Karya : Gutamining Saida
Anak-anak seperti pohon yang tumbuh dari biji kecil. Setiap air mata, nasihat, dan doa yang disiramkan adalah pupuk bagi tumbuhnya akar yang kuat dan batang yang tegap. Abida, anak kedua kami, tumbuh dengan caranya sendiri. Sejak kecil, ia sudah kami bekali ilmu, pemahaman agama, dan pengalaman hidup. Ia bukan anak yang manja meski kami pernah ingin memanjakannya. Tapi keadaan membentuknya menjadi pribadi yang mandiri, kuat dalam diam, dan penuh daya juang dalam kesederhanaan.
Tinggal jauh dari orang tua bukan hal mudah untuk anak seusianya. Tapi Abida menjalaninya dengan sikap tenang dan penuh tanggung jawab. Kami tahu, dalam hatinya mungkin sering muncul rindu diantaranya rindu rumah, rindu pelukan umi, rindu suara abah yang penuh semangat. Namun ia memilih tidak menunjukkan itu semua. Ia menyimpannya dalam dada dan menukar rindu itu dengan semangat belajar dan berkembang.
Tidak seperti anak muda kebanyakan yang larut dalam hiruk-pikuk dunia maya dan pergaulan bebas, Abida punya cara sendiri mengisi waktunya. Ia mencintai dunia teknologi. Ia bersahabat dengan laptop, coding, desain, dan animasi. Semua dipelajari secara otodidak. Tanpa guru khusus, tanpa kursus berbayar, ia belajar dari sumber-sumber digital dan mencoba berulang-ulang hingga mahir. Kadang kami lihat hasil karyanya, dan kami hanya bisa menganga. “Bagaimana ia bisa membuat ini sendiri?”
Kemampuan itu bukan hanya sekadar hobi. Kami tahu, Abida sedang menyiapkan bekal. Bekal untuk hidup mandiri. Bekal untuk menjemput masa depan yang tak mudah. Bekal untuk berdiri di atas kaki sendiri. Ia tahu, zaman sekarang bukan lagi soal ijazah saja, tapi soal keterampilan. Ia sedang menapaki jalan itu dengan perlahan namun pasti.
Dalam banyak hal, Abida adalah pribadi yang tidak suka bergantung pada orang lain. Ia mungkin lebih memilih susah sendiri daripada merepotkan orang lain. Kadang kami sebagai orang tua ingin berkata, “Nak, tidak apa-apa meminta tolong sesekali.” Tapi kami sadar, sikap itu tumbuh dari tempaan hidup dan tekadnya untuk menjadi laki-laki yang kelak siap mapan yaitu bukan hanya mapan secara materi, tapi juga dalam berpikir dan bertindak.
Salah satu hal yang membuat kami bangga adalah ketekunannya dalam menjaga nilai-nilai agama yang sejak kecil ditanamkan. Meski berada jauh dari rumah, ia tetap menjaga salatnya, tetap menjaga pergaulannya, dan tetap menjadikan doa sebagai pelindung harian. Doa-doa yang pernah kami ajarkan sejak kecil kini menjadi senjatanya menghadapi kerasnya dunia. Kami sering kali merasa tenang karena tahu bahwa anak kami membawa Tuhan Allah dalam setiap langkahnya.
Sebagai orang tua, kami hanya bisa mengiringi langkahnya dengan doa. Tak banyak yang bisa kami lakukan dari kejauhan. Setiap malam, dalam sujud panjang, kami bisikkan nama Abida dalam doa-doa kami. Kami mohonkan agar Allah Subhanahu Wata'alla melindunginya, memudahkan urusannya, membukakan rezekinya, dan melembutkan hatinya. Kami minta agar langkahnya dimudahkan, agar ia dijauhkan dari fitnah dunia dan dijaga dari kesesatan jalan.
Kami tahu, jalan yang ditempuh Abida tidak mudah. Kami juga yakin, Allah Subhanahu Wata'alla tidak akan menyia-nyiakan setiap usaha dan peluhnya. Tidak akan sia-sia setiap malam yang ia habiskan di depan layar belajar hal baru. Tidak akan sia-sia kesabaran yang ia latih untuk tetap kuat meski sendirian.
Abida mungkin tidak banyak bicara. Ia bukan tipe anak yang menceritakan semuanya kepada orang tua. Tapi lewat tindakan dan ketekunannya, kami paham bahwa ia sedang membangun masa depan. Ia sedang menulis cerita hidupnya dengan tinta mandiri dan pena keberanian. Dan itu cukup bagi kami.
Kelak, ketika waktunya tiba, kami percaya Abida akan menjadi pribadi yang kokoh. Seorang lelaki yang siap berdiri, memimpin, dan memberi. Ia akan menjadi contoh bahwa jalan kebaikan bisa ditempuh dengan diam-diam, dengan kerja keras dan istiqamah.
Ketika itu terjadi, kami tahu bahwa semua ini dimulai dari sebuah rumah kecil yang penuh cinta, dari bekal sederhana yang diberikan oleh kedua orang tua yang hanya bisa mencintai dan mendoakan sepenuh jiwa. Semoga Allah Subhanahu Wata'alla menjadikan setiap langkah Abida bernilai pahala, setiap keringatnya bernilai keberkahan, dan setiap perjuangannya di dunia ini menjadi tangga menuju surga-Nya.
Cepu, 5 Mei 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar