Kamis, 14 Agustus 2025

Belajar Seru Di Kelas 7A



Karya: Gutamining Saida

Suasana kelas 7A terasa berbeda. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila yang dijadwalkan pada jam ke-3 dan ke-4 menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh para siswa. Saya masuk kelas dengan membawa semangat baru. Materi yang akan saya sampaikan adalah "Lahirnya Pancasila", sebuah topik penting yang menjadi fondasi bangsa Indonesia. Sejak awal, saya sudah bertekad membuat pembelajaran hari ini tidak hanya bermakna, tapi juga berkesan.

Saya memulai pembelajaran dengan membahas sejarah penting tentang proses lahirnya Pancasila, mulai dari sidang BPUPKI, peran tokoh-tokoh bangsa, hingga bagaimana akhirnya lima sila itu dirumuskan dan diterima sebagai dasar negara. Saya sampaikan dengan pendekatan yang ringan, melibatkan pertanyaan, gambar tokoh, dan sesekali candaan yang membuat siswa tertawa. Mereka tampak antusias, mata mereka fokus ke depan, beberapa bahkan aktif mencatat.

Setelah materi selesai, saya menyiapkan evaluasi yang berbeda dari biasanya. Tidak ada ujian duduk diam di bangku masing-masing. Sebaliknya, saya sudah menempelkan 32 soal pilihan ganda dan isian singkat di berbagai sudut kelas dan lorong. Tujuan saya sederhana yaitu menghindari kerumunan, sekaligus memberi nuansa petualangan belajar.

“Silakan ambil soal satu per satu. Target kalian minimal mengerjakan 20 soal, boleh lebih kalau mampu,” ucap saya sambil memberi aba-aba mulai.

Seketika kelas berubah menjadi arena pemburu soal. Anak-anak berhamburan mencari kertas soal yang saya tempel. Beberapa siswa bahkan saling berbagi info, “Nomor 12-20 ada di papan tulis!” atau “Nomor 1-6 di dekat pintu, Nomor 7-11 di dinding belakang, nomor 21-32 di dinding depan!” Suasana menjadi hidup, aktif, dan penuh semangat. Saya tidak perlu menyuruh mereka cepat-cepat, karena mereka sendirilah yang begitu terdorong untuk menyelesaikan tantangan.

Saya melihat Mikye, salah satu siswi yang memang dikenal rajin dan tekun, tampak sangat fokus. Ia bergerak cepat dari satu titik ke titik lain. Saat saya cek, ternyata Mikye berhasil mengerjakan hingga 29 soal. Luar biasa! Ketika saya tanya, dia hanya tersenyum malu dan berkata, “Soalnya bikin penasaran, Bu. Saya jadi pengen selesaikan semuanya.” Jawaban yang sederhana namun sangat menyenangkan hati saya sebagai guru.

Saya juga tidak menutup mata bahwa ada satu siswa yang hanya menyelesaikan 7 soal. Saya tidak langsung menegur atau menyalahkan. Saya mendekatinya dengan pelan dan bertanya dengan nada lembut. Ternyata, ia merasa kurang enak badan sejak pagi. Saya mengapresiasi usahanya, sekecil apa pun itu. Setiap anak punya proses dan tantangannya masing-masing.

Waktu hampir habis, dan saya melihat sebagian besar siswa sudah menyelesaikan target mereka. Masih tersisa lima menit sebelum bel tanda istirahat berbunyi. Saya manfaatkan waktu ini untuk meminta mereka menuliskan kesan tentang pembelajaran hari ini di secarik kertas kecil yang sudah saya siapkan.

Saya tidak menyangka bahwa banyak jawaban yang menyentuh hati. Beberapa siswa menulis:

“Hari ini seru banget, beda dari biasanya, Bu.” “Aku jadi tahu siapa tokoh perumus Pancasila. Ternyata menarik ya sejarah itu.” “Senang bisa belajar sambil bergerak, rasanya tidak membosankan.” “Ternyata belajar itu menyenangkan kalau cara belajarnya juga asyik.”

Saya membaca satu per satu, dan tak terasa senyum saya terus mengembang. Ini bukan hanya tentang nilai atau soal evaluasi. Ini tentang bagaimana anak-anak menikmati proses belajar, merasa dihargai, dan tumbuh semangat dalam dirinya. Hari itu saya belajar satu hal penting yaitu ketika siswa merasa diperhatikan dan dilibatkan, maka pembelajaran bisa jadi pengalaman yang menyenangkan dan tak terlupakan.

Sebelum bel berbunyi, saya ucapkan terima kasih kepada mereka atas kerja keras, semangat, dan kejujuran mereka selama evaluasi. Saya juga mengatakan betapa bangganya mengajar mereka hari itu.

Saya dengan perasaan ringan dan bahagia. merasa menjadi guru yang bukan hanya menyampaikan materi, tapi juga menyalakan semangat belajar dan memberi ruang bagi siswa untuk tumbuh. Saya percaya, kebaikan kecil dari cara mengajar kita bisa menjadi manfaat besar bagi orang lain .

Cepu, 15 Agustus 2025

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar