Jumat, 04 April 2025

Temu Keluarga Besar


Karya: Gutamining Saida

Lebaran hari kedua selalu menjadi momen istimewa bagi keluarga besar dari pihak bapak saya. Tahun 2025, reuni keluarga berlangsung di rumah Pak dhe Dali di Genjit. Sebuah rumah sederhana di pedesaan yang tetap menjadi saksi kebersamaan keluarga kami tahun ini . Dari lima bersaudara, kini hanya tersisa tiga, yaitu pak Dhe Pandi, pak Dhe Dali dan bulik Ti. Meskipun begitu, semangat berkumpul tidak pernah luntur.

Kami berangkat bersama suami dan dua anak dari rumah.  Jalanan menuju Genjit cukup lengang, hanya beberapa kendaraan yang melintas. Begitu tiba, suasana pedesaan yang asri langsung menyapa. Udara segar, pohon-pohon rindang dan rumah-rumah khas desa menambah kehangatan pertemuan kali ini.

Begitu masuk ke halaman rumah Pak dhe Dali, beberapa saudara sudah berkumpul. Para laki-laki duduk lesehan di serambi rumah, berbincang santai sambil menikmati hidangan kecil. Sementara itu, kaum perempuan berkumpul di ruang dalam, bercengkerama dengan hangat. Anak-anak berlarian di halaman, tertawa ceria tanpa beban.

Hidangan khas sudah tersaji di atas tikar. Berbagai makanan kecil seperti kue kering, keripik ketela, kacang dan buah pisang tersusun rapi. Yang paling khas dan selalu dinantikan adalah tape ketan hitam dan jadah ketan hitam, hidangan spesial yang hanya bisa kami temui di rumah Pak dhe Dali. Aroma khasnya langsung menggoda selera, mengingatkan pada tradisi yang sudah berjalan bertahun-tahun.

Menjelang siang, makanan berat mulai dihidangkan. Nasi jagung lengkap dengan sayur dan lauk-pauk menjadi pilihan bagi yang ingin merasakan cita rasa pedesaan yang autentik. Selain itu, ada juga nasi putih dengan opor ayam yang gurih, oseng-oseng sayur, mie goreng dan kerupuk sebagai pelengkap. Tak ketinggalan, es dingin yang menyegarkan tenggorokan di tengah teriknya siang berwarna pink.

Kami duduk memenuhi tikar, menikmati makanan sambil bercengkerama. Sesekali terdengar tawa pecah karena cerita-cerita lama yang diulang kembali. Nostalgia tentang masa kecil, kenakalan saat masih kecil, hingga kisah perjuangan orang tua menjadi topik yang tidak pernah habis dibahas.

Uang arisan sudah terkumpul, bendahara mengumumkan perolehan uang dan tahun yang akan datang bertempat di keluarga pak dhe Pandi. Menurut rencana akan dilangsungkan di rumah anaknya yang di Baureno. Sumbangan uang musala juga diumumkan.

Salah satu momen yang selalu ditunggu adalah sesi foto keluarga. Masing-masing keluarga berpose, mengabadikan kebersamaan yang hanya terjadi setahun sekali. Keluarga Pak dhe Yadi menjadi pusat perhatian karena memiliki anggota terbanyak. Saat sesi foto berlangsung, berbagai komentar dan canda tawa pun bermunculan, membuat suasana semakin riuh dan penuh kehangatan.

"Waaah, keluarga Pak dhe Yadi ini kalau kumpul, bisa buat satu RT sendiri," canda salah satu saudara yang langsung disambut tawa lepas.

"Anak, cucu, cicit tambah besar semua, tahun depan pasti tambah ramai lagi!" tambah yang lain.

Setelah sesi foto selesai, kami kembali berbincang. Anak-anak mulai bermain di halaman, beberapa orang tua menikmati sisa hidangan sambil berbagi cerita. Tak terasa, waktu semakin siang dan satu per satu mulai berpamitan. Meski hanya bertemu sebentar, kebersamaan ini menjadi pengingat bahwa keluarga adalah tempat kembali.

Setelah selesai. Kami bersama melaksanakan salat dhuhur di musala. Saat perjalanan pulang, saya tersenyum sendiri mengingat riuh rendah suasana tadi. Meskipun hanya setahun sekali, reuni ini selalu membawa kebahagiaan yang tak tergantikan. Dan tentu saja, saya sudah tidak sabar menantikan pertemuan tahun depan dengan kehangatan yang sama.

Cepu, 4 April 2025

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar