Karya : Gutamining Saida
Hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang penuh warna. Ada tawa, ada tangis. Ada suka, ada duka. Ada keberhasilan yang membuat kita bangga, dan ada kegagalan yang membuat kita merasa jatuh begitu dalam. Di balik semua itu, hidup selalu memberi kita kesempatan untuk belajar. Belajar menerima, belajar melepaskan, belajar bersyukur, dan belajar melangkah dengan hati yang lebih kuat dari sebelumnya.
Sering kali kita terjebak dalam lingkaran kekhawatiran. Pikiran kita melayang jauh ke depan, membayangkan hal-hal yang bahkan belum tentu terjadi. Kita cemas akan masa depan, takut gagal, takut tidak mampu, takut kehilangan, takut tidak bahagia. Padahal, kecemasan itu hanyalah bayangan pikiran yang melemahkan hati. Allah yang Maha Mengatur sudah menyiapkan takdir terbaik untuk setiap hamba-Nya, meskipun jalan yang ditempuh terkadang terasa sulit untuk dimengerti. Maka, berhentilah mencemaskan apa yang belum terjadi. Bukankah masa depan bukan milik kita? Bukankah masa depan sepenuhnya rahasia Allah?
Hidup akan terasa lebih ringan jika kita mau menerima apa yang sudah Allah Subhanahu Wata'alla beri. Apa yang ada dalam genggaman kita hari ini adalah anugerah, meski mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Kita sering menuntut sesuatu yang lebih, ingin keadaan selalu sesuai dengan harapan, tanpa menyadari bahwa apa yang sudah Allah titipkan jauh lebih berharga daripada yang kita pinta. Lihatlah napas yang masih bisa kita hirup, tubuh yang masih bisa bergerak, keluarga yang masih membersamai, rezeki yang masih bisa kita nikmati, dan kesempatan untuk terus memperbaiki diri. Bukankah semua itu sudah cukup untuk disyukuri?
Berlatihlah untuk menerima takdir dengan lapang dada, meski terkadang hati menolak. Karena di balik setiap kejadian, selalu ada hikmah. Mungkin hari ini kita kecewa, tetapi kelak kita akan menyadari bahwa kekecewaan itulah yang membawa kita pada sesuatu yang lebih indah. Mungkin hari ini kita merasa kehilangan, tetapi sejatinya Allah Subhanahu Wata'alla sedang mengajarkan arti keteguhan dan penguatan iman. Mungkin hari ini kita merasa tidak adil, tetapi Allah Subhanahu Wata'alla sedang mendidik kita untuk sabar dan percaya pada rencana-Nya.
Dan yang tak kalah penting, maafkanlah diri sendiri. Terlalu sering kita menyalahkan diri atas kesalahan masa lalu. Terlalu keras kita menghukum hati dengan penyesalan yang tak berkesudahan. Padahal, manusia memang tempat salah dan lupa. Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Allah pun Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya. Maka, mengapa kita tidak berani memaafkan diri kita sendiri? Biarkan kesalahan itu menjadi pelajaran, bukan jerat yang membuat kita terpuruk selamanya.
Melangkahlah dengan senang hati. Jangan biarkan masa lalu mengikat kaki kita, jangan biarkan masa depan yang belum pasti menggelisahkan pikiran kita. Nikmati setiap langkah yang Allah Subhanahu Wata'alla izinkan hari ini. Bersyukur atas yang sudah dicapai, bersabar atas yang belum tercapai, dan terus berusaha tanpa putus asa. Hargailah setiap proses yang kita lalui, karena proses itulah yang membentuk siapa diri kita sesungguhnya. Proses itulah yang menguatkan, yang mendewasakan, yang menjadikan kita lebih arif dalam memandang kehidupan.
Ingatlah, hidup bukan hanya tentang hasil. Hidup adalah tentang perjalanan. Tentang bagaimana kita jatuh, bangkit, lalu belajar berjalan lebih tegap. Tentang bagaimana kita gagal, mencoba lagi, lalu akhirnya tersenyum saat berhasil. Tentang bagaimana kita kehilangan, lalu belajar menemukan kembali arti syukur. Tentang bagaimana kita menangis, lalu menemukan kebahagiaan dari hal-hal sederhana. Semua proses itu tidak sia-sia. Semua itu adalah cara Allah Subhanahu Wata'alla mengajarkan kita arti kehidupan.
Maka, jangan sia-siakan hari-hari yang kita punya dengan mengeluh dan merasa tidak cukup. Waktu berjalan begitu cepat. Apa yang sudah berlalu tidak bisa kita ulang. Apa yang akan datang belum tentu kita miliki. Yang kita punya hanyalah hari ini, detik ini, dan momen ini. Gunakanlah sebaik mungkin untuk berbuat kebaikan, membahagiakan orang lain, menebarkan senyum, dan tentu saja, mendekatkan diri pada Allah.
Percayalah, setiap orang punya jalannya sendiri. Tidak perlu iri pada kehidupan orang lain, tidak perlu membandingkan diri dengan mereka. Apa yang Allah Subhanahu Wata'alla beri untuk orang lain adalah bagian dari rezekinya, dan apa yang Allah Subhanahu Wata'alla beri untuk kita adalah bagian dari rezeki kita. Tidak akan tertukar, tidak akan tersalah. Yang terpenting adalah bagaimana kita mensyukuri setiap bagian perjalanan itu dengan hati yang ikhlas.
Hidup akan lebih indah jika kita memandangnya dengan kacamata syukur. Segala sesuatu yang kita jalani, meski berat, akan terasa ringan. Segala sesuatu yang kita terima, meski sedikit, akan terasa cukup. Dan segala sesuatu yang kita lalui, meski penuh luka, akan tetap meninggalkan kenangan manis. Karena hati yang penuh syukur tidak pernah merasa kekurangan.
Maka jalani hidup ini dengan sepenuh hati. Berhentilah mencemaskan apa yang belum terjadi. Berlatihlah menerima dan mensyukuri yang sudah Allah Subhanahu Wata'alla beri. Maafkan diri, melangkah dengan senang hati, dan hargai setiap proses yang akan kau lalui. Hidup ini singkat, jangan biarkan ia berlalu tanpa makna. Jadikan setiap detik sebagai ibadah, setiap langkah sebagai doa, dan setiap nafas sebagai bentuk syukur pada Allah yang Maha Pengasih.
Cepu, 17 September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar