Jumat, 10 Januari 2025

Elmi Kabur

Karya: Gutamining Saida

Setiap kali anakku Bilta, pulang kampung bersama keluarganya.  Ada satu kebiasaan yang tidak pernah terlewatkan sebelum mereka kembali ke kota Tegal. Bilta memanggil tukang pijat khusus anak-anak. Tukang pijat ini sudah menjadi langganan Bilta. Ia seorang perempuan ramah yang ahli memijat anak-anak. Ia bisa membuat tubuh kecil mereka rileks dan siap menghadapi perjalanan jauh.

Tukang pijat langganan Bilta datang ke rumah tepat sesuai janji yaitu pukul 10.00 WIB pijit dimulai. Dengan membawa minyak pijat dan senyum hangat, ia memulai tugasnya. Bilta mengatur agar ketiga anaknya dipijat bergiliran, dimulai dari yang terbesar Zaskia namanya. Dilanjut anak kedua dan terakhir Elmira.

Anak pertama yang sudah duduk sekolah di SD tampak santai. Ia berbaring tenang di kasur kecil yang disiapkan oleh uminya. Umi sapaan Bilta yang dipakai anak-anaknya. Proses pijatnya berjalan lancar, tanpa banyak drama. Setelah selesai, ia bangkit dengan wajah puas. Lantas melangkah ke meja makan untuk mengambil segelas air dan pisang.

Berikutnya giliran anak kedua, yaitu Hamzah. Ia lebih tenang dan percaya diri. Sambil memainkan mainan kecil di tangannya, ia membiarkan tukang pijat menyelesaikan pekerjaannya. Semua berjalan mulus hingga tiba waktunya giliran si kecil, Elmira.

Elmira cucuku yang paling kecil, baru berusia dua setengah tahun. Ia masih dalam fase penuh tingkah yang menggemaskan. Tingkahnya sering kali sulit ditebak. Saat tiba gilirannya, ia dengan ragu-ragu mendekat, menggenggam tangan Uminya erat-erat.

"Elmi, ayo dipijit dulu. Biar nanti nggak capek di kreta," ujar Bilta lembut, mencoba meyakinkannya.

Elmira mengangguk kecil, lalu perlahan naik ke kasur. Awalnya, semuanya tampak baik-baik saja. Tukang pijat mulai mengoleskan minyak ke punggungnya sambil berbicara dengan nada menenangkan. Elmira hanya sesekali menggeliat, mungkin merasa geli. Namun, ketika giliran memijat bagian kaki, wajah kecilnya mulai berubah. Dari sudut matanya, Elmira melihat kakak-kakaknya sedang makan pisang. Dengan wajah penuh harap, Elmira mulai merengek. "Miii, sudah ya. Elmi mau makan pisang seperti Kakak."

Bilta tersenyum sabar. "Nanti kalau sudah selesai, Elmi boleh makan pisang. Sekarang dipijit dulu, ya." Elmira tidak puas dengan jawaban itu. Ia semakin gelisah, lalu tiba-tiba bangkit dari kasur dan melompat turun. "Kabur!" katanya lantang, lalu berlari.

"Elmi kabur!" teriak Bilta dengan nada setengah panik. Suara itu terdengar sampai ke kamar, aku  langsung bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi. Pikiranku Elmi kabur ke halaman depan rumah.

Elmira sudah berada di ruang makan, berdiri di depan meja sambil mengambil pisang. Drama Elmira dimulai. Ia memegang sebuah pisang, buah favoritnya. Saat saya mendekatinya, ia langsung memeluk saya, seolah mencari perlindungan. "Timi, Elmi nggak mau pijit lagi. Mau pisang aja," katanya manja.

Saya tertawa kecil, lalu mengajak kembali ke kasur. "Elmi, nanti kalau dipijit selesai, Timi kasih pisang lagi. Tapi sekarang Elmi harus balik pijit"

Elmira terlihat berpikir sejenak. "Tapi nggak mau lama-lama, Timi. Cepet aja ya."

Saya tersenyum dan mengangguk. "Oke, cepet aja. Yuk, kita balik."

Dengan sedikit bujukan dan janji, Elmira akhirnya setuju untuk kembali ke kasur kecil itu. Dia makan pisang sambil dipijat. Mbak tukang pijit sudah terbiasa menghadapi anak-anak kecil hanya tersenyum sambil menyiapkan minyak lagi. Proses pijatan pun dilanjutkan dengan hati-hati, sementara Elmira memegang pisangnya. Elmi kembali dipijit sambil makan pisang.

Suasana berubah menjadi lebih tenang. Elmira tetap menikmati pisangnya sambil sesekali memalingkan wajah. Ia seolah memastikan proses pijatan cepat selesai. Kami yang menyaksikan tidak bisa menahan tawa melihat tingkah lakunya yang selalu berhasil mencuri perhatian. Ia memegang sebuah pisang, buah favoritnya. Ia menggigit pisangnya perlahan, mengunyah dengan santai seolah dunia berhenti berputar. Setelah pisangnya habis, ia tidak ingin terus-menerus dipijit. Bukan karena pijatannya tidak enak, tapi ia merasa harus mengambil kendali atas situasi. Ketika gigitan terakhir pisang masuk ke mulutnya, “Sudah habis, nih,” katanya sambil menunjuk kulit pisang yang kosong.
“Kalau mau lagi, biar diambilkan Umi,” tawar si pemijat sambil tetap melanjutkan pijatannya. Elmira menggeleng cepat. “Nggak mau. Elmira ambil sendiri aja.” “Kenapa harus sendiri? Sini, biar cepat.” Elmira tersenyum kecil, tapi matanya penuh tekad. Elmira tiba-tiba bergerak gelisah. Elmira memang memiliki gaya unik dia selalu tahu bagaimana mendapatkan perhatian

Elmira langsung melompat turun dengan riang. "Sudah kan, Mi? Elmi pintar ya," katanya sambil tersenyum lebar. "Ya, Elmi memang pintar. Tapi kalau nggak kabur tadi, pasti lebih cepat selesai," jawab saya sambil tertawa. Elmira hanya terkikik kecil dan kembali melahap pisangnya.

Saat ini menjadi momen yang penuh keceriaan. Tingkah Elmira yang spontan dan menggemaskan selalu menjadi hiburan bagi kami sekeluarga. Meski proses pijatan sempat terhenti, pada akhirnya semua selesai dengan baik.  Tubuh kecilnya kini lebih rileks untuk perjalanan panjang ke kota Tegal. Elmira berhasil membuat suasana rumah menjadi heboh, tetapi penuh kebahagiaan.

Cepu, 11 Januari 2025

 

 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar