Hari/Tanggal : Senin, 6 Pebruari 2023
Angkatan : 28
Tema : Kaidah Pantun
Narasumber : Miftahul Hadi, S. Pd
Moderator :
Dail Ma’ruf, M.Pd
Malam ini tepat pukul 19.00 WIB,
moderator kita bapak Dail Ma’ruf, M.Pd sementara mengunci grup agar supaya
materi tidak tertindih. Dua jam ke depan akan dibersamai oleh Mas Miftahul
Hadi, S. Pd sapaan beliau dan merupakan alumni 17. Bertugas di SD N Raji 1
Demak. Alamat blog: https://masmifgurukampung.blogspot.com/
Selanjutnya bapak Dail Ma’ruf,
M.Pd yang kadang dipanggil Damar memulai KBMN malam ini. Pertemuan sudah
terlaksana separuh materi, namun saya banyak tertinggal jauh belum juga
menyelesaikan tugas resume. Tak apalah, walaupun begitu malam ini ini saya
mulai mengikuti dan bersemangat mencoba memulai membuat tugas resume.Menurut
bapak moderator dari peserta yang berjumlah 950-an yang rutin membuat resume
masih di atas 200 orang. Wiiih mantap!
Tak lupa sang moderator mendoakan yang rajin membuat resume lulus tepat
waktu saat closing ceremony.
Acara diawali dengan doa bersama
yang muslim membaca Al Fatihah, bagi agama lain menyesuaikan.Selanjutnya
mempersilakan narasumber. Narasumber mengawali dengan pantun :
Bunga sekuntum tumbuh di taman
Daun salam elok mahkota
Assalamu alaikum saya ucapkan
Sebagai salam pembuka kata.
Sang moderator membalas pantun
Menanam padi di musim hujan
Padi ditanam berharap panen
Mari belajar bareng mas Hadi kawan
Semoga semuanya berkenan.
Narasumber menjawab pertanyaan
moderator dengan pantun
Kalau tuan ke pulau Mempar
Batu terbelah di gunung Daik
Alhamdulillah kabar baik
Pantun adalah biasanya identik dengan suku bangsa melayu, di Tapanuli pantun dikenal dengan Istilah ende-ende (Suseno, 2006).
Molo mandurung ho dipabu
Tampul si mardulang-dulang
Molo malungan ho diahu
Tatap siru mondang bulan
Artinya: Jika tuan mencari paku
Petiklah daun sidulang-dulang
Jika tuan rindukan daku
Pandanglah sang bulan purnama
Di Sunda pantun dikenal
dengan istilah paparikan (Suseno, 2006)
Contoh : Sing getol
nginum jajamu
Ambeh jadi kuat
urat
Singgetol neangan
ilmu
Gunana dunya
akhirat
Artinya :
Rajinlah minum jamu
Agar kuat urat
Rajinlah tuntut ilmu
Bagi dunia akhirat
Di Jawa pantun dikenal
dengan istilah parikan (Suseno, 2006)
Kabeh-kabeh gelung konde
Kang Endi kang gelung Jawa
Kabeh-kabeh ana kang duwe
Kang Endi kang durung ana
Artinya
: Semua bergelung konde
Manakah si gelung Jawa
Semua sudah ada yang punya
Siapakah yang belum punya
Pantun diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya
tak benda pada sesi ke 15 Intergovernmental Committe for the Safeguarding of
the Intangible Cultural Heritage di kantorPusat UNESCO di Paris, Prancis
(17/12/2020).
Pada hakekatnya, sebagian besar kesusasteraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan g nre campuran yang komplek seperti “randai” dari Minangkabau wilayah Sumatera Barat yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.
Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006;
Setyadiharja, 2018; Setyadiharja,2020) berasal dari kata “PAN” yang merujuk
pada sifat sopan. Kata “TUN” yang merujuk pada sifat santun. Kata “TUN” dapat
diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019).
Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna
“baris” atau “deret”. Asal kata pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau
diartkan sebagai Panutan oleh masyarakat Riau disebut dengan “TANJUK AJAR” yang
berkaitan dengan etika(Mu’jizah, 2019)
Kegunaan
pantun banyak sekali diantaranya adalah
1. komunnikasi
sehari-hari pada zaman dahulu,
mengawali
sambutan pidato, lirik
lagu, perkenalan,
5. dakwah
bisa disisipi pantun.
Ciri-ciri
pantun adalah
1. Satu
bait terdiri empat baris
2. Satu
baris terdiri atas empat sampai lima kata
3. Satu
baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata
4. Bersajak
a-b-a-b
5. Baris
pertama dan kedua disebut sampiran (pembayang)
6. Baris
ketiga dan keempat disebut isi (maksud)
Demi Pertemuan malam ini, salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar