Karya :Gutamining Saida
Ada tanggal-tanggal tertentu dalam kehidupan manusia yang begitu membekas, sehingga tidak mungkin dilupakan begitu saja. Tanggal 7 Agustus 2025 adalah salah satunya. Hari itu bukan sekadar angka dalam kalender, bukan hanya perputaran waktu yang sama dengan hari-hari sebelumnya, melainkan sebuah tanda, sebuah isyarat dari Allah bahwa semua yang ada di dunia ini sejatinya hanyalah titipan, yang pada akhirnya harus kembali kepada Sang Pemilik Sejati.
Semua milik kita baik harta, jabatan, rencana, bahkan orang-orang yang kita cintai sesungguhnya tidak pernah benar-benar menjadi milik kita. Semuanya hanyalah titipan, yang kapan saja bisa diambil kembali dengan cara yang tidak disangka. Tanggal 7 Agustus 2025 menjadi bukti nyata bahwa kehendak Allah tidak pernah bisa ditolak oleh siapa pun, kapan pun, dengan alasan apa pun. Dalam sekejap, sesuatu yang kita genggam erat bisa lepas, sesuatu yang kita kira akan abadi bisa sirna. Semua terjadi tanpa peringatan panjang, tanpa aba-aba, hanya dengan firman-Nya: "Kun fayakun", jadilah, maka terjadilah.
Manusia sering merasa dirinya memiliki kuasa. Kita sibuk menyusun seribu rencana, menata jadwal demi jadwal, seakan-akan hari esok pasti ada dalam genggaman. Kita lupa bahwa sesungguhnya, di balik semua ikhtiar, ada tangan Allah yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Pada saat itulah kita kembali disandarkan bahwa bila Allah berkehendak lain, maka runtuhlah semua rencana itu dalam sekejap. Tanggal 7 Agustus 2025 adalah pelajaran keras tentang hal ini.
Sebagai seorang hamba, saya hanya bisa menundukkan kepala. Saya akui selama ini banyak amanah yang belum bisa saya jalankan dengan baik. Kadang lalai, kadang tertunda, kadang terhalang oleh kelemahan diri. Allah pasti tahu apa yang tersembunyi dalam hati. Dia pula yang menimbang setiap amal dan setiap kelalaian. Maka ketika ujian itu datang pada tanggal itu, saya yakin Allah sedang menyiapkan hikmah terbaik di baliknya. Tidak ada yang sia-sia dari setiap garis takdir.
Hati manusia memang lemah. Saat sesuatu yang dicintai diambil, saat rencana besar berantakan, saat harapan terasa sirna, air mata sering kali menjadi pelampiasan. Namun anehnya, pada momen itu, justru tidak ada air mata yang menetes. Mungkin karena hati sudah benar-benar pasrah, atau mungkin karena iman masih berbisik lembut di dalam diri yaitu "Bersabarlah, Allah tidak pernah menzalimimu."
Kehidupan ini memang bukan tentang bagaimana semua keinginan kita terpenuhi, melainkan tentang bagaimana kita tetap bersyukur meski kehilangan, tetap bersabar meski diuji, tetap yakin meski kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Pada akhirnya, yang tersisa hanyalah iman yang melekat di hati. Sisa iman itulah yang menjadi pelita, menjadi penuntun agar langkah tidak tersesat dalam gelapnya ujian.
Tanggal 7 Agustus 2025 mengajarkan saya untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda. Bahwa segala sesuatu yang saya miliki hari ini bisa lenyap besok. Bahwa segala sesuatu yang saya anggap penting bisa jadi tidak berarti di hadapan Allah. Bahwa betapa kecilnya manusia di hadapan takdir-Nya. Namun, di balik semua itu, ada juga keindahan yang luar biasa yaitu Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya sendirian. Dia selalu menyiapkan jalan, meski terkadang jalannya penuh duri dan air mata.
Momen itu juga membuat saya sadar, bahwa keajaiban Allah nyata adanya. Kadang kita berharap pada manusia, tetapi manusia mengecewakan. Kadang kita bertumpu pada harta, tetapi harta sirna. Kadang kita percaya pada rencana, tetapi rencana hancur berantakan. Namun saat semuanya hilang, kita justru menemukan Allah begitu dekat, begitu nyata, begitu sayang pada hamba-Nya. Seribu keajaiban Allah bisa hadir tanpa kita duga, cukup dengan kesabaran, syukur, dan doa yang tak pernah putus.
Setelah waktu berlalu, saya menuliskan ini dengan hati yang lebih tenang. Saya tahu bahwa setiap kejadian, sekecil apa pun, adalah bagian dari skenario Allah yang sempurna. Tidak ada yang salah dengan takdir. Yang salah hanyalah jika saya menolak untuk belajar darinya. Maka saya ingin menjadikan tanggal 7 Agustus 2025 bukan hanya sebagai kenangan pahit, tetapi juga sebagai titik balik, sebagai pengingat untuk lebih mendekat kepada-Nya, lebih tulus dalam beribadah, lebih sabar dalam menjalani kehidupan, dan lebih syukur atas setiap nikmat sekecil apa pun.
Pada akhirnya, hidup ini hanyalah perjalanan singkat. Kita datang dengan tangan kosong, dan akan kembali dengan tangan kosong pula. Yang membedakan hanyalah apakah kita kembali dengan hati penuh iman, atau dengan hati yang lalai. Semoga saya mampu kembali kepada-Mu, ya Allah, dengan membawa secuil keikhlasan dan secercah iman yang tersisa. Tanggal 7 Agustus 2025 menjadi pengingat abadi, bahwa hanya Engkau yang berkuasa atas hidup dan mati, atas suka dan duka, atas ada dan tiada.
Cepu, 13 September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar