Jumat, 22 November 2024

Hebohnya Ruang Guru Di Pagi Hari

 


Pagi-pagi suasana di ruang guru SMPN 1 Kedungtuban terasa berbeda. Biasanya ruangan dipenuhi dengan obrolan ringan tentang rencana pembelajaran. Cerita-cerita tentang kejadian di kelas. Namun, kali ini suasana berubah menjadi lebih ramai dan penuh semangat. Semua mata tertuju pada sosok yang baru saja melangkah masuk ruang guru.

“Pak Najib datang!” seru Bu Cicik dengan nada antusias.

Pak Najib, guru Agama Islam yang sudah beberapa hari absen karena istrinya baru saja melahirkan, akhirnya kembali masuk kerja. Penampilannya sedikit berbeda yaitu wajahnya terlihat lebih cerah meskipun ada sedikit kantung mata tanda begadang menjaga sang bayi.

“Oh, akhirnya datang juga ya, Pak Najib! Gimana kabarnya?” tanya Bu Suryani sambil tersenyum lebar.

“Alhamdulillah baik, Bu,” jawab Pak Najib sambil tersenyum canggung, mencoba menata pecinya.

Namun, sebelum sempat duduk, Bu Mul langsung menembakkan pertanyaan yang sudah lama mengendap di benaknya. “Anaknya laki apa perempuan, Pak?”

“Laki-laki, Bu,” jawab Pak Najib dengan bangga.

“Wah, pasti ganteng banget ya, Pak! Namanya siapa?” selidik Bu Endang yang ikut bergabung.

“Namanya Naju ya, lanjut Bu Rini. Apa itu Naju? Pak Najib balik bertanya.

Bu Rini, mencoba menjelaskan sambil senyum-senyum. Naju kepanjangan dari Najib Junior, ya pak. Semua yang ada di ruang guru langsung heboh.

Doakan ya, semoga jadi anak yang sholeh,” jawab Pak Najib, suaranya terdengar penuh rasa syukur.

“Masya Allah, nama yang bagus sekali,” timpal Bu Endang, yang duduk di sudut ruangan.

Tiba-tiba Bu Suryani  ikut nimbrung. “Pak, istri Bapak gimana? Masih di rumah sakit atau sudah pulang ke rumah?”

“Nanti sore, Bu. Alhamdulillah sehat, meskipun masih butuh banyak istirahat,” jawab Pak Najib sambil menarik napas panjang.

Pertanyaan demi pertanyaan terus berdatangan tanpa jeda. Ada yang bertanya soal proses kelahiran, ada yang penasaran tentang wajah sang bayi, bahkan ada yang ingin tahu berat badannya. Pak Najib mencoba menjawab satu per satu dengan sabar, tetapi jelas terlihat ia mulai kewalahan.

“Pak Najib, bayinya rambutnya bagaimana? Lebat apa jarang?” tanya Bu Suryani dengan wajah penasaran.

“Hmm, sepertinya lebat, Bu,” jawab Pak Najib sambil terkekeh kecil.

“Wah, berarti ganteng seperti Bapaknya, nanti jadi pemain bola,” goda Bu Nanda, yang langsung disambut tawa oleh guru-guru lainnya.

 


Karya: Gutamining Saida

Pagi-pagi suasana di ruang guru SMPN 1 Kedungtuban terasa berbeda. Biasanya ruangan dipenuhi dengan obrolan ringan tentang rencana pembelajaran. Cerita-cerita tentang kejadian di kelas. Namun, kali ini suasana berubah menjadi lebih ramai dan penuh semangat. Semua mata tertuju pada sosok yang baru saja melangkah masuk ruang guru.

“Pak Najib datang!” seru Bu Cicik dengan nada antusias.

Pak Najib, guru Agama Islam yang sudah beberapa hari absen karena istrinya baru saja melahirkan, akhirnya kembali masuk kerja. Penampilannya sedikit berbeda yaitu wajahnya terlihat lebih cerah meskipun ada sedikit kantung mata tanda begadang menjaga sang bayi.

“Oh, akhirnya datang juga ya, Pak Najib! Gimana kabarnya?” tanya Bu Suryani sambil tersenyum lebar.

“Alhamdulillah baik, Bu,” jawab Pak Najib sambil tersenyum canggung, mencoba menata pecinya.

Namun, sebelum sempat duduk, Bu Mul langsung menembakkan pertanyaan yang sudah lama mengendap di benaknya. “Anaknya laki apa perempuan, Pak?”

“Laki-laki, Bu,” jawab Pak Najib dengan bangga.

“Wah, pasti ganteng banget ya, Pak! Namanya siapa?” selidik Bu Endang yang ikut bergabung.

“Namanya Naju ya, lanjut Bu Rini. Apa itu Naju? Pak Najib balik bertanya.

Bu Rini, mencoba menjelaskan sambil senyum-senyum. Naju kepanjangan dari Najib Junior, ya pak. Semua yang ada di ruang guru langsung heboh.

Doakan ya, semoga menjadi anak yang sholeh,” jawab Pak Najib, suaranya terdengar penuh rasa syukur.

“Masya Allah, nama yang bagus sekali,” timpal Bu Endang, yang duduk di tengah ruangan.

Tiba-tiba Bu Suryani  ikut nimbrung. “Pak, istri Bapak gimana? Masih di rumah sakit atau sudah pulang ke rumah?”

“Nanti sore, Bu. Alhamdulillah sehat, meskipun masih butuh banyak istirahat,” jawab Pak Najib sambil menarik napas panjang.

Pertanyaan demi pertanyaan terus berdatangan tanpa jeda. Ada yang bertanya soal proses kelahiran, ada yang penasaran tentang wajah sang bayi, bahkan ada yang ingin tahu berat badannya. Pak Najib mencoba menjawab satu per satu dengan sabar, tetapi jelas terlihat ia mulai kewalahan.

“Pak Najib, bayinya rambutnya bagaimana? Lebat apa jarang?” tanya Bu Suryani dengan wajah penasaran.

“Hmm, sepertinya lebat, Bu,” jawab Pak Najib sambil terkekeh kecil.

“Wah, berarti ganteng seperti Bapaknya, nanti jadi pemain bola,” goda Bu Nanda, yang langsung disambut tawa oleh guru-guru lainnya.

Di tengah kehebohan itu, Bu Cicik tiba-tiba berdiri dan berkata, “Pak Najib, kami semua mau mengucapkan selamat! Semoga anaknya jadi kebanggaan keluarga dan tumbuh sehat selalu.”

“Betul sekali. Ini berkah luar biasa, Pak. Selamat ya!” tambah Bu Endang, diikuti anggukan dari guru lainnya.

“Terima kasih banyak, Ibu-Ibu. Saya sangat bersyukur atas doa dan dukungannya. Semoga semuanya juga diberikan kebahagiaan dan kesehatan,” balas Pak Najib dengan penuh haru.

Tak lama kemudian, suasana mulai mereda. Pak Najib akhirnya bisa duduk dan membuka bukunya untuk mempersiapkan materi pelajaran. Meski lelah menjawab pertanyaan, wajahnya tetap memancarkan kebahagiaan. Pak Najib tersenyum sambil mengangguk. Dalam hati, ia merasa lega bisa kembali bekerja di lingkungan yang penuh kehangatan seperti ini. Hari itu, ruang guru kembali menjadi tempat penuh cerita dan kebersamaan. Semoga menginspirasi.

Cepu, 22 November 2024







Tidak ada komentar:

Posting Komentar