Rabu, 18 Juni 2025

Meletuskan Balon Meledakkan Sorak Sorai

 

Karya : Gutamining Saida

Langit cerah seolah ikut merayakan keceriaan siswa-siswi SMPN 3 Cepu. Halaman sekolah yang biasanya hanya jadi tempat upacara kini berubah jadi arena lomba yang penuh semangat. Classmeeting tengah berlangsung, dan salah satu lomba yang paling menyita perhatian hari ini adalah Lomba Meletuskan Balon.

Lomba ini begitu unik dan seru. Pesertanya terdiri dari kelas tujuh dan delapan, masing-masing membentuk satu regu yang berisi lima siswa. Perlombaan kelas tujuh musuh kelas tujuh begitu juga kelas delapan bertanding dengan kelas delapan. Mereka berbaris seperti kereta, dengan kedua tangan masing-masing peserta menempel atau pegang pundak teman di depannya. Yang menarik, balon diikat dengan tali rafia di kaki kiri peserta terakhir. Tugas regu yaitu menjaga balon sendiri dan berusaha meletuskan balon milik regu lain, tanpa memutus formasi. Jika tangan terlepas atau balon sendiri meletus, maka mereka langsung dinyatakan kalah.

Yang membuat suasana semakin ramai, penonton mayoritas adalah siswa perempuan dari berbagai kelas. Mereka duduk rapi berjajar di pinggir lapangan, di bawah teduhnya pohon. Meski hanya duduk di pinggir, semangat mereka luar biasa. Sorakan, teriakan, dan yel-yel mengiringi setiap langkah peserta lomba.

"7B... eh salah, 7E ayo kejar balonnya!" "7C jangan mundur terus, 7D serang dong!" "Wah, hampir pecah itu...!"

Terdengar tawa dan jeritan kecil setiap kali satu regu hampir kehilangan keseimbangan. Hanya di beberapa titik terlihat siswa laki-laki, mungkin yang tidak ikut lomba atau menjadi panitia. Mereka berdiri sambil tertawa geli melihat tingkah teman-temannya yang kesulitan menjaga formasi sambil berputar menghindari serangan.

Saya duduk tak jauh dari penonton siswa perempuann, ikut menyaksikan jalannya pertandingan. Ketika aba-aba dari wasit terdengar, ketiga regu langsung bergerak. Beberapa terlihat gugup, beberapa lain tampak sudah mempersiapkan strategi. Yang belakang harus siaga melindungi balon, yang depan harus cerdik mengecoh lawan.

Salah satu regu dari kelas 7D hampir kehilangan kendali saat peserta kedua tergelincir dan nyaris melepas tangan. Sorak penonton makin membahana. Tapi mereka berhasil menjaga formasi. Di sisi lain, regu dari 7D tampak lebih agresif. Mereka memutar dan menutup ruang gerak lawan. Dalam hitungan detik...

“DOOOOR!!”
Balon dari regu 7C meletus! penonton langsung bersorak. "Yaaah pecah balonnya!" "Seruuuu!!"

Meski kalah, regu 7D tetap tersenyum dan kembali ke pinggir lapangan, disambut tepuk tangan teman-teman perempuan yang duduk sambil melambaikan tangan menyemangati.

Pertarungan kini tinggal antara 7E dan 7C. Gerakan mereka semakin hati-hati namun penuh siasat. Tiba-tiba regu 7D melancarkan manuver yaitu  mereka berputar dari sisi kanan lapangan, mencoba mengapit dari belakang. Tapi 7C lebih sigap, peserta terakhirnya melompat kecil menghindar.

Penonton semakin heboh.
“Ayo dong pecahkan! Sedikit lagi!”“Lindungi balonnya, woyy!”

Akhirnya… “DUORR!” Balon regu 7D meletus, tepat saat mereka mencoba menyerang balik.
Lagi-lagi sorakan dan tepuk tangan membahana. "7C  menang 7C juara!""Balas dendam dong besok!"

Regu pemenang pun berjalan ke tengah lapangan dengan penuh bangga. Mereka disalami panitia Teman-teman perempuan dari kelas mereka langsung bersorak lebih keras, ada yang memekik senang, bahkan ada yang merekam dengan ponsel.

Saya melihat momen itu dengan perasaan campur aduk antara haru dan kagum. Anak-anak ini, dengan segala spontanitas dan tawa lepasnya, telah menunjukkan bahwa kegiatan sederhana seperti classmeeting bisa menjadi ruang tumbuh yang luar biasa. Di balik permainan kecil, ada pelajaran besar yaitu kerja sama, ketangkasan, sportivitas, dan kebersamaan.

Kemenangan memang menyenangkan, tapi yang lebih bermakna adalah bagaimana mereka saling mendukung, menertawakan kekonyolan tanpa merendahkan, dan menikmati proses dengan wajah ceria.

Dan saat sorak sorai mereda, siswa-siswi kembali ke tempat duduk mereka di pinggir lapangan, melanjutkan menonton lomba berikutnya. Lomba balon mungkin sudah selesai, tapi kenangannya meletus di dalam hati seperti balon yang pecah tadi meninggalkan kesan yang tak mudah hilang.

Cepu, 18 Juni 2025

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar