Karya: Gutamining Saida
Suasana kelas 7A terasa berbeda.
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang dijadwalkan pada jam ke-3 dan ke-4
menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para siswa. Saya masuk kelas dengan
membawa semangat baru. Materi yang akan saya sampaikan adalah "Lahirnya
Pancasila", sebuah topik penting yang menjadi fondasi bangsa
Indonesia. Sejak awal, saya sudah bertekad membuat pembelajaran hari ini tidak
hanya bermakna, tapi juga berkesan.
Saya memulai pembelajaran dengan
membahas sejarah penting tentang proses lahirnya Pancasila, mulai dari sidang
BPUPKI, peran tokoh-tokoh bangsa, hingga bagaimana akhirnya lima sila itu
dirumuskan dan diterima sebagai dasar negara. Saya sampaikan dengan pendekatan
yang ringan, melibatkan pertanyaan, gambar tokoh, dan sesekali candaan yang
membuat siswa tertawa. Mereka tampak antusias, mata mereka fokus ke depan,
beberapa bahkan aktif mencatat.
Setelah materi selesai, saya
menyiapkan evaluasi yang berbeda dari biasanya. Tidak ada ujian duduk
diam di bangku masing-masing. Sebaliknya, saya sudah menempelkan 32 soal
pilihan ganda dan isian singkat di berbagai sudut kelas dan lorong. Tujuan
saya sederhana yaitu menghindari kerumunan, sekaligus memberi nuansa
petualangan belajar.
“Silakan ambil soal satu per
satu. Target kalian minimal mengerjakan 20 soal, boleh lebih kalau mampu,” ucap
saya sambil memberi aba-aba mulai.
Seketika kelas berubah menjadi
arena pemburu soal. Anak-anak berhamburan mencari kertas soal yang saya tempel.
Beberapa siswa bahkan saling berbagi info, “Nomor 12-20 ada di papan tulis!”
atau “Nomor 1-6 di dekat pintu, Nomor 7-11 di dinding belakang, nomor 21-32 di
dinding depan!” Suasana menjadi hidup, aktif, dan penuh semangat. Saya
tidak perlu menyuruh mereka cepat-cepat, karena mereka sendirilah yang begitu
terdorong untuk menyelesaikan tantangan.
Saya melihat Mikye, salah satu
siswi yang memang dikenal rajin dan tekun, tampak sangat fokus. Ia bergerak
cepat dari satu titik ke titik lain. Saat saya cek, ternyata Mikye berhasil
mengerjakan hingga 29 soal. Luar biasa! Ketika saya tanya, dia hanya
tersenyum malu dan berkata, “Soalnya bikin penasaran, Bu. Saya jadi pengen
selesaikan semuanya.” Jawaban yang sederhana namun sangat menyenangkan hati
saya sebagai guru.
Saya juga tidak menutup mata
bahwa ada satu siswa yang hanya menyelesaikan 7 soal. Saya tidak
langsung menegur atau menyalahkan. Saya mendekatinya dengan pelan dan bertanya
dengan nada lembut. Ternyata, ia merasa kurang enak badan sejak pagi. Saya
mengapresiasi usahanya, sekecil apa pun itu. Setiap anak punya proses dan
tantangannya masing-masing.
Waktu hampir habis, dan saya
melihat sebagian besar siswa sudah menyelesaikan target mereka. Masih tersisa
lima menit sebelum bel tanda istirahat berbunyi. Saya manfaatkan waktu ini
untuk meminta mereka menuliskan kesan tentang pembelajaran hari ini di
secarik kertas kecil yang sudah saya siapkan.
Saya tidak menyangka bahwa banyak
jawaban yang menyentuh hati. Beberapa siswa menulis:
“Hari ini seru banget, beda dari
biasanya, Bu.” “Aku jadi tahu siapa tokoh perumus Pancasila. Ternyata menarik
ya sejarah itu.” “Senang bisa belajar sambil bergerak, rasanya tidak
membosankan.” “Ternyata belajar itu menyenangkan kalau cara belajarnya juga
asyik.”
Saya membaca satu per satu, dan
tak terasa senyum saya terus mengembang. Ini bukan hanya tentang nilai atau
soal evaluasi. Ini tentang bagaimana anak-anak menikmati proses belajar, merasa
dihargai, dan tumbuh semangat dalam dirinya. Hari itu saya belajar satu hal
penting yaitu ketika siswa merasa diperhatikan dan dilibatkan, maka
pembelajaran bisa jadi pengalaman yang menyenangkan dan tak terlupakan.
Sebelum bel berbunyi, saya
ucapkan terima kasih kepada mereka atas kerja keras, semangat, dan kejujuran
mereka selama evaluasi. Saya juga mengatakan betapa bangganya mengajar mereka
hari itu.
Saya dengan perasaan ringan dan
bahagia. merasa menjadi guru yang bukan hanya menyampaikan materi, tapi juga
menyalakan semangat belajar dan memberi ruang bagi siswa untuk tumbuh. Saya
percaya, kebaikan kecil dari cara mengajar kita bisa menjadi manfaat besar bagi
orang lain .
Cepu, 15 Agustus 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar