Selasa, 17 Desember 2024

Misteri Kehidupan Si Bilta

 


Karya: Gutamining Saida

Hidup adalah misteri yang hanya Allah Subhanahu Wata’alla, Sang Pencipta yang Maha Kuasa, memahami ke mana jalan itu akan membawa seorang hamba. Kisah hidup Bilta, seorang perempuan sederhana yang kini menjalani takdirnya sebagai ibu dari tiga anak kecil.

Saat kuliah, Bilta adalah mahasiswi yang rajin dan ambisius. Hari-harinya dihabiskan bergelut dengan tugas dan mimpi-mimpi besar yang ia bangun sejak remaja. Pulpen, buku, dan laptop adalah tiga benda yang tak pernah lepas dari genggamannya. Mereka menjadi saksi perjuangannya melawan waktu, tugas kuliah, dan ujian.

Bilta tidak pernah gentar. Meski tugas menumpuk dan malam sering kali terasa begitu singkat, ia selalu yakin bahwa kesuksesan adalah hasil dari kerja keras. Ia sering berkata kepada dirinya sendiri, "Allah Subhanahu Wata’alla tidak pernah tidur. Selama aku berusaha, pasti ada jalan."

Setelah akhirnya Bilta menyelesaikan kuliah dengan hasil yang memuaskan. Bilta merasa lega. Ia juga sadar bahwa dunia kerja yang sebenarnya membutuhkan lebih dari sekadar ijazah. Ia memutuskan untuk mengambil kursus demi menambah keterampilan. Atas dorongan ibunya, ia memilih kursus menjahit.

Kursus tersebut menjadi titik balik hidupnya. Ia belajar keterampilan menjahit dengan sepenuh hati. Lambat laun, ia memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis jilbab. Tidak lagi bergelut dengan pulpen dan laptop.  Kini penggaris, meteran, dan kain-kain cantik menjadi teman setianya.

Usahanya perlahan mulai berkembang. Bilta mulai dikenal sebagai desainer jilbab yang kreatif. Produk-produknya menarik perhatian ratusan pelanggan. Pesanan datang bertubi-tubi, bahkan ia sering kewalahan memenuhi permintaan. Kesuksesan itu tidak datang tanpa perjuangan. Malam-malam panjang kembali ia jalani. Kali ini dengan mesin jahit manual menemani

Kehidupan tidak pernah berjalan lurus seperti jalan tol. Allah Subhanahu Wata’alla menulis takdirnya dengan penuh kejutan. Di puncak kesuksesannya, Bilta bertemu jodohnya. Mereka menikah, dan tak lama setelah itu, Bilta mengandung anak pertama.

Menjadi seorang ibu adalah anugerah sekaligus tanggung jawab yang besar. Setelah kelahiran anak pertama, Bilta merasa waktunya tersita sepenuhnya untuk merawat sang buah hati. Ia berhenti menjalankan bisnisnya. Fokus pada urusan keluarga dan keluarga.

Lahirlah anak kedua lahir dalam waktu yang tidak terlalu lama. Bilta memutuskan untuk menutup sementara usaha bisnis. Fokusnya kini beralih sepenuhnya pada keluarga. Dalam kurun waktu yang singkat, Bilta dikaruniai anak ketiga. Kehidupannya kini dipenuhi suara tangis bayi, tawa kecil, dan pekerjaan rumah yang tiada habisnya.

Jiwa pekerja keras Bilta tidak pernah padam. Ia tidak ingin hanya diam. Di sela-sela kesibukan mengurus tiga anak kecil, ia mencari cara untuk tetap produktif.

Setiap hari ia posting bekal makanan anak dan suami. Dengan berbagai kreasi, model yang selalu berganti. Banyak teman-teman, kenalan dekat memberikan komentar. Ide baru muncul di benaknya.

Dengan bekal seadanya ia mencoba membuat kastsu,  makanan yang biasa untuk bekal. Akhirnya ia membuat dan menawarkan. Hari demi hari, usahanya berkembang. Wajan, sutil, dan kompor kini menjadi alat perang barunya. Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk menyiapkan bahan-bahan, memasak, dan mengemas makanan. Tidak mudah membagi waktu antara memasak dan mengurus anak-anak, tetapi Bilta menikmati setiap prosesnya. Ia percaya, selama ia bersungguh-sungguh, Allah Subhanahu Wata'alla pasti memberikan jalan.

Usaha bekal makan mulai dikenal di lingkungan sekitar. Banyak pelanggan yang menyukai masakannya, mulai dari tetangga hingga teman-teman komunitasnya. Bilta merasa bersyukur atas pencapaian kecil ini. Meski ia tidak lagi bergelut dengan kain atau menjahit jilbab, ia merasa hidupnya tetap bermakna.

Kini, Bilta menjalani hari-harinya dengan penuh kesibukan. Ketika anak-anak sedang tidur siang, ia memanfaatkan waktu untuk menyelesaikan pesanan makanan. Saat malam tiba, ia memikirkan inovasi menu baru untuk hari berikutnya.

Kedungtuban, 18 November 2024


Tidak ada komentar:

Posting Komentar