Setiap kali anakku Bilta, pulang
kampung bersama keluarganya. Ada satu
kebiasaan yang tidak pernah terlewatkan sebelum mereka kembali ke kota Tegal.
Bilta memanggil tukang pijat khusus anak-anak. Tukang pijat ini sudah menjadi
langganan Bilta. Ia seorang perempuan ramah yang ahli memijat anak-anak. Ia
bisa membuat tubuh kecil mereka rileks dan siap menghadapi perjalanan jauh.
Tukang pijat langganan Bilta datang
ke rumah tepat sesuai janji yaitu pukul 10.00 WIB pijit dimulai. Dengan membawa
minyak pijat dan senyum hangat, ia memulai tugasnya. Bilta mengatur agar ketiga
anaknya dipijat bergiliran, dimulai dari yang terbesar Zaskia namanya. Dilanjut
anak kedua dan terakhir Elmira.
Anak pertama yang sudah duduk sekolah
di SD tampak santai. Ia berbaring tenang di kasur kecil yang disiapkan oleh
uminya. Umi sapaan Bilta yang dipakai anak-anaknya. Proses pijatnya berjalan
lancar, tanpa banyak drama. Setelah selesai, ia bangkit dengan wajah puas.
Lantas melangkah ke meja makan untuk mengambil segelas air dan pisang.
Berikutnya giliran anak kedua,
yaitu Hamzah. Ia lebih tenang dan percaya diri. Sambil memainkan mainan kecil
di tangannya, ia membiarkan tukang pijat menyelesaikan pekerjaannya. Semua
berjalan mulus hingga tiba waktunya giliran si kecil, Elmira.
Elmira cucuku yang paling kecil,
baru berusia dua setengah tahun. Ia masih dalam fase penuh tingkah yang
menggemaskan. Tingkahnya sering kali sulit ditebak. Saat tiba gilirannya, ia
dengan ragu-ragu mendekat, menggenggam tangan Uminya erat-erat.
"Elmi, ayo dipijit dulu.
Biar nanti nggak capek di kreta," ujar Bilta lembut, mencoba
meyakinkannya.
Elmira mengangguk kecil, lalu
perlahan naik ke kasur. Awalnya, semuanya tampak baik-baik saja. Tukang pijat
mulai mengoleskan minyak ke punggungnya sambil berbicara dengan nada
menenangkan. Elmira hanya sesekali menggeliat, mungkin merasa geli. Namun, ketika
giliran memijat bagian kaki, wajah kecilnya mulai berubah. Dari sudut matanya,
Elmira melihat kakak-kakaknya sedang makan pisang. Dengan wajah penuh harap,
Elmira mulai merengek. "Miii, sudah ya. Elmi mau makan pisang seperti Kakak."
Bilta tersenyum sabar.
"Nanti kalau sudah selesai, Elmi boleh makan pisang. Sekarang dipijit
dulu, ya." Elmira tidak puas dengan jawaban itu. Ia semakin gelisah, lalu
tiba-tiba bangkit dari kasur dan melompat turun. "Kabur!" katanya
lantang, lalu berlari.
"Elmi kabur!" teriak
Bilta dengan nada setengah panik. Suara itu terdengar sampai ke kamar, aku langsung
bergegas keluar untuk melihat apa yang terjadi. Pikiranku Elmi kabur ke
halaman depan rumah.
Elmira sudah berada di ruang
makan, berdiri di depan meja sambil mengambil pisang. Drama Elmira dimulai. Ia
memegang sebuah pisang, buah favoritnya. Saat saya mendekatinya, ia langsung
memeluk saya, seolah mencari perlindungan. "Timi, Elmi nggak mau pijit
lagi. Mau pisang aja," katanya manja.
Saya tertawa kecil, lalu mengajak kembali
ke kasur. "Elmi, nanti kalau dipijit selesai, Timi kasih pisang lagi. Tapi
sekarang Elmi harus balik pijit"
Elmira terlihat berpikir sejenak.
"Tapi nggak mau lama-lama, Timi. Cepet aja ya."
Saya tersenyum dan mengangguk.
"Oke, cepet aja. Yuk, kita balik."
Dengan sedikit bujukan dan janji,
Elmira akhirnya setuju untuk kembali ke kasur kecil itu. Dia makan pisang
sambil dipijat. Mbak tukang pijit sudah terbiasa menghadapi anak-anak kecil
hanya tersenyum sambil menyiapkan minyak lagi. Proses pijatan pun dilanjutkan
dengan hati-hati, sementara Elmira memegang pisangnya. Elmi kembali dipijit
sambil makan pisang.
Suasana berubah menjadi lebih
tenang. Elmira tetap menikmati pisangnya sambil sesekali memalingkan wajah. Ia
seolah memastikan proses pijatan cepat selesai. Kami yang menyaksikan tidak
bisa menahan tawa melihat tingkah lakunya yang selalu berhasil mencuri
perhatian. Ia memegang sebuah pisang, buah favoritnya. Ia menggigit pisangnya
perlahan, mengunyah dengan santai seolah dunia berhenti berputar. Setelah
pisangnya habis, ia tidak ingin terus-menerus dipijit. Bukan karena pijatannya
tidak enak, tapi ia merasa harus mengambil kendali atas situasi. Ketika gigitan
terakhir pisang masuk ke mulutnya, “Sudah habis, nih,” katanya sambil menunjuk
kulit pisang yang kosong.
“Kalau mau lagi, biar diambilkan Umi,” tawar si pemijat sambil tetap
melanjutkan pijatannya. Elmira menggeleng cepat. “Nggak mau. Elmira ambil
sendiri aja.” “Kenapa harus sendiri? Sini, biar cepat.” Elmira tersenyum kecil,
tapi matanya penuh tekad. Elmira tiba-tiba bergerak gelisah. Elmira memang
memiliki gaya unik dia selalu tahu bagaimana mendapatkan perhatian
Elmira langsung melompat turun
dengan riang. "Sudah kan, Mi? Elmi pintar ya," katanya sambil
tersenyum lebar. "Ya, Elmi memang pintar. Tapi kalau nggak kabur tadi,
pasti lebih cepat selesai," jawab saya sambil tertawa. Elmira hanya
terkikik kecil dan kembali melahap pisangnya.
Saat ini menjadi momen yang penuh
keceriaan. Tingkah Elmira yang spontan dan menggemaskan selalu menjadi hiburan
bagi kami sekeluarga. Meski proses pijatan sempat terhenti, pada akhirnya semua
selesai dengan baik. Tubuh kecilnya kini
lebih rileks untuk perjalanan panjang ke kota Tegal. Elmira berhasil membuat
suasana rumah menjadi heboh, tetapi penuh kebahagiaan.
Cepu, 11 Januari 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar