Karya : Gutamining Saida
Saya adalah seorang ibu rumah tangga. Seperti banyak perempuan lain, tugas saya di rumah cukup beragam yaitu mengurus anak-anak, menyiapkan makanan, membersihkan rumah, dan merawat keluarga. Ada satu hal kecil yang selama ini selalu membuat saya merasa cemas yaitu memasang regulator gas ke tabung elpiji.
Mungkin bagi sebagian orang, memasang regulator bukanlah sesuatu yang istimewa, bahkan terasa remeh. Bagi saya, itu seperti tantangan besar yang menakutkan. Saya sering merasa panik membayangkan bunyi "ces" saat regulator ditekan, atau ketakutan akan kebocoran gas yang bisa membahayakan keluarga. Akibatnya, selama ini saya selalu menunggu suami pulang hanya untuk sekadar mengganti tabung gas.
Lama-lama saya merasa malu dan tidak nyaman. Bukan karena suami menegur, tapi karena dalam hati saya tahu bahwa saya terlalu bergantung pada orang lain. Bukankah seorang ibu rumah tangga seharusnya bisa mandiri, setidaknya dalam hal-hal mendasar seperti ini?
Perasaan ini saya tulis dalam sebuah curahan hati di blog pribadi beberapa bulan lalu. Saya tidak menyangka bahwa tulisan itu dibaca oleh banyak orang. Ternyata, saya tidak sendirian. Banyak ibu-ibu lain yang juga pernah merasakan hal serupa. Beberapa di antara mereka meninggalkan komentar, memberi dukungan, bahkan membagikan tips sederhana untuk mengatasi ketakutan tersebut.
Satu komentar yang paling membekas di hati saya berbunyi, “Menjadi ibu rumah tangga berarti siap belajar apa saja. Jangan terlalu bergantung pada orang lain, termasuk suami. Kita harus kuat dan bisa.” Kalimat itu menampar saya dengan lembut, sekaligus membangkitkan semangat yang lama tertidur.
Hari-hari berlalu, dan saya mulai memupuk keberanian. Saya pelajari ulang bagaimana cara kerja regulator gas. Saya menonton video, membaca artikel, dan bertanya pada teman yang sudah lebih berpengalaman. Tapi tetap saja, belum ada dorongan nyata yang bisa membuat saya benar-benar berani mencoba. Sampai hari ini.
Pagi itu, saya sedang duduk sambil membuka laptop ketika seorang teman mendekat. Beliau adalah ibu guru yang dikenal cekatan dan banyak pengalaman. Dengan senyum hangat, beliau berkata, “Saya bawa alat kecil ini, namanya detektor kebocoran gas. Sekalian saya ajari caranya memasang regulator yang aman, tanpa takut.”
Saya terdiam. Campur aduk antara malu, terharu, dan senang. Beliau lalu mengeluarkan alat sederhana yang bisa membantu mendeteksi kebocoran gas melalui suara dan cahaya.
“Jangan takut, Bu. Tarik napas dulu. Niatkan dalam hati, saat memasang demi kebaikan keluarga. Semua orang juga butuh belajar.”
Akhirnya, untuk pertama kali dalam hidup saya, berharap berhasil memasang regulator sendiri. Tak ada bunyi “ces” yang menakutkan, tak ada percikan, dan yang lebih penting yaitu tak ada rasa takut lagi.
Saya merasa seperti baru saja menaklukkan gunung tinggi. Bukan karena saya menjadi ahli gas, tapi karena saya berhasil mengalahkan rasa takut saya sendiri. Saya bersyukur, Allah Subhanahu Wata'alla pertemukan saya dengan orang-orang baik yang bukan hanya memberi bantuan, tetapi juga memberi kepercayaan dan motivasi. Rasa syukur yang luar biasa. Saya merasa seperti menemukan versi baru dari diri untuk lebih dewasa, lebih berani, dan lebih siap menghadapi tantangan lain di masa depan.
Saya menyadari, bahwa menjadi ibu rumah tangga bukan hanya tentang memasak dan mencuci. Tapi tentang menjadi pribadi yang terus belajar, yang siap menghadapi perubahan, dan yang tahu bagaimana caranya tetap tegar walau kadang merasa takut.
Saya menulis cerita ini kembali ke blog saya. Bukan untuk pamer, tetapi untuk berbagi semangat kepada para ibu yang mungkin masih merasa tidak mampu. Saya ingin mereka tahu, bahwa ketakutan adalah hal wajar, tapi jangan biarkan itu menghentikan langkah.
Kita bisa belajar apa pun, asal ada niat dan keberanian untuk mencoba. Dan selama kita terus berdoa dan yakin kepada Allah Subhanahu Wata'alla, InsyaAllah jalan akan selalu terbuka lebar.
Cepu, 26 Juli 2025
Wah, ternyata sudah mencoba memasang dan berhasil, Alhamdulillah akhirnya bisa menaklukkan tabung gas 😀😀😀
BalasHapus