Jumat, 11 April 2025

Pikiran Melayang di Saat PSAJ






Karya : Gutamining Saida 

Sabtu pagi, 12 April 2025. Hari itu adalah hari pertama pelaksanaan Penilaian Pra Sumatif Akhir Jenjang (PSAJ). Dua mata pelajaran yang diujikan adalah IPS dan Prakarya. Siswa sudah duduk rapi di ruang ujian, wajah mereka serius dan fokus. Beberapa ada yang tampak tegang, sebagian lainnya berusaha tenang.

Sementara itu, saya memasuki ruang ujian dengan langkah pelan. Seharusnya hari ini saya bertugas berdua sebagai pengawas, tapi pasangan saya ada kepentingan mengantar sang suami kontrol ke rumah sakit . Jadilah saya sendiri duduk di kursi yang disiapkan untuk dua orang. Di depan, siswa-siswa tengah menunduk, sibuk menjawab soal. Suasana hening, hanya suara gesekan pena dan detak jarum jam yang terdengar.

Beberapa menit berlalu. Awalnya saya masih semangat, memperhatikan satu per satu siswa. Tapi setelah lewat tiga puluh menit, kantuk mulai menyerang hebat. Entah kenapa, kelopak mata terasa berat sekali. Duduk diam terlalu lama tanpa ada aktivitas membuat rasa kantuk jadi tak tertahankan.

Saya melirik ke benda pipih di tangan kiri yaitu ponsel yang jadi satu-satunya penyelamat saat bosan dan ngantuk seperti ini. Iseng,  saya buka salah satu grup WhatsApp guru.  Saya tulis satu kata:
“Ngantuk.”

Dan seperti yang  saya duga, notifikasi pun berdatangan bak arus deras.
“Ya Allah , saya juga,” sahut Bu Wulan
“Baru jam segini udah kayak mau pingsan,” balas Pak Guntur.
Pak Bambang lalu menulis komentar yang langsung membuatku tertawa dalam diam yaitu
“Tubuhku di sini (ruang ujian), tapi pikiranku melayang ke luar ruang PSAJ.”

Komentar itu mengundang gelak tawa dalam hati. Ya, benar juga. Badanku duduk diam di ruang ujian ini, tapi pikiranku sudah ke mana-mana. Ke warung kopi, ke rumah, ke kasur empuk, bahkan sempat membayangkan liburan yang belum sempat dilakukan.

Lalu muncul Bu Wiwik dengan gaya khasnya yaitu
“Tebak-tebakan yuk, biar gak tidur beneran.”
Namun Bu Indri langsung menyahut:
“Duh, malas mikir. Tapi ya udah deh, satu aja.”

Obrolan pun mulai ramai. Grup WhatsApp yang awalnya sepi mendadak jadi ruang diskusi paling hidup pagi itu.
“Apakah tebakan ini bisa menyelamatkan kita dari serangan kantuk?” tulis Pak Heru.
“Tergantung... lucu apa garing,” balas Bu Diah.

Bu Wiwik meluncurkan tebakannya yaitu
“Apa yang jalannya miring tapi tidak pernah jatuh?”
Berbagai jawaban ngawur pun bermunculan yaitu
“Pengawas PSAJ ngantuk.”
“Keong mabuk.”
“Bendera di tiang miring.”

Akhirnya jawaban sebenarnya keluar yaitu
“Huruf S.”

Garing, tapi justru itu yang membuat semua tertawa. Bahkan ada yang sampai kirim stiker “lempar sendal” saking lucunya suasana itu.

Tak lama, giliran Pak Anton ikut-ikutan. 
“Tebakan balasan nih..... Kenapa kucing tidak ikut ujian PSAJ?”
Jawaban pun meluncur yaitu
“Karena gak punya NISN!”

Grup pun makin pecah. Obrolan ringan ini terasa seperti candu yang menyelamatkan kewarasan kami pagi itu. Walau tangan menggenggam ponsel, mata kami tetap sesekali melirik ke arah siswa yaitu memastikan tidak ada yang mencontek, memastikan semua tetap tertib. Tapi memang tak bisa dipungkiri, tubuh kami duduk tenang, pikiran kami sedang melancong jauh.

Waktu terus berjalan. Kantuk mulai sedikit mereda karena tawa yang muncul dari interaksi ringan itu. Di ruang yang senyap, kami saling menyemangati meski hanya lewat layar kecil. Saya pun menuliskan satu pesan lagi ke grup yaitu
“Terima kasih, grup. Hari ini kalian menyelamatkan nyawa seorang pengawas PSAJ dari tidur mendadak.”

Disambut stiker tawa dan emot. Beberapa membalas dengan kalimat seperti 
“Solidaritas pengawas ngantuk memang tak tergoyahkan.”
“Ayo, pengawas bersatu melawan kantuk!”

Jam menunjukkan sisa waktu lima belas menit. Saya bangkit, berjalan pelan mengelilingi kelas, memastikan siswa tetap dalam kondisi kondusif. Semua masih tenang dan fokus.

PSAJ selesai. Bel berbunyi. Siswa mengumpulkan lembar jawaban. Saya menghela napas panjang, lega. Tak ada insiden, tak ada keributan, dan yang paling penting, saya berhasil bertahan dari godaan untuk tertidur.

Saat itu, bukan hanya soal PSAJ yang jadi cerita. Tapi juga tentang kebersamaan para pengawas yang tubuhnya duduk di kelas, namun pikirannya melayang dengan bebas.
Cepu, 12 April 2025 


-

2 komentar: