Lebaran hari kedua selalu menjadi
momen istimewa bagi keluarga besar dari pihak bapak saya. Tahun 2025, reuni
keluarga berlangsung di rumah Pak dhe Dali di Genjit. Sebuah rumah sederhana di
pedesaan yang tetap menjadi saksi kebersamaan keluarga kami tahun ini . Dari
lima bersaudara, kini hanya tersisa tiga, yaitu pak Dhe Pandi, pak Dhe Dali dan
bulik Ti. Meskipun begitu, semangat berkumpul tidak pernah luntur.
Kami berangkat bersama suami dan
dua anak dari rumah. Jalanan menuju
Genjit cukup lengang, hanya beberapa kendaraan yang melintas. Begitu tiba,
suasana pedesaan yang asri langsung menyapa. Udara segar, pohon-pohon rindang
dan rumah-rumah khas desa menambah kehangatan pertemuan kali ini.
Begitu masuk ke halaman rumah Pak
dhe Dali, beberapa saudara sudah berkumpul. Para laki-laki duduk lesehan di
serambi rumah, berbincang santai sambil menikmati hidangan kecil. Sementara
itu, kaum perempuan berkumpul di ruang dalam, bercengkerama dengan hangat.
Anak-anak berlarian di halaman, tertawa ceria tanpa beban.
Hidangan khas sudah tersaji di
atas tikar. Berbagai makanan kecil seperti kue kering, keripik ketela, kacang
dan buah pisang tersusun rapi. Yang paling khas dan selalu dinantikan adalah
tape ketan hitam dan jadah ketan hitam, hidangan spesial yang hanya bisa kami
temui di rumah Pak dhe Dali. Aroma khasnya langsung menggoda selera,
mengingatkan pada tradisi yang sudah berjalan bertahun-tahun.
Menjelang siang, makanan berat
mulai dihidangkan. Nasi jagung lengkap dengan sayur dan lauk-pauk menjadi
pilihan bagi yang ingin merasakan cita rasa pedesaan yang autentik. Selain itu,
ada juga nasi putih dengan opor ayam yang gurih, oseng-oseng sayur, mie goreng
dan kerupuk sebagai pelengkap. Tak ketinggalan, es dingin yang menyegarkan
tenggorokan di tengah teriknya siang berwarna pink.
Kami duduk memenuhi tikar,
menikmati makanan sambil bercengkerama. Sesekali terdengar tawa pecah karena
cerita-cerita lama yang diulang kembali. Nostalgia tentang masa kecil,
kenakalan saat masih kecil, hingga kisah perjuangan orang tua menjadi topik
yang tidak pernah habis dibahas.
Uang arisan sudah terkumpul,
bendahara mengumumkan perolehan uang dan tahun yang akan datang bertempat di
keluarga pak dhe Pandi. Menurut rencana akan dilangsungkan di rumah anaknya
yang di Baureno. Sumbangan uang musala juga diumumkan.
Salah satu momen yang selalu
ditunggu adalah sesi foto keluarga. Masing-masing keluarga berpose,
mengabadikan kebersamaan yang hanya terjadi setahun sekali. Keluarga Pak dhe
Yadi menjadi pusat perhatian karena memiliki anggota terbanyak. Saat sesi foto
berlangsung, berbagai komentar dan canda tawa pun bermunculan, membuat suasana
semakin riuh dan penuh kehangatan.
"Waaah, keluarga Pak dhe
Yadi ini kalau kumpul, bisa buat satu RT sendiri," canda salah satu
saudara yang langsung disambut tawa lepas.
"Anak, cucu, cicit tambah
besar semua, tahun depan pasti tambah ramai lagi!" tambah yang lain.
Setelah sesi foto selesai, kami
kembali berbincang. Anak-anak mulai bermain di halaman, beberapa orang tua
menikmati sisa hidangan sambil berbagi cerita. Tak terasa, waktu semakin siang
dan satu per satu mulai berpamitan. Meski hanya bertemu sebentar, kebersamaan
ini menjadi pengingat bahwa keluarga adalah tempat kembali.
Setelah selesai. Kami bersama
melaksanakan salat dhuhur di musala. Saat perjalanan pulang, saya tersenyum
sendiri mengingat riuh rendah suasana tadi. Meskipun hanya setahun sekali,
reuni ini selalu membawa kebahagiaan yang tak tergantikan. Dan tentu saja, saya
sudah tidak sabar menantikan pertemuan tahun depan dengan kehangatan yang sama.
Cepu, 4 April 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar