Pagi-pagi
suasana di ruang guru SMPN 1 Kedungtuban terasa berbeda. Biasanya ruangan
dipenuhi dengan obrolan ringan tentang rencana pembelajaran. Cerita-cerita
tentang kejadian di kelas. Namun, kali ini suasana berubah menjadi lebih ramai
dan penuh semangat. Semua mata tertuju pada sosok yang baru saja melangkah
masuk ruang guru.
“Pak Najib
datang!” seru Bu Cicik dengan nada antusias.
Pak Najib, guru
Agama Islam yang sudah beberapa hari absen karena istrinya baru saja
melahirkan, akhirnya kembali masuk kerja. Penampilannya sedikit berbeda yaitu
wajahnya terlihat lebih cerah meskipun ada sedikit kantung mata tanda begadang
menjaga sang bayi.
“Oh, akhirnya
datang juga ya, Pak Najib! Gimana kabarnya?” tanya Bu Suryani sambil tersenyum
lebar.
“Alhamdulillah
baik, Bu,” jawab Pak Najib sambil tersenyum canggung, mencoba menata pecinya.
Namun, sebelum
sempat duduk, Bu Mul langsung menembakkan pertanyaan yang sudah lama mengendap
di benaknya. “Anaknya laki apa perempuan, Pak?”
“Laki-laki, Bu,”
jawab Pak Najib dengan bangga.
“Wah, pasti
ganteng banget ya, Pak! Namanya siapa?” selidik Bu Endang yang ikut bergabung.
“Namanya Naju
ya, lanjut Bu Rini. Apa itu Naju? Pak Najib balik bertanya.
Bu Rini, mencoba
menjelaskan sambil senyum-senyum. Naju kepanjangan dari Najib Junior, ya pak. Semua
yang ada di ruang guru langsung heboh.
Doakan ya,
semoga jadi anak yang sholeh,” jawab Pak Najib, suaranya terdengar penuh rasa
syukur.
“Masya Allah,
nama yang bagus sekali,” timpal Bu Endang, yang duduk di sudut ruangan.
Tiba-tiba Bu Suryani
ikut nimbrung. “Pak, istri Bapak gimana?
Masih di rumah sakit atau sudah pulang ke rumah?”
“Nanti sore, Bu.
Alhamdulillah sehat, meskipun masih butuh banyak istirahat,” jawab Pak Najib
sambil menarik napas panjang.
Pertanyaan demi
pertanyaan terus berdatangan tanpa jeda. Ada yang bertanya soal proses
kelahiran, ada yang penasaran tentang wajah sang bayi, bahkan ada yang ingin
tahu berat badannya. Pak Najib mencoba menjawab satu per satu dengan sabar,
tetapi jelas terlihat ia mulai kewalahan.
“Pak Najib,
bayinya rambutnya bagaimana? Lebat apa jarang?” tanya Bu Suryani dengan wajah
penasaran.
“Hmm, sepertinya
lebat, Bu,” jawab Pak Najib sambil terkekeh kecil.
“Wah, berarti ganteng
seperti Bapaknya, nanti jadi pemain bola,” goda Bu Nanda, yang langsung
disambut tawa oleh guru-guru lainnya.
Pagi-pagi
suasana di ruang guru SMPN 1 Kedungtuban terasa berbeda. Biasanya ruangan
dipenuhi dengan obrolan ringan tentang rencana pembelajaran. Cerita-cerita
tentang kejadian di kelas. Namun, kali ini suasana berubah menjadi lebih ramai
dan penuh semangat. Semua mata tertuju pada sosok yang baru saja melangkah
masuk ruang guru.
“Pak Najib
datang!” seru Bu Cicik dengan nada antusias.
Pak Najib, guru
Agama Islam yang sudah beberapa hari absen karena istrinya baru saja
melahirkan, akhirnya kembali masuk kerja. Penampilannya sedikit berbeda yaitu
wajahnya terlihat lebih cerah meskipun ada sedikit kantung mata tanda begadang
menjaga sang bayi.
“Oh, akhirnya
datang juga ya, Pak Najib! Gimana kabarnya?” tanya Bu Suryani sambil tersenyum
lebar.
“Alhamdulillah
baik, Bu,” jawab Pak Najib sambil tersenyum canggung, mencoba menata pecinya.
Namun, sebelum
sempat duduk, Bu Mul langsung menembakkan pertanyaan yang sudah lama mengendap
di benaknya. “Anaknya laki apa perempuan, Pak?”
“Laki-laki, Bu,”
jawab Pak Najib dengan bangga.
“Wah, pasti
ganteng banget ya, Pak! Namanya siapa?” selidik Bu Endang yang ikut bergabung.
“Namanya Naju
ya, lanjut Bu Rini. Apa itu Naju? Pak Najib balik bertanya.
Bu Rini, mencoba
menjelaskan sambil senyum-senyum. Naju kepanjangan dari Najib Junior, ya pak. Semua
yang ada di ruang guru langsung heboh.
Doakan ya,
semoga menjadi anak yang sholeh,” jawab Pak Najib, suaranya terdengar penuh rasa
syukur.
“Masya Allah,
nama yang bagus sekali,” timpal Bu Endang, yang duduk di tengah ruangan.
Tiba-tiba Bu Suryani
ikut nimbrung. “Pak, istri Bapak gimana?
Masih di rumah sakit atau sudah pulang ke rumah?”
“Nanti sore, Bu.
Alhamdulillah sehat, meskipun masih butuh banyak istirahat,” jawab Pak Najib
sambil menarik napas panjang.
Pertanyaan demi
pertanyaan terus berdatangan tanpa jeda. Ada yang bertanya soal proses
kelahiran, ada yang penasaran tentang wajah sang bayi, bahkan ada yang ingin
tahu berat badannya. Pak Najib mencoba menjawab satu per satu dengan sabar,
tetapi jelas terlihat ia mulai kewalahan.
“Pak Najib,
bayinya rambutnya bagaimana? Lebat apa jarang?” tanya Bu Suryani dengan wajah
penasaran.
“Hmm, sepertinya
lebat, Bu,” jawab Pak Najib sambil terkekeh kecil.
“Wah, berarti ganteng
seperti Bapaknya, nanti jadi pemain bola,” goda Bu Nanda, yang langsung
disambut tawa oleh guru-guru lainnya.
Di tengah kehebohan itu, Bu Cicik tiba-tiba berdiri dan berkata, “Pak Najib, kami semua mau mengucapkan selamat! Semoga anaknya jadi kebanggaan keluarga dan tumbuh sehat selalu.”
“Betul sekali.
Ini berkah luar biasa, Pak. Selamat ya!” tambah Bu Endang, diikuti anggukan
dari guru lainnya.
“Terima kasih
banyak, Ibu-Ibu. Saya sangat bersyukur atas doa dan dukungannya. Semoga
semuanya juga diberikan kebahagiaan dan kesehatan,” balas Pak Najib dengan
penuh haru.
Tak lama
kemudian, suasana mulai mereda. Pak Najib akhirnya bisa duduk dan membuka bukunya
untuk mempersiapkan materi pelajaran. Meski lelah menjawab pertanyaan, wajahnya
tetap memancarkan kebahagiaan. Pak Najib tersenyum sambil mengangguk. Dalam
hati, ia merasa lega bisa kembali bekerja di lingkungan yang penuh kehangatan
seperti ini. Hari itu, ruang guru kembali menjadi tempat penuh cerita dan
kebersamaan. Semoga menginspirasi.
Cepu, 22 November 2024
Tidak ada komentar:
Posting Komentar