Langit cerah seolah ikut
merayakan keceriaan siswa-siswi SMPN 3 Cepu. Halaman sekolah yang biasanya
hanya jadi tempat upacara kini berubah jadi arena lomba yang penuh semangat. Classmeeting
tengah berlangsung, dan salah satu lomba yang paling menyita perhatian hari ini
adalah Lomba Meletuskan Balon.
Lomba ini begitu unik dan seru.
Pesertanya terdiri dari kelas tujuh dan delapan, masing-masing membentuk
satu regu yang berisi lima siswa. Perlombaan kelas tujuh musuh kelas
tujuh begitu juga kelas delapan bertanding dengan kelas delapan. Mereka
berbaris seperti kereta, dengan kedua tangan masing-masing peserta menempel
atau pegang pundak teman di depannya. Yang menarik, balon diikat dengan tali
rafia di kaki kiri peserta terakhir. Tugas regu yaitu menjaga balon sendiri
dan berusaha meletuskan balon milik regu lain, tanpa memutus formasi. Jika
tangan terlepas atau balon sendiri meletus, maka mereka langsung dinyatakan
kalah.
Yang membuat suasana semakin
ramai, penonton mayoritas adalah siswa perempuan dari berbagai kelas.
Mereka duduk rapi berjajar di pinggir lapangan, di bawah teduhnya pohon. Meski
hanya duduk di pinggir, semangat mereka luar biasa. Sorakan, teriakan, dan
yel-yel mengiringi setiap langkah peserta lomba.
"7B... eh salah, 7E ayo
kejar balonnya!" "7C jangan mundur terus, 7D serang dong!" "Wah,
hampir pecah itu...!"
Terdengar tawa dan jeritan kecil
setiap kali satu regu hampir kehilangan keseimbangan. Hanya di beberapa titik
terlihat siswa laki-laki, mungkin yang tidak ikut lomba atau menjadi panitia.
Mereka berdiri sambil tertawa geli melihat tingkah teman-temannya yang
kesulitan menjaga formasi sambil berputar menghindari serangan.
Saya duduk tak jauh dari penonton
siswa perempuann, ikut menyaksikan jalannya pertandingan. Ketika aba-aba dari
wasit terdengar, ketiga regu langsung bergerak. Beberapa terlihat gugup,
beberapa lain tampak sudah mempersiapkan strategi. Yang belakang harus siaga
melindungi balon, yang depan harus cerdik mengecoh lawan.
Salah satu regu dari kelas 7D
hampir kehilangan kendali saat peserta kedua tergelincir dan nyaris melepas
tangan. Sorak penonton makin membahana. Tapi mereka berhasil menjaga formasi.
Di sisi lain, regu dari 7D tampak lebih agresif. Mereka memutar dan menutup
ruang gerak lawan. Dalam hitungan detik...
“DOOOOR!!”
Balon dari regu 7C meletus! penonton langsung bersorak. "Yaaah pecah
balonnya!" "Seruuuu!!"
Meski kalah, regu 7D tetap
tersenyum dan kembali ke pinggir lapangan, disambut tepuk tangan teman-teman
perempuan yang duduk sambil melambaikan tangan menyemangati.
Pertarungan kini tinggal antara 7E
dan 7C. Gerakan mereka semakin hati-hati namun penuh siasat. Tiba-tiba regu 7D
melancarkan manuver yaitu mereka
berputar dari sisi kanan lapangan, mencoba mengapit dari belakang. Tapi 7C
lebih sigap, peserta terakhirnya melompat kecil menghindar.
Penonton semakin heboh.
“Ayo dong pecahkan! Sedikit lagi!”“Lindungi balonnya, woyy!”
Akhirnya… “DUORR!” Balon
regu 7D meletus, tepat saat mereka mencoba menyerang balik.
Lagi-lagi sorakan dan tepuk tangan membahana. "7C menang 7C juara!""Balas dendam dong
besok!"
Regu pemenang pun berjalan ke
tengah lapangan dengan penuh bangga. Mereka disalami panitia Teman-teman perempuan dari kelas mereka
langsung bersorak lebih keras, ada yang memekik senang, bahkan ada yang merekam
dengan ponsel.
Saya melihat momen itu dengan
perasaan campur aduk antara haru dan kagum. Anak-anak ini, dengan segala
spontanitas dan tawa lepasnya, telah menunjukkan bahwa kegiatan sederhana
seperti classmeeting bisa menjadi ruang tumbuh yang luar biasa. Di balik permainan
kecil, ada pelajaran besar yaitu kerja sama, ketangkasan, sportivitas, dan
kebersamaan.
Kemenangan memang menyenangkan,
tapi yang lebih bermakna adalah bagaimana mereka saling mendukung, menertawakan
kekonyolan tanpa merendahkan, dan menikmati proses dengan wajah ceria.
Dan saat sorak sorai mereda,
siswa-siswi kembali ke tempat duduk mereka di pinggir lapangan, melanjutkan
menonton lomba berikutnya. Lomba balon mungkin sudah selesai, tapi kenangannya
meletus di dalam hati seperti balon yang pecah tadi meninggalkan kesan yang tak
mudah hilang.
Cepu, 18 Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar