Minggu, 06 April 2025

Heboh Saat Akan Datang Resepsi

Karya: Gutamining Saida

Minggu pagi yang sejuk terasa biasa saja. Di grup WhatsApp  buwoh beberapa pesan mulai bermunculan. Suasana terlihat santai, namun ada semacam semangat yang menggantung di antara candaan dan obrolan ringan. Hari itu memang bukan hari kerja, tapi tetap saja ada agenda penting yaitu resepsi pernikahan salah satu teman sekantor yang rumahnya di desa Kebon kecamatan Paron.

Sudah beberapa hari sebelumnya, rencana berangkat bersama dari sekolah telah dirancang dengan matang. Jadwal keberangkatan ditetapkan pukul 11.00 siang dari halaman parkir sekolah. Kendaraan sudah disiapkan beberapa rekan dan semangat untuk berangkat dan hadir bersama terasa begitu menggebu.

Pagi itu, sekitar pukul 09.00, sebagian besar rekan sudah mulai menyapa di grup.

“Pagi-pagi jangan lupa mandi ya,” tulis Bu Wiwik sambil menambahkan emot tertawa.

“Iya dong… masa datang ke resepsi bau,” balas Bu Indri cepat, seperti biasa dengan gaya ceplas-ceplosnya yang khas.

Di tengah kehebohan itu, satu nama belum juga muncul. Pak Jum, yang biasanya jarang pegang handphone tidak ada muncul membalas pesan, masih diam seribu bahasa. Bahkan, tanda centang dua biru pun belum muncul.

“Pak Jum mana ya? Kok belum kelihatan?” tulis Bu Wiwik lagi.

“Ssstt… mungkin masih di sawah,” seloroh Bu Ning

Semua tertawa. Namun kekhawatiran kecil mulai muncul karena waktu terus berjalan.

“Pokoknya jangan sampai telat ya. Berangkat tetap jam 11,” lanjut Bu Wiwik mengingatkan.

“Saya gak pernah telat ya, Bu,” balas Bu Indri dengan gaya yakin.

“Gimana Pak Jum? Gak ada kabar lho…” tambahnya, mulai khawatir bercampur geli.

“Jangan molor lho. Yang biasa pakai celana kolor, hhhh,” celetuk Bu Indri lagi, dan sontak membuat grup meledak dengan emoji tertawa.

Canda tawa semakin ramai. Pak  Bambang menimpali, “Wah, jangan-jangan Pak Jum masih mikir cocok nggak pakai dasi.”

Tak lama kemudian, salah satu guru lain yang tinggal dekat rumah Pak Jum memberikan info, “Tadi subuh lampunya masih nyala. Tapi sekarang sunyi senyap.”

“Pak Jum disabotase istrinya mungkin, biar nggak dandan terlalu ganteng,” sambung Bu Indri yang sepertinya sudah dalam mode humor penuh pagi itu.

Pukul 10.30, grup makin ramai. Foto-foto mulai dikirim. Ada yang memamerkan kemeja batik terbaru, ada yang bingung memilih kerudung yang cocok, bahkan ada yang bertanya: “Pakai sandal atau sepatu ya?”

Namun tetap, Pak Jum belum terlihat online. Grup mulai bercampur antara kekhawatiran dan rasa geli. Bu Wiwik akhirnya menelepon langsung ke nomor Pak Jum, tapi masih tidak aktif.

“Yah, mati lagi. Jangan-jangan HP-nya ikut tidur,” kata Pak Budi, guru matematika yang biasanya kalem tapi kali ini ikutan nyenggol.

Akhirnya, sekitar pukul 10.20, sebuah notifikasi muncul. Tanda online! Semua mata tertuju ke layar.

Pak Jum akhirnya muncul dengan kalimat pendek yaitu “Maaf…hpku tidak bisa dibuka.”

Langsung grup meledak. “Waaahhh akhirnyapak Jum muncul!” Selamat datang kembali di dunia nyata, Pak!” “Buruan siap-siap ya…”Semoga kolor sudah diganti!”

Satu per satu mulai bersiap menuju sekolah. Ketika akhirnya semua berkumpul, kehebohan masih berlanjut secara langsung. Pak Jum datang dengan jaket menutupi batik, dengan senyum yang khas.

“Maaf ya, HP nggak bisa dibuka.”

“Udah, yang penting nggak pakai kolor ke kondangan,” celetuk Bu Indri yang langsung disambut gelak tawa.

Perjalanan menuju lokasi resepsi menjadi penuh cerita. Di dalam mobil, canda tawa tak berhenti. Bu Wiwik mengingatkan rute, sementara Pak Jum, yang akhirnya duduk paling belakang, tak lepas dari godaan.

Sesampainya di lokasi, rombongan guru disambut dengan hangat oleh si pengantin dan keluarganya. Mereka tampak rapi, kompak, dan terlihat begitu solid sebagai satu keluarga besar.

Kebersamaan itu terasa istimewa. Tidak hanya karena acara resepsi teman sekantor yang begitu berbahagia, tapi juga karena kisah sebelum berangkat yang penuh warna. Kadang dari hal-hal sederhana seperti kesiangan, HP mati, atau canda soal celana kolor, justru tercipta tawa yang mempererat rasa kebersamaan. Hari Minggu  bukan sekadar tentang datang ke resepsi. Tapi tentang tawa, kekeluargaan, dan kenangan yang akan terus menjadi cerita lucu di hari-hari kerja berikutnya.

Cepu, 7 April 2025

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar