Senin, 14 April 2025

Pasangan Yang Tertunda


Karya : Gutamining Saida 

Sang mentari pagi menyapa dengan cerah, seolah menyambut hari kedua pelaksanaan PSAJ dengan semangat baru. Jadwal jam kedua hari ini menunjukkan bahwa saya akan menjadi pengawas bersama Bu Wiwik. Rekan kerja yang saya kenal suka berbagi, ramah, dan penuh dedikasi. Rasanya akan menyenangkan bisa menjalankan tugas pengawasan bersama beliau.

Suasana di sekolah sedikit berbeda dari biasanya. Hiruk pikuk siswa digantikan dengan langkah-langkah hening yang berjalan menuju ruang ujian. Guru-guru yang bertugas sebagai pengawas PSAJ  pun terlihat lebih serius, beberapa bercengkerama sebentar di lorong sambil memastikan semua perangkat ujian yang dibawa siap. Wajah-wajah tegang dan khidmat tampak di mana-mana, tapi saya  tetap tersenyum, menyambut hari dengan harapan yang baik.

Tepat ketika bel masuk berbunyi, saya dan Bu Wiwik yang sejak tadi berdiri di dekat meja ruang panitia langsung bersiap. Sesuai prosedur, kami mendekati meja tempat pembagian stop map yang berisi soal ujian dan lembar jawaban. Bu Wiwik melangkah penuh percaya diri, saya di sebelahnya  ikut memperhatikan stop map yang tersusun rapi. Nomor ruang yang kami cari yaitu Ruang IV.

Kami tolah-toleh mencari nomor yang sesuai. Mata saya menyapu deretan map, satu per satu kami periksa. Tangan kami bahkan nyaris bersamaan menggeser stop map satu demi satu, berharap menemukan yang bertuliskan angka "IV". Tapi anehnya, tak ditemukan satu pun yang sesuai. Semua map sudah tertata dengan rapi, masing-masing dengan angka yang berbeda IX, XII, XIII, XV… Tapi XIV? Tak ada jejaknya.

Saya dan Bu Wiwik saling berpandangan. Ada tanya yang menggantung di udara, namun belum terucapkan. Mungkin kami keliru melihat jadwal? Mungkin ada guru lain yang tanpa sengaja mengambilnya? Kami akhirnya memutuskan untuk tidak gegabah. Kami berdiri di sisi meja, menunggu sambil tetap memperhatikan satu per satu guru lain yang datang mengambil stop map mereka.

Satu per satu map berpindah tangan, satu per satu ruang pengawasan terisi. Tapi map untuk ruang XIV tetap tidak muncul. Sampai akhirnya, stop map habis. Tak ada lagi yang tersisa. Tak ada ruang XIV. Kami berdiri di sana, hanya berdua, dengan perasaan yang mulai diliputi kebingungan. Panitia juga tidak bisa menjawab pertanyaan kami tentang siapa yang membawa.

Bu Wiwik mencoba bertanya pada panitia. Saya pun ikut menyimak percakapan mereka. Ternyata, map ruang XIV sudah diambil oleh pengawas lain. Entah karena kekeliruan jadwal atau mis-komunikasi, yang pasti, ruang XIV sudah ada pengawasnya. Dan jelaslah sudah saya dan Bu Wiwik tidak akan menjadi pengawas hari ini.

Saya tersenyum kecil, berusaha menenangkan diri.  Meskipun ada rasa kecewa yang pelan-pelan muncul. Bukan karena saya ingin tampil atau merasa penting, tapi lebih karena semangat yang sudah dipersiapkan sejak pagi. Apalagi, momen menjadi pengawas bersama Bu Wiwik adalah sesuatu yang sudah direncanakan akan  saya jalani dengan ringan dan bahagia.

"Yah, gagal jadi pengawas berdua dengan Bu Wiwik," gumam saya dalam hati, setengah geli, setengah menyesal. Kami tertawa kecil bersama, menyadari bahwa ini bukan kesalahan siapa-siapa. Hanya dinamika kegiatan sekolah yang penuh kejutan. Kadang rapi, kadang ada yang meleset. Tapi semuanya adalah bagian dari cerita hari ini.

Akhirnya, saya duduk kembali di ruang guru, mengamati suasana yang mulai tenang. Guru-guru ( pengawas) sudah berada di ruang ujian masing-masing, siswa mulai menunduk menulis jawaban. Sementara saya dan bu Wiwik ? Duduk dengan waktu yang lebih lapang dari yang seharusnya.

Meski tak jadi pengawas, saya tetap bersyukur. Setidaknya, saya sudah belajar satu hal hari itu yaitu bahwa tak semua rencana akan berjalan sesuai kehendak, dan dalam kejadian yang sederhana sekalipun, kita bisa menemukan pelajaran. Bahwa dalam dunia pendidikan yang dinamis, kita dituntut untuk tetap fleksibel dan bijak menyikapi keadaan.

Bu Wiwik pun akhirnya duduk tak jauh dari saya, kami saling tersenyum lagi. Hari itu mungkin kami tak mengawasi ujian bersama, tapi kami tetap bersama dalam cerita yang kelak mungkin kami kenang sambil tersenyum.

Saya yakin akan ada hari lain, kesempatan lain, untuk menjalankan tugas bersama beliau. Mungkin bukan sebagai pengawas PSAJ, tapi dalam bentuk kegiatan lain yang tak kalah berkesan. Karena di sekolah, setiap hari adalah peluang untuk berbagi, bertumbuh, dan tentu saja tersenyum bersama, bahkan di tengah kejadian tak terduga. Semoga bisa menghibur.
Cepu, 15 April 2025 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar