Minggu, 10 Agustus 2025

3 Perkara Penyelamat


Karya : Gutamining Saida 
Udara di sekitar Masjid Al Mujahidin terasa sejuk. Sinar matahari menembus celah-celah dedaunan. Jamaah mulai berdatangan satu per satu, ada yang membawa sajadah, membawa tas, ada pula yang membawa buku catatan kecil. Sambil menunggu ustadz disajikan tarian sufi dengan pakaian merah. 

Ustadz Abdul Jalil sudah siap memberi tauziah, beliau duduk di kursi, wajahnya tenang, suaranya lembut menyapa jamaah.

“Bismillahirrahmanirrahim…,” beliau membuka kajian dengan salam dan doa. Setelah itu, beliau menatap para jamaah dengan tatapan penuh kasih.

“Bapak-bapak, ibu-ibu, jamaah masjid Al Mujahidin kita semua tentu ingin selamat, baik di dunia maupun di akhirat. Tapi, tahukah kita bahwa keselamatan itu punya kunci? Ada tiga perkara yang harus kita jaga,” katanya sambil mengangkat tiga jari.

Yang pertama, menambah ilmu.
“Ilmu adalah cahaya,” ujar beliau. “Dengan ilmu, kita tahu mana yang benar dan mana yang salah. Ilmu membimbing kita supaya tidak tersesat.” Beliau memberi contoh sederhana yaitu seorang pengendara di malam hari tanpa lampu akan rawan celaka. Begitu pula hidup tanpa ilmu, kita seperti berjalan di kegelapan.

Yang kedua, menambah iman.
“Iman itu letaknya di hati,” jelas beliau, sambil menunjuk dada. “Iman bukan sekadar ucapan, tapi dibenarkan dengan amal. Iman membuat kita sabar menghadapi ujian dan menerima ketentuan Allah.” Beliau menekankan, iman harus terus dipupuk, seperti tanaman yang disiram setiap hari agar tidak layu.

Yang ketiga, membaguskan amal.
“Amal yang bagus bukan hanya dilihat dari jumlahnya, tapi juga dari niat dan keikhlasannya. Allah tidak melihat banyaknya amalan kita, tetapi bagaimana hati kita saat melakukannya,” tutur beliau.

Ustadz Abdul Jalil kemudian menghela napas, lalu melanjutkan dengan pembahasan yang lebih dalam.
“Manusia, mau kaya atau miskin, mau sehat atau sakit, pasti punya masalah. Masalah itu tidak akan pernah habis. Tapi ada satu hal yang sering kita lupa yaitu penyakit hati adalah sumber bencana.”

Beliau mencontohkan, penyakit hati bisa berupa resah, gelisah, iri, dengki, dan sombong. “Orang yang hatinya kotor akan sulit merasa tenang. Bahkan ketika dia punya segalanya, tetap saja hidupnya tidak bahagia.”

Kemudian beliau menjelaskan musuh manusia yang harus diwaspadai adalah
1. Harta – jika cinta harta melebihi cintanya pada Allah.
2. Nafsu – yang selalu mengajak pada keburukan.
3. Manusia – yang bisa menjerumuskan kita pada dosa.
4. Setan – musuh nyata yang tidak pernah lelah menggoda.

Lalu, ustadz mulai menyebut enam perusak amal:
1. Selalu melihat kejelekan orang lain.
“Kalau kita sibuk mencari aib orang, kapan kita memperbaiki diri?”
2. Hati yang keras.
“Hati yang keras sulit menerima nasihat dan kebenaran.”
3. Senang harta berlebihan.
“Harta itu perlu, tapi jangan sampai jadi tujuan hidup.”
4. Tidak punya malu.
“Tidak malu kepada Allah, kepada manusia, bahkan kepada diri sendiri.”
5. Panjang angan-angan.
“Berangan-angan tanpa usaha hanya membuat kita malas beramal.”
6. Hidup seenaknya sendiri.
“Lupa tujuan hidup, hanya mengikuti kesenangan sementara.”

Para jamaah tampak mengangguk-angguk. Sebagian menunduk, merenungi perkataan ustadz. Ada yang terlihat menulis cepat di buku catatannya, seakan takut ketinggalan satu kata pun.

Ustadz Abdul Jalil kemudian menutup kajian dengan mengingatkan amal utama di dunia yaitu 
1. Menuntut ilmu – karena dengan ilmu kita tahu cara beribadah dengan benar.
2. Membela agama – dengan lisan, perbuatan, dan harta.
3. Bekerja keras – mencari rezeki yang halal untuk keluarga.

Beliau memberi perumpamaan, “Ibarat kapal yang ingin sampai ke pelabuhan selamat, kita harus punya peta (ilmu), bahan bakar (iman), dan mesin yang baik (amal). Tanpa salah satunya, kapal bisa karam di tengah jalan.”

“Ustadz, menjelaskan jika ada seseorang yang sering mengalami resah. Rasanya hati tidak pernah tenang. Ada tiga perkara tadi. Belajar ilmu agama sedikit demi sedikit, jaga iman dengan menghindari maksiat, dan perbaiki amal walau kecil. Ingat, hati akan tenang kalau dekat dengan Allah. Kalau hati resah, itu tanda kita butuh lebih banyak mengingat-Nya. 

Saya merasa menemukan arah. Di luar masjid, matahari mulai meninggi, namun di dalam hati cahaya baru mulai tumbuh. Terimakasih atas nikmat-Mu. Semoga manfaat.
Cepu, 10 Agustus 2025 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar