Karya : Gutamining Saida
Minggu tanggal 20 April 2025 , saya merasa ada yang berbeda dari biasanya. Hati saya berdebar-debar, seakan waktu berjalan terlalu lambat, padahal saya berharap hari istimewa ini segera tiba. Sebagai seorang guru IPS, saya sering merasa kurang percaya diri saat harus menjelaskan sejarah lokal, khususnya yang berkaitan dengan wilayah Bojonegoro dan Blora. Ironisnya, saya sendiri berasal dari Bojonegoro, belum benar-benar memahami sejarah daerah tempat saya dilahirkan.
Hari ini adalah kesempatan terbaik yang saya nanti-nantikan. Sebuah kegiatan belajar bersama para sejarawan profesional yang tentunya akan membuka cakrawala pemahaman saya. Setelah mengantongi izin dari suami tercinta yang selalu mendukung semangat belajar saya. Saya merasa lega dan bahagia. Ada rasa haru terselip di dalam hati, karena saya tahu perjalanan ini bukan sekadar rekreasi, melainkan langkah nyata untuk memperkaya diri sebagai seorang pendidik.
Sejak semalam, saya telah mempersiapkan segala perlengkapan sederhana seperti topi untuk melindungi diri dari terik, payung sebagai pelindung dari hujan, botol minuman agar tetap segar, dan tentu saja alat tulis untuk mencatat segala hal penting. Di dalam hati, saya juga sudah menyiapkan ruang untuk diisi dengan ilmu dan pengalaman baru.
Belajar langsung dari sejarawan memiliki banyak manfaat yang tak bisa didapat hanya dari membaca buku pelajaran. Pertama, saya bisa mendapatkan narasi sejarah yang lebih hidup. Sejarawan tidak hanya menyampaikan data, tapi juga menyusun alur cerita, menghidupkan tokoh-tokoh lama, dan membangun pemahaman kontekstual yang sering luput dalam teks.
Kedua, perjalanan ini akan melatih saya dalam mengamati langsung sumber-sumber sejarah, baik berupa peninggalan fisik, tradisi, maupun cerita lisan dari masyarakat. Ini akan sangat membantu ketika saya akan mengenalkan metode berpikir sejarah kepada siswa, karena saya sendiri sudah mengalami prosesnya.
Ketiga, saya menyadari pentingnya menghargai dan melestarikan sejarah lokal. Dengan belajar bersama para sejarawan, saya berharap bisa membawa pulang semangat ke dalam kelas. Saya ingin siswa-siswa saya tidak hanya mengenal tokoh nasional, tetapi juga merasa bangga terhadap pahlawan dan cerita dari desa dan daerah mereka sendiri.
Keempat, kegiatan ini juga membuka peluang jejaring profesional antar guru dan pemerhati sejarah. Diskusi, tanya jawab, dan pertukaran ide yang terjadi selama perjalanan tentu akan menambah wawasan saya, serta memperluas cara pandang dalam mengajarkan IPS yang menyenangkan dan bermakna.
Kelima, dan ini yang paling saya rasakan sejak awal yaitu perjalanan ini memberikan pengalaman spiritual dan emosional yang kuat. Menyadari bahwa saya adalah bagian dari sejarah panjang suatu daerah menumbuhkan rasa identitas, kedekatan, dan tanggung jawab. Saya bukan hanya pengajar, tetapi juga penerus cerita dan penjaga nilai-nilai lokal.
Saya membayangkan saat nanti kembali ke sekolah, saya bisa menceritakan pengalaman ini kepada siswa bukan sekadar materi, tetapi sebagai kisah nyata. Bisa jadi, semangat saya akan menular pada mereka untuk membangkitkan rasa ingin tahu mereka akan asal-usul tempat tinggal mereka, nama jalan di desanya, bahkan cerita di balik bangunan tua yang sering mereka lewati.
Hari ini belumlah dimulai, tapi saya sudah merasa seperti murid yang siap duduk di bangku paling depan. Saya ingin mendengar, mencatat, dan memahami. Dan kelak, saya ingin membagikan semua ini dengan cara yang paling sederhana namun menyentuh: lewat pengajaran yang jujur, penuh cinta, dan penuh semangat.
Karena sejatinya, belajar sejarah bukan hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menyusun masa depan yang lebih bijak dan berakar kuat. Semoga nanti tambah ilmu, wawasan dan pengalaman
Cepu, 20 April 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar