Jumat, 11 April 2025

Keseruan Sore di Diniyah Al Mujahidin



Karya: Gutamining Saida 

Suasana Jum’at sore di Balun, Kecamatan Cepu, terasa berbeda dari biasanya. Di sudut desa yang tenang itu, tepatnya di Madrasah Diniyah Al Mujahidin Balun, sekelompok anak-anak tampak berkumpul dengan penuh semangat. Mereka duduk melingkar di dalam madrasah diniyah,  mengenakan pakaian muslim rapi, sebagian bercelana yang laki-laki, dan beberapa di antaranya masih dengan senyum polos khas anak-anak desa.

Setelah masa libur panjang Idul Fitri, kegiatan belajar mengaji di madrasah ini kembali berjalan. Ada yang berbeda dari metode yang digunakan. Tidak hanya fokus pada pembacaan Iqro dan hafalan surat pendek seperti biasanya Kini para pengajar mencoba menyisipkan metode interaktif yang lebih menyenangkan, yaitu sambung ayat.

Kegiatan sore ini diawali dengan pembacaan Iqro secara bergantian. Setiap anak mendapat giliran membaca satu halaman sesuai kemampuan mereka. Meskipun sederhana, sesi ini tetap penting untuk memantau kemampuan membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar. Para ustadz dan ustadzah pun sigap membimbing, membetulkan jika ada kesalahan, sambil sesekali memberi pujian agar semangat anak-anak tetap terjaga.

Setelah pembacaan Iqro selesai, kegiatan dilanjutkan dengan hafalan surat-surat pendek. Beberapa anak  melafalkan hafalan mereka dengan lantang, mulai dari surat Al-Fatihah, An-Nas, Al-Falaq, hingga surat-surat pilihan lainnya. Beberapa terlihat percaya diri, tetapi ada pula yang masih ragu-ragu. Namun di sinilah nilai kebersamaan terlihat. Teman-teman mereka tak segan membantu membisikkan jika ada yang lupa, dan tepuk tangan kecil pun diberikan sebagai bentuk dukungan setelah selesai membaca.

Namun bagian yang paling menarik dari sore itu adalah permainan sambung ayat. Sebuah metode sederhana tapi efektif dalam menguji hafalan Al-Qur’an. Permainan ini dilakukan secara melingkar. Salah satu anak memulai dengan membaca satu ayat, lalu ia memberikan sebuah pulpen kepada teman di sampingnya. Teman yang menerima pulpen itu harus melanjutkan membaca ayat berikutnya. Begitu seterusnya, sampai seluruh ayat dari surat yang sedang diuji selesai dibacakan.

Pulpen yang digunakan bukan sekadar alat tulis biasa. Di tangan mereka, pulpen itu menjadi simbol estafet hafalan yaitu penentu siap atau tidaknya seseorang melanjutkan bacaan. Ketika anak yang diberi pulpen mampu melanjutkan dengan lancar. Suasana menjadi riuh dengan pujian dan tawa gembira. Namun jika ada yang ragu-ragu atau keliru, reaksi spontan pun muncul. Teman-temannya akan tertawa kecil, sebagian menggoda dengan lelucon ringan, dan pengajar pun memberi semangat agar anak tersebut tak berkecil hati.

Suasana yang tercipta begitu hangat dan hidup. Tidak ada rasa takut, tidak ada tekanan. Yang ada justru rasa saling mendukung. Bagi anak-anak yang kurang hafal, momen tersebut menjadi tantangan tersendiri. Mereka tampak sedikit gugup ketika giliran tiba, namun tetap mencoba dengan semangat. Dan meski harus berhenti di tengah jalan, mereka tidak merasa malu karena tahu bahwa proses belajar memang penuh jatuh bangun.

Para ustadzah di Diniyah Al Mujahidin pun mengakui bahwa pendekatan ini cukup berhasil menarik perhatian anak-anak. Menurut mereka, metode sambung ayat ini bukan hanya melatih hafalan dan kecepatan berpikir, tapi juga mengajarkan kerja sama, keberanian, dan sportivitas dalam belajar.

“Kalau hanya membaca Iqro terus-menerus, anak-anak cepat bosan. Tapi kalau kita selingi dengan metode seperti ini, mereka jadi lebih antusias dan tetap semangat datang ngaji,” ujar salah satu ustadzah sambil tersenyum bangga melihat anak-anaknya tertawa lepas.

Tak terasa, waktu terus merangkak menjelang maghrib tiba. Kegiatan diakhiri dengan doa bersama dan evaluasi ringan. Beberapa anak masih saling menggoda karena gagal menyambung ayat, namun semuanya berpisah dengan senyum di wajah mereka. Hari itu mereka bukan hanya belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an, tapi juga belajar menghadapi tantangan, belajar menerima kekurangan diri, dan belajar mendukung satu sama lain.

Kegiatan Jum’at sore di madrasah Diniyah Al Mujahidin Balun ini adalah contoh nyata bagaimana pendidikan agama bisa dikemas dengan menyenangkan tanpa kehilangan esensinya. Semoga semangat belajar anak-anak ini tetap terjaga dan menjadi bekal mereka kelak dalam menjalani kehidupan yang lebih baik, berlandaskan Al-Qur’an dan akhlak yang mulia.
Cepu, 11 April 2025



Tidak ada komentar:

Posting Komentar