang dalam diam. Mungkin ada guru lain yang juga kelelahan mengoreksi lembar jawaban. Mungkin ada ibu rumah tangga yang kehilangan waktu untuk dirinya sendiri. Mungkin ada penulis yang juga sedang kehilangan arah.

Untuk mereka, saya ingin tulisan ini menjadi semacam pelukan hangat. Sebuah pengingat bahwa kita tidak sendiri. Bahwa setiap usaha yang tulus akan selalu berharga, meskipun tidak selalu terlihat.

Saya berharap, siapa pun yang membaca tulisan ini bisa kembali tersenyum. Bisa kembali menyalakan semangat yang sempat padam. Kalau boleh sedikit berharap lebih, semoga tulisan ini bisa menjadi motivasi untuk memulai kembali, apa pun bentuknya: menulis, bekerja, belajar, atau sekadar merawat harapan.

Kadang, kita tidak butuh semangat besar untuk memulai. Cukup satu langkah kecil yang diambil dengan keberanian. Hari ini, saya memilih untuk melangkah lagi. Saya menulis lagi, karena saya percaya, ada yang menantikan karya saya. Ada yang ingin membaca. Dan saya tidak ingin mengecewakan mereka.

Terima kasih untuk semua pembaca yang setia. Pembaca tulisan saya adalah bagian dari alasan saya kembali ke halaman kosong ini. Mari kita saling menguatkan. Karena hidup adalah perjalanan panjang yang indah, meski kadang melelahkan. Dalam lelah itu, saya tetap percaya Allah Subhanahu Wata'alla melihat setiap usaha kecil kita. Tidak ada yang sia-sia. Termasuk tulisan ini.
Cepu, 1 Juni 2025 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar