Karya: Gutamining Saida
Langit Cepu hari itu cerah seakan
turut menyambut kebahagiaan yang akan segera berlangsung. Suasana Hotel Mega
Bintang terasa hangat sejak saya menginjakkan kaki di sana. Saya datang
menghadiri halal bihalal keluarga besar SMPN 1 Kedungtuban yaitu tempat yang
dulu pernah menjadi bagian besar dari hidup dan perjalanan saya.
Meskipun saya sudah tidak lagi
bertugas di SMPN 1 Kedungtuban karena mutasi, saya merasa sangat terhormat
karena masih diberikan undangan dan kesempatan untuk hadir. Undangan ini bukan
hanya bentuk formalitas, tapi merupakan simbol bahwa ikatan kebersamaan yang
pernah terjalin tidak mudah luntur oleh waktu maupun jarak. Ini adalah rumah
kedua, tempat saya tumbuh, belajar, dan banyak menerima kebaikan.
Ketika saya melangkah ke ruang
pertemuan, mata saya langsung menangkap wajah-wajah yang sangat familiar.
Teman-teman lama yang dulu selalu menjadi bagian dari keseharian saya. Ada yang
masih sama seperti dulu, ada yang tampak lebih matang, namun senyum mereka
tetap hangat, dan sambutannya tetap tulus. Rasanya seperti pulang ke pelukan
masa lalu yang penuh kehangatan.
Saya menyempatkan diri untuk
berbincang dengan satu per satu. Kami tertawa mengenang masa-masa sibuk
menyusun perangkat pembelajaran, berjuang mengatur jadwal ujian, merancang
acara sekolah, sampai hal-hal kecil seperti membagi camilan saat istirahat atau
menertawakan kejadian lucu di kelas. Semua kenangan itu menyeruak begitu saja,
hidup kembali di antara percakapan dan tawa kami.
Momen paling berkesan bagi saya
dalam halal bihalal ini adalah saat sesi foto bersama. Di tengah keramaian,
saya mengajak beberapa teman yang dulu begitu dekat, yang menjadi bagian
penting dari perjalanan saya selama bertugas di Kedungtuban. Mereka adalah
orang-orang yang penuh makna dalam hidup saya, bukan hanya sebagai rekan kerja,
tapi juga sahabat, penolong, guru, sekaligus keluarga.
Kami berdiri berdampingan,
tersenyum lebar ke arah kamera. Klik. Jepretan kamera seolah membekukan waktu
dan menyimpan kenangan itu dalam bingkai yang tak akan lekang. Tapi di balik
senyum itu, ada begitu banyak cerita. Saya teringat betapa mereka pernah
mendampingi saya melewati masa-masa sulit yaitu saat saya bingung dalam
penyesuaian, saat kepercayaan diri saya goyah, atau saat saya harus mengambil
keputusan penting. Mereka ada, membantu, mendengar tanpa menghakimi,
mengulurkan tangan tanpa diminta.
Tanpa mereka, saya bukanlah saya
yang sekarang. Setiap pengalaman yang saya dapatkan selama di Kedungtuban,
setiap tantangan dan pencapaian, semua tidak mungkin terwujud tanpa peran
mereka. Di balik keberhasilan saya, ada banyak nama yang tak pernah lelah
mendukung, menyemangati, bahkan mendoakan dalam diam.
Saya merasa sangat bersyukur
telah dipertemukan dengan mereka. Di tempat itu, saya tidak hanya menemukan
rekan kerja, tapi juga pembimbing kehidupan. Mereka mengajarkan saya untuk
lebih sabar, untuk lebih terbuka, dan untuk lebih percaya pada kekuatan kerja
sama. Dari mereka, saya belajar bahwa keberhasilan bukan hasil kerja individu
semata, tetapi buah dari kebersamaan dan saling percaya.
Usai berfoto, saya menyampaikan
terima kasih pada mereka, Meski saya tahu, tak semua bisa saya ungkapkan lewat
kata. Beberapa dari mereka hanya tersenyum dan menjawab singkat, “Ah, kita kan
sudah seperti keluarga.” Dan memang benar. Kami adalah keluarga yang disatukan
oleh pengalaman dan rasa hormat satu sama lain.
Momen itu membuat saya sadar,
betapa berharganya hubungan yang pernah terjalin. Bukan sekadar karena jabatan
atau kewajiban, tapi karena ketulusan yang membentuk ikatan yang tidak mudah
pudar. Saya merasa beruntung pernah berada di lingkungan yang penuh dengan
orang baik, penuh dedikasi, dan mau berjalan bersama dalam suka maupun duka.
Acara terus berlanjut dengan
tausiah, makan siang, dan hiburan. Namun hati saya sudah penuh sejak sesi foto
tadi. Setiap detik yang saya habiskan bersama mereka terasa seperti hadiah dari
Allah Subhanahu Wata’alla. Dan saya berdoa dalam hati, semoga kebaikan mereka
akan dibalas dengan berlipat-lipat kebaikan, dan semoga silaturahmi ini tetap
terjaga meski langkah kaki kita sudah menempuh arah yang berbeda.
Saya pulang dengan hati yang
ringan dan senyum yang tak henti terlukis. Di ponsel saya, ada beberapa foto
yang saya simpan baik-baik. Bukan sekadar gambar, tapi saksi bisu dari sebuah
perjalanan hidup yang penuh makna. Suatu saat, ketika saya merasa lelah atau
rindu, saya tahu saya hanya perlu membuka foto itu dan mengingat kembali bahwa
saya pernah dikelilingi oleh orang-orang luar biasa yang membantu saya menjadi
versi terbaik dari diri saya.
Terima kasih, sahabat-sahabatku.
Terima kasih atas semua kenangan, pelajaran, dan kebersamaan yang tak ternilai.
Kalian selalu ada di hati saya yaitu lebih dari sekadar rekan kerja, kalian
adalah cahaya dalam perjalanan hidup saya.
Cepu, 7 April 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar