Karya : Gutamining Saida
Malam ini suasana Madrasah Diniyah tampak berbeda. Biasanya, ketika saya datang, anak-anak sudah rapi duduk melingkari meja panjang dengan iqro di tangan masing-masing. Suara bacaan mereka bersahut-sahutan, ada yang masih terbata, ada pula yang lancar membaca ayat demi ayat. Sesekali terdengar canda kecil dari mulut mereka, atau percakapan singkat dengan teman sebangku. Walaupun sederhana, suasana seperti itu selalu menghadirkan kehangatan.
Malam ini tidak sama. Sejak memasuki pintu madrasah, saya sudah melihat tanda-tanda ada sesuatu yang istimewa. Saya segera tahu bahwa malam ini ada acara syukuran. Rupanya keluarga Bapak Haji Samsuri, salah satu ustadz di Madrasah Diniyah mengadakan jamuan makan bersama untuk seluruh anak-anak diniyah.
Anak-anak yang biasanya langsung membuka iqro atau Al-Qur’an, malam ini diarahkan ustadz untuk duduk berkelompok. Sudah ada tujuh kelompok yang dibentuk, masing-masing terdiri dari lima anak. Menariknya, kelompok ini tidak disusun berdasarkan usia atau kelas, melainkan dicampur. Anak-anak yang masih kecil disatukan dengan kakak-kakaknya yang lebih besar. Tujuannya jelas yaitu agar ada kebersamaan, saling mengenal, dan terjalin ikatan kekeluargaan antara mereka.
Saya perhatikan wajah anak-anak begitu ceria. Mereka tahu malam ini ada acara khusus, dan ustadz-ustadzah memperhatikan tingkah laku mereka. Tak lama, hidangan mulai dibuka. Bukan nasi putih seperti biasanya, melainkan nasi kuning yang harum, disusun cantik di atas nampan bulat. Di sekeliling nasi, tertata lauk-pauk yang menggugah selera yaitu kering tempe yang renyah, serundeng gurih berwarna cokelat keemasan, telur puyuh bumbu kecap yang ditusuk dengan lidi, irisan telur dadar tipis-tipis, serta mie kuning yang melengkapi tampilan meriah itu. Setiap kelompok mendapat satu nampan yang sama persis.
Anal-anak yang lebih besar membantu ustadz membagikan nampan ke tiap lingkaran kelompok. Begitu nampan diletakkan di tengah, mata anak-anak langsung berbinar. Mereka menatap lauk-lauk yang tersusun rapi itu dengan antusias. Ada yang menelan ludah pelan-pelan, ada pula yang tersenyum sambil menatap teman sebelahnya.
“Wah, nasi kuningnya harum sekali…” ucap seorang anak kecil sambil menghirup aroma.
"Ayo, kita makan sama-sama, jangan berebut. Ini rezeki dari Allah Subhanahu Wata'alla lewat keluarga Pak Haji Samsuri.”
Anak-anak diajak berdoa makan terlebih dahulu. Bapak haji Samsuri memimpin doa makan, anak-anak menirukan. Mulailah menyantap makanan. Dengan duduk lesehan membentuk lingkaran, mereka mengambil secukupnya dari nampan yang sama. Ada yang memilih kering tempe lebih dulu, ada yang suka telur dadar, dan ada yang mengincar mie kuning. Sesekali terdengar tawa kecil ketika tangan mereka hampir bersentuhan karena mengambil lauk di waktu bersamaan.
Suasana makan malam itu sungguh indah. Kebersamaan terasa begitu nyata, tanpa sekat antara yang kecil dan yang besar. Mereka menikmati nasi kuning dari nampan bulat itu dengan penuh rasa syukur. Wajah mereka memancarkan kepuasan dan kebahagiaan. Saya bisa merasakan betapa makan bersama ini bukan hanya membuat perut mereka kenyang, tetapi juga hati mereka gembira.
Beliau mengharapkan bahwa kebersamaan dan kekeluargaan adalah salah satu nikmat besar dari Allah Subhanahu Wata'alla. Tidak semua orang diberi kesempatan untuk merasakannya. Karena itu, kita mengajak dan mengarahkan anak-anak menjaga ukhuwah, saling menolong, saling menghormati, dan terus semangat belajar agama.
Kebersamaan malam ini bukan hanya tentang kenyang karena makan bersama, melainkan tentang rasa persaudaraan yang makin kuat. Anak-anak belajar bahwa berbagi rezeki membawa kebahagiaan, dan kebersamaan membawa kekuatan serta semangat.
Saat acara berakhir, saya merasa malam ini bukan sekadar syukuran, melainkan sebuah pelajaran hidup. Bahwa kebahagiaan datang dari kehangatan sederhana yaitu duduk bersama, makan dari nampan yang sama, dan saling mendoakan.
Malam itu, Madrasah Diniyah bukan hanya tempat anak-anak belajar membaca iqra dan Al-Qur’an, melainkan juga sekolah kehidupan. Di sinilah mereka belajar arti syukur, kebersamaan, keakraban, dan kekeluargaan. Saya bersyukur bisa menjadi saksi dari suasana indah malam ini. barakallah bapak haji Samsuri sekeluarga. Semoga senantiasa diberi sehat dan keberkahan. Aamiin.
Cepu, 15 September 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar