Kebersamaan Dalam Perjalanan

Karya : Gutamining Saida 
Sabtu pagi tanggal 21 Juni 2025 menjadi saksi kebersamaan keluarga besar Esmega. Kami berangkat bersama-sama menghadiri resepsi pernikahan Ibu Lala dan Pak Aang, dua guru hebat yang telah mempersatukan cinta mereka dalam ikatan pernikahan suci. Bukan hanya sekadar menghadiri, tetapi perjalanan ini menjadi momen istimewa untuk meneguhkan rasa kebersamaan antar  anggota keluarga besar sekolah kami, SMP Esmega Cepu.

Sejak awal, suasana sudah terasa hangat dan meriah. Kami berkumpul di  dekat lapangan atletik Cepu. Menurut rencana berangkat pukul 06.00 WIB. Saat pukul 05.30 WIB ketua Kekeluargaan mengirim foto bus dan memberi tahu bahwa bus sudah standby. Sesuai jadwal berangkat pukul 06.00 WIB. 
Dua armada telah disiapkan  satu bus besar dan satu mobil pribadi milik kepala sekolah. 
Saya memilih naik bus bersama beberapa guru lainnya dan beberapa staf sekolah.

Ketika jarum jam menunjukkan pukul 06.00 WIB masih ada yang belum datang yaitu pak Zaenul. Ditunggu sampai pukul 06.45 masih juga belum datang. Bus sedikit bergeser ke bawah belum juga datang. Diambil kesepakatan untuk segera berangkat dengan konsekuensi pak Zaenul ditinggal. Eeee dari kejauhan pak Zaenul diantarkan oleh pak Sahli. Saat memasuki bus, seisi bus langsung komentar. Hoooooo. Tanpa diminta, tanpa dikomando. Pak Zaenul tanpa komentar, tanpa ekspresi kakinya melangkah ke bagian belakang. Dia menyadari akan keterlambatan datang dan menyebabkan teman-teman menunggu lama. 

Ketika roda mulai berputar dan bus melaju pelan meninggalkan jalan dekat lapangan atletik, tak lama kemudian terdengar suara musik. Lagu-lagu nostalgia dan lagu dangdut masa kini bergantian menyapa telinga. Tanpa diminta, satu per satu guru mulai unjuk kebolehan bernyanyi. Ada yang suaranya merdu dan memukau, ada pula yang menyanyi sambil bercanda dan membuat kami tergelak.

Saya? Hanya menjadi pendengar setia di pojok kursi. Menyanyi memang bukan bidang saya. Saya merasa lebih nyaman menikmati suara rekan-rekan yang berbakat, memberi tepuk tangan, dan sesekali ikut tertawa bila lagu yang dipilih mengandung lirik jenaka atau gaya menyanyi yang unik.

Perjalanan menjadi terasa singkat karena diwarnai canda tawa dan suasana akrab. Dari deretan kursi depan terdengar suara Bu Isna, bu Wiwik, bu Indri menyanyikan lagu “Lagu Bahagia” sambil sesekali menggoda Pak Wahyudi yang duduk di baris kedua. Di belakang, Bu Rini, bu Fitri dan Bu Ely tak kalah heboh menyanyikan lagu nostalgia, dangdut koplo, mengajak teman-teman lain ikut berjoget kecil di tempat duduk masing-masing.

Saya memandang ke sekeliling. Ada perasaan hangat yang mengalir. Betapa luar biasanya menjadi bagian dari keluarga ini. Guru-guru di Esmega memang hebat bukan hanya dalam mengajar, tetapi juga dalam menjalin kebersamaan. Perjalanan ini menjadi bukti nyata bahwa kami bukan hanya rekan kerja, tetapi juga satu keluarga yang saling mendukung dan menguatkan.

Sesampainya di lokasi resepsi, kami disambut hangat oleh keluarga mempelai. Ibu Lala tampak anggun dengan kebaya berwarna hijau muda, dan Pak Aang tampak gagah dalam balutan baju tradisional. Raut bahagia terpancar dari wajah keduanya. Kami segera menuju tempat yang telah disiapkan untuk tamu undangan. Makanan kecil, sup matahari, nasi, es kopyor pun tersaji dengan menggoda. 

Setelah menikmati hidangan, kami bergiliran memberikan ucapan selamat kepada mempelai. Ada yang menyelipkan amplop sambil mendoakan. Tak lupa, kami sempat berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Foto kebersamaan itu kini menjadi salah satu kenangan manis dalam galeri ponsel saya.

Saat sore mulai menjelang, kami bersiap untuk kembali pulang ke Cepu. Perjalanan pulang tak kalah seru. Rasa kantuk memang mulai menyapa, tetapi suasana dalam bus tetap riuh. 

Di tengah-tengah kegembiraan itu, saya diam-diam merenung. Saya merasa sangat bersyukur menjadi bagian dari keluarga Esmega. Perjalanan ini bukan hanya tentang menghadiri resepsi, tetapi juga tentang mempererat tali silaturahmi, saling mengenal lebih dekat, dan berbagi kebahagiaan bersama.

Sebagai anggota baru di lingkungan ini, saya banyak belajar dari rekan-rekan guru yang luar biasa. Mereka tidak hanya menginspirasi dalam urusan pekerjaan, tetapi juga dalam cara mereka menjaga keharmonisan, membangun solidaritas, dan menciptakan ruang aman untuk tumbuh bersama.

Saya sadar, belum bisa sehebat mereka. Namun, di sinilah harapan saya tumbuh: harapan untuk bisa belajar lebih banyak, berkembang lebih baik, dan suatu hari nanti bisa ikut berkontribusi lebih besar bagi keluarga besar ini. Saya ingin menjadi bagian dari cerita hebat Esmega, bukan hanya sebagai pendengar, tetapi juga pelaku yang membawa warna.

Perjalanan hari itu mungkin hanya berlangsung beberapa jam. Tapi kenangannya akan tinggal lebih lama menjadi bagian dari jejak langkah saya dalam perjalanan menjadi guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga tumbuh dalam cinta dan kebersamaan.
Cepu, 21 Juni 2025 



Komentar